#215 The Twist: A Parody

4.7K 343 18
                                    

Sumber: Creepypasta.com
Tranlate: Author

Jangan baca karena ini benar-benar bekerja. Sekali kau mulai membaca, kau tidak bisa berhenti. Seorang gadis bernama Kathy meninggal karena tenggelam. Jika kau mengirimkan e-mail atau me-repost komentar ini ke tiga video, besok akan menjadi hari terbaik dalam hidupmu. Jika kau tidak me-repost komentar ini setidaknya di tiga video, Kathy akan datang padamu saat kau tidur. Hal ini sangat mengerikan karena benar-benar terjadi.

Billy memeriksa pesan ini. Ia mengguman dan tertawa sambil menggaruk dagunya. Pada hari yang lain, Billy pasti melakukan apa yang dikatakan oleh pesan itu. Sebenarnya, ia tidak mau mati dalam waktu tiga hari. Selain itu, ia melakukannya karena ingin mendapatkan hari terbaik dalam hidupnya. Tapi hari ini berbeda. Hari ini, Billy berumur delapan tahun, terlalu tua untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna. Ia dulu pernah mencoba me-repost pesan yang sama, balasannya adalah lusinan orang di internet membalasnya dengan kata-kata buruk.

Dengan ragu, Billy mengarahkan tombol mouse di atas tanda X merah pada kanan atas e-mail dan meng-kliknya. Saat email itu menutup, Billy merasakan bulu kuduknya merinding. Tapi Billy terlalu tua untuk takut pada hal-hal remeh seperti itu. Ia bangun dari kursi dan berjalan ke arah dapur untuk mencari ibunya. Ibunya sedang menyiapkan kaserol tuna yang lezat, kesukaan Billy.

"Sekarang, Billy," kata ibunya, menarik keluar kaserol matang dari oven, "Ingat, ini untuk makan siang besok. Jangan makan sebelum tidur atau kau akan mimpi buruk." Ibunya meninggalkan ruangan. "Aku akan pergi bekerja sekarang. Pastikan kau sudah di tempat tidur dalam semenit, oke?"

Billy mengangguk. Ibunya meninggalkan rumah, Billy bisa mendengar pintu depan yang menutup. Billy sendirian sekarang. Itu adalah waktu untuk segera tidur dan ia tidak ingin memikirkan hal-hal yang menakutkan. Tapi kaserol itu... terlihat sangat lezat! Tentu saja, pikir Billy. Mencicipi sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa padaku! Billy mengambil bangku dan mencicipi kaserol tuna tersebut. Makanan itu meleleh di mulutnya dan memenuhi Billy dengan rasa gembira. Pastinya makan sekali lagi tidak akan menyakitinya. Billy memotong seiris lalu membawanya ke kamar tidur. Setelah mengunyah makanannya dengan ribut, Billy jatuh tertidur.

Billy bangun lebih awal. Ia mendengar suara ribut-ribut di rumahnya. Itu adalah suara mengaduk-aduk yang menakutkan, seperti suara sepatu boot yang tenggelam dalam kubangan lumpur. Awalnya, Billy berpikir itu hanyalah ibunya yang pulang ke rumah dari bekerja, tapi setelah memeriksa jam digital yang bersinar merah dalam kegelapan, ia menyadari bahwa ibunya baru akan pulang beberapa jam lagi.

Suara mengaduk-aduk itu masih berlanjut. Billy duduk tegak, mendengarkan baik-baik suara apa itu. Ia mengendap-endap menuruni tangga dan melihat jejak kaki berlumpur yang membimbingnya tepat ke arah lorong depan rumah. Ia menahan napas. Sekarang, Billy ketakutan. Sekarang, Billy merasa seperti anak kecil, terlalu muda untuk menjadi bagian dari dunia yang mengerikan. Ia sedang berpikir untuk lari ke pintu depan, tapi Billy berusaha menenangkan diri. Mungkin itu hanyalah ibunya yang pulang lebih awal. Billy mengendap-endap mengikuti jejak kaki di lantai. Ia tahu bahwa ibunya tidak akan pernah membuat rumahnya berantakan. Tapi Billy masih harus memastikannya. Jejak kaki itu berhenti di dapur. Billy mengulurkan lehernya ke arah pintu dan menghidupkan lampu. Di sana, seorang gadis seusianya sedang duduk di ruang makan sambil memakan kaserol tuna. Rambutnya hitam, basah, dan kusut. Kulitnya menggelambir dan berbau busuk. Matanya bersinar merah seperti jam beker Billy di lantai atas. Billy menahan napas, jatuh ke belakang menabrak dinding, lalu merosot ke lantai. Gadis itu bangun dari meja makan dan berjalan mantap ke arah Billy.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya si gadis, "Aku hanya..."

Billy tidak mau mendengar mantra mengerikan penyihir itu. Ia berlari menghindari si gadis, lalu menyambar senjata terdekat di dapur, kaserol tuna. Ia menggunakan kotak kaca itu untuk memukul kepala si gadis. Darah mengalir dari kepala, membuat gadis itu jatuh pingsan ke lantai. Sekarang kaserol tuna tersebar di lantai, mengotori lantai dengan potongan keju dan ikan. Billy bernapas lega, sekarang gadis itu akan hilang ke udara dalam asap hitam. Namun demikian, si gadis tetap berbaring di sana dengan diam. Billy berpikir selama beberapa waktu, kalau-kalau ia membuat kesalahan. Ia menendang pelan gadis itu, tapi si gadis tetap berbaring diam di sana. Melihat keluar, ia memperhatikan bahwa hujan telah turun yang mungkin menjelaskan mengapa rambut dan sepatu boot gadis itu basah. Billy menggoyang-goyangkan si gadis dengan tidak sabar, tapi tidak ada respon. Billy mulai menangis saat ia memperhatikan si gadis bergerak. Masih belum yakin apa yang harus dilakukan, Billy menyambar pecahan kaca diantara serpihan kaserol. Ia menggenggam kaca itu dengan sangat kuat sampai-sampai melukai tangannya. Si gadis bangun, salah satu tangannya menunjuk ke arah Billy. Saat ia mencekik Billy, ia menunduk dan mulai memakan kaserol tuna.

Billy bangun lebih awal. Dadanya terengah-engah saat ia mengingat-ingat sesuatu. Melihat ke sekeliling, ia merasa bahwa peristiwa sebelumnya hanyalah mimpi buruk. Sebenarnya tidak ada iblis gadis cilik. Ia bernapas lega, tapi menyadari sesuatu yang basah di tangannya. Melihat ke arah tangannya, ia mendapati kaca yang berasal dari kaserol tuna. Ia juga melihat garis darah yang terbentuk di tangannya karena memegang kaca terlalu erat.

Billy bangun lebih awal. Sebelum melakukan apa pun, Billy melihat ke arah tangannya. Benar-benar bersih, pikirnya. Tidak ada darah sama sekali, tidak ada tanda perkelahian, semuanya tampak benar. Saat itu masih gelap di luar, tapi ibunya akan segera pulang. Billy melihat ke sekeliling dan membiarkan dirinya santai.

"Terima kasih Tuhan, aku sudah tidak mimpi buruk lagi," katanya.

"Jangan berterima kasih dulu pada-Nya," kata sebuah suara yang berasal dari lorong depan. Ia mendongak ke atas dan melihat gadis kecil itu lagi, kali ini menggenggam pisau daging.

Billy bangun lebih awal. Tidak siap dibodohi lagi oleh mimpinya. Pertama, ia memeriksa tangannya, bersih dari darah. Ia melihat ke arah lorong, kosong, tidak ada seorang pun dalam pandangannya. Ia menahan napas dan mendengarkan suara langkah kaki berlumpur, tapi tidak ada suara apa pun yang ia dengar. Ketakutan, Billy merangkak keluar dari kasurnya dan memutuskan untuk menunggu kepulangan ibunya. Ia menggenggam sandaran tangga yang terbuat dari besi dan mulai menuruni tangga dengan pelan. Saat melakukannya, ia melihat sekeliling, putus asa mencari tanda yang tidak biasa. Saat tidak ada apa pun yang terlihat, Billy menuju sofa untuk menunggu ibunya pulang ke rumah.

Setelah beberapa menit menunggu dengan was-was, pintu mengayun terbuka. Ibunya pulang dari shift malam, menyapanya dengan sebuah senyuman, "Apa yang kau lakukan larut malam begini?"

Mata Billy berkaca-kaca, "Aku... Aku mimpi buruk. Aku memakan beberapa kaserol dan... dan..."

Ibu Billy menggelengkan kepalanya. "Billy. Kau tidak mimpi buruk. KAULAH mimpi buruknya."

Kepala ibu Billy meledak menjadi ular menggeliat dengan rambut kusut basah dan gigitan berbisa. Lengannya terpelintir pada kepala badut yang tertawa, sementara bagian tubuhnya yang lain mengeluarkan kotoran merah. Billy berteriak saat makhluk itu menunduk padanya.

Billy bangun lebih awal. Selama beberapa jam, ia terlalu takut untuk melakukan apa pun selain tersedu-sedu pelan di kamarnya. Ia tidak peduli lagi, ia hanya ingin mimpi buruk ini berakhir. Billy tahu bahwa itu hanyalah mimpi buruk. Tentu saja tidak ada tanda-tanda untuk membuktikannya, tapi akan segera ada. Tak ragu-ragu, pasti akan segera ada. Billy berlari menuruni tangga, saat pintu mendadak terbuka.

"Billy!" kata ibunya, "Apa yang kau lakukan dengan lari berkeliling rumah pada malam begini?"

Billy berlari melewati ibunya, tahu bahwa ibunya akan segera menjadi sebuah mimpi buruk. Billy hanya punya satu tempat tujuan, kotak penyimpanan yang berada di bawah tangga yang aman. Billy tahu jika ia bisa mengambil pistol, ia bisa meledakkan kepalanya dan mimpi ini akan berakhir.

Ibunya mengejar Billy, meneriakkan kata-kata, "Kembali ke sini, Billy!", "Kau harusnya berada di tempat tidur sekarang!", "Kau makan kaserol kan?", dan "Apa yang akan kau lakukan?"

Billy tidak mau memikirkan apa pun dan berlari ke arah ruang bawah tanah. Ia melihat kotak penyimpanan itu. Ibu Billy tidak bisa mengejarnya. Sekarang ibunya hanya berjalan di belakangnya. Itu akan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan sesuatu. Billy tahu angka kombinasi untuk membuka kotak penyimpanan, walaupun ibunya berpikir ia tidak tahu. Kotak penyimpanan itu milik ayahnya dan sekarang ia akan menggunakannya. Ia memasukkan angka kombinasi dan mengambil pistol dari dalam kotak, tepat saat ibunya berlari masuk ke dalam ruang bawah tanah.

"Billy!" teriak ibunya, air mata mengalir di pipi, "Letakkan pistol itu sekarang! SEKARANG! SEKARANG!"

Billy tidak mau dibodohi trik ibunya. Ia mengarahkan pistol itu ke pelipisnya dan menutup matanya.

"BILLY!" teriak ibunya dengan putus asa. "JANGAN! JANGAN!"

Billy menarik pelatuknya. Peluru menembus tepat melewati otaknya, tubuhnya yang tak bernyawa jatuh ke lantai.

Ibu Billy jatuh terduduk di lututnya dan menangis, menyesali ide bodoh karena menyimpan kotak itu di bawah tangga dan menganggap Billy tidak mengetahuinya. Setelah beberapa jam, ia menelepon polisi. Polisi datang, menanyainya beberapa pertanyaan, lalu membawanya ke kantor polisi.

Tubuh Billy dibersihkan dan akan dimasukkan ke dalam surat kabar. Orang-orang di seluruh dunia akan penasaran apa yang membuat anak laki-laki itu memiliki akhir yang tragis.

Aw, kami bercanda.

Billy bangun lebih awal. Ia menggosok pelipisnya dan bernapas lega. "Itulah," katanya. "Tidak ada lagi kaserol tuna sialan sebelum tidur."

"Mau kemana kau?"

Billy tidak memikirkan pertanyaan si gadis. Ia berjalan menuju ruang bawah tanah.

Ia berjalan tepat ke arah brankas.

Creepypasta! (Vol. 2) Where stories live. Discover now