Society

39 0 0
                                    

Selamat malam semuanya.. Saya menulis part ini tepat pukul 11.30 p.m di NZ. Berhubung saya dapat shift sore jadi saya akan menyempatkan menulis. Alasan saya masih melanjutkan tulisan saya, karena semakin saya membuka diri semakin banyak dukungan yang saya dapat dan semakin banyak cerita yang membukakan mata dan pikiran saya kalau saya tidaklah sendiri.

Hari ini saya mencoba untuk memulai recovery dengan benar, bukan hanya dengan berhenti melakukannya, karna saya juga bisa berhenti melakukannya tapi tidak dengan memakan makan malam saya atau sarapan saya atau mungkin mengurangi sebagian makan siang saya. Saya ingin memulai recovery dimana saya bisa makan breakfast, lunch, & dinner  saya tanpa mengeluarkannya. Saya ingin memulai untuk bersahabat dengan makanan yang saya telan.

Alasan kenapa saya ingin memulainya hari ini, sebenarnya sudah cukup lama karena sudah cukup lelah, bahkan sangat lelah untuk melakukan kebiasaan buruk saya, baik fisik maupun pikiran saya. Dan juga lewat dukungan yang saya dapat dari teman-teman yang sudah baca cerita saya. Saya sangat bersyukur karena Tuhan mengijinkan saya menulis cerita ini, dimana saya juga bisa bertukar cerita dengan beberapa orang, that also have struggled with this illnes. Dan ternyata teman-teman terdekat saya sendiri pernah mengalaminya, dan pemicunya sama, stress, masih normal mungkin kalau stress karena masalah studi, tapi sayang budaya yang ada disekitar kita menambah tekanan ke teman-teman sekitar saya juga.

Pernah kalian sadar kalau orang-orang dijaman sekarang hanyalah pandai mengkritik dibanding memberi motivasi. Pernah dengar anak yang ikut lomba tingkat internasional tapi yang dikritik malah cara berpakaiannya, padahal kalau menurut saya pakaiannya sah-sah saja. Pernah dengar anak yang lomba dengan memainkan piano ditingkat internasional tapi kalah? Dikritik juga kan? Padahal belum tentu orang-orang yang mengkritik punya talenta yang luaar biasa seperti yang anak itu punya. Dan yang saya pikir, gimana perasaan anak itu kalau membaca semua bad comments yang dilontarkan di internet. Karena bukan tidak mungkin, anak jaman sekarang pastinya lebih canggih dari orang tuanya soal internet.

Bahkan saat saya kemarin bercerita tentang pergaulan jaman sekarang dengan teman saya, dia bercerita tentang adiknya yang sempat mendapat nilai jelek karena sempat lupa ada ulangan hari itu, alhasil dia dibilang bodoh didepan kelas. Sebagai seorang kakak tentu dia marah, dan ujungnya dia datang untuk terima raport adiknya. Wali kelasnya sempat berkomentar diawal karena nilai adiknya yang dibilang menurun karna kegiatan dan bergaul, dan wali kelasnya mnganggap seakan-akan adiknya mulai melepas tanggung jawab sebagai seorang murid. Setelah selesai mengkritik, teman saya sebagai seorang kakak angkat suara "ehtapi bapak tau gak? Guru-guru gak mendukung adik saya belajar disini. Masa adik saya dikatain bodoh didepan kelas?! Bapak tau gak nilai kimia saya dulu 9, 9 dari 100 loh pak, tapi sekarang saya kuliah di UI, saya wakilin UI lomba tingkat Internasional, hasil lomba saya dipake profesor ngajar di Australi. Bapaknya mau bilang saya bodoh karena nilai 9?!" Tentu itu sangat menggertak. Tapi itu yang harusnya kita lakukan. Berbeda tanggapan yang orang tuanya kasih ke adiknya, "emang dapet berapa?" "oh pantes lah dibilang bodoh". 

Hello............ Para orang tua, don't you guys realize how much pressure that you give to your children? Dan untuk para guru, kalian adalah guru loh, bukan berarti kami tidak menghargai pekerjaan kalian tapi kalian hanya mengajar satu bidang, kami menghargai perjalanan kalian untuk mencapai tahap sekarang punya pekerjaan sebagai seorang guru bukanlah hal yang mudah juga, tapi tolong, lewat pengalaman kalian yang tidak mudah itu juga, kalian bisa kan lebih menghargai perjuangan murid kalian? Murid-murid belajar cukup keras pastinya, dan kalian tentunya bisa membedakan mana murid yang malas dan mana yang sudah berusaha keras. Papa saya seorang guru, makanya saya berani menulis tulisan ini. Justru papa saya yang sering menyeletuk kalau sebagian guru terlalu menekan dan saya tahu pap saya juga malu pastinya, karena pastinya banyak orang yang berpikiran kalau semua guru itu sama. 

Eating Disorder AwarenessWhere stories live. Discover now