#290 Genderang

2.3K 242 45
                                    

Sumber: Scaryforkids.com
Translate: Author

Pada zaman dahulu kala, hiduplah dua orang gadis kecil. Nama mereka adalah Blue-Eyes dan Turkey. Blue-Eyes, sesuai dengan namanya, memiliki sepasang mata biru. Sementara, gadis lainnya dinamakan Turkey karena gaun merah yang ia pakai. Mereka tinggal di sebuah rumah kecil mewah alias mepet sawah bersama ibu dan adik mereka yang masih bayi, yaitu Arthur. Ayah mereka merupakan seorang nelayan yang selalu berada di lautan (kalau kamu always di hati aku). Ia selalu berlayar ke negeri-negeri nan jauh.

Pada suatu hari, Blue-Eyes dan Turkey sedang berjalan-jalan di tegalan saat mereka bertemu dengan seorang gadis gipsi yang sedang memainkan genderang. Ketika ia memainkannya, seorang pria dan wanita mekanik yang kecil keluar dari genderang dan mulai menari. Blue-Eyes dan Turkey terpesona. Mereka belum pernah melihat mainan yang menakjubkan seperti itu. Mereka lalu memohon pada si gadis gipsi agar memberikan genderangnya tersebut.

Si gadis hanya tertawa.

"Aku akan memberikannya pada kalian," ujarnya. "Tapi jika kalian cukup nakal! Datang lagi besok dan beritahu aku betapa nakalnya kalian."

Segera setelah Blue-Eyes dan Turkey pulang ke rumah, mereka bersikap senakal mungkin. Mereka mulai berteriak, memuntahkan makanan ke lantai, mencoret-coret tembok dengan crayon, dan menolak pergi tidur. Kedua anak itu melakukan apa pun yang mereka bisa agar ibunya merasa kesal.

Hari berikutnya, mereka bangun pagi-pagi sekali dan segera pergi ke tegalan. Di sana, mereka mendapati si gadis gipsi sedang memainkan genderangnya.

"Kami sangat nakal kemarin!" teriak mereka. "Bisakah kami memiliki genderang itu sekarang?"

"Katakan padaku apa yang telah kalian lakukan," balas si gadis gipsi.

Mereka memberitahunya kenakalan apa yang kemarin mereka lakukan. Si gadis gipsi hanya tertawa.

"Oh tidak!" katanya. "Kalian hanya sedikit nakal. Kalian harus jauh lebih nakal jika ingin mendapatkan genderang ini."

Segera setelah keduanya pulang ke rumah, mereka bersikap senakal mungkin. Mereka membuang cangkir ke lantai, merobek pakaian, mengotori ubin dengan lumpur, dan mencabuti semua bunga di taman. Mereka juga membiarkan babi-babi keluar dari kandang hingga binatang itu kabur. Ibu mereka semakin ketakutan dengan sikap mereka berdua.

"Jika kalian tidak berhenti," ujar si ibu. "Aku akan pergi dan membawa Arthur bersamaku. Kalian akan memiliki ibu baru. Seseorang dengan mata kaca dan ekor kayu."

Hal itu membuat Blue-Eyes dan Turkey ketakutan. Mereka mencintai sang ibu dan si adik yang masih bayi, Arthur. Mereka tidak bisa membayangkan hidup tanpa sang ibu dan si adik. Pemikiran itu membuat mereka menangis.

"Aku tidak ingin meninggalkan kalian," ujar si ibu. "Tapi kalau kalian tidak mengubah sikap kalian, aku akan benar-benar pergi."

"Kami akan menjadi anak yang baik," janji para gadis itu.

Walaupun bilang begitu, mereka tidak percaya bahwa si ibu akan benar-benar pergi.

"Ia hanya mencoba menakut-nakuti kita," kata Blue-Eyes.

"Kita akan mendapatkan genderang itu besok," ujar Turkey. "Kemudian, kita bisa kembali menjadi anak yang baik."

Hari berikutnya, keduanya bangun pagi-pagi sekali. Mereka berlari terburu-buru untuk menemui si gadis gipsi. Saat bertemu dengannya, gadis itu sedang memainkan genderangnya lagi. Wanita dan laki-laki mekanik nan kecil menari ke depan dan ke belakang di atas genderang.

Mereka memberitahu si gadis gipsi betapa nakalnya mereka sehari sebelumnya.

"Itu pasti cukup nakal hingga kami bisa mendapatkan genderangmu," kata mereka.

"Oh, tidak," ujar si gadis gipsi sambil tersenyum. "Kalian harus lebih nakal dari itu."

"Tapi kami telah berjanji pada ibu bahwa kami akan bersikap baik mulai sekarang," kata mereka.

"Jika kalian benar-benar menginginkan genderang ini," balas si gadis gipsi. "Kalian harus bersikap lebih nakal dari itu."

"Hanya sehari lagi," kata Blue-Eyes pada Turkey. "Kemudian, kita akan mendapatkan genderangnya."

"Kuharap kau benar," balas Turkey khawatir.

Lagi, gadis gipsi itu memberitahu mereka bahwa apa yang mereka lakukan belum cukup nakal.

"Kalian harus benar-benar menjadi nakal," katanya.

Segera setelah mereka sampai di rumah, kedua gadis itu bersikap senakal mungkin. Kali ini, mereka merusakkan meja dan kursi di dapur, memecahkan semua porselen yang bagus, dan merobek pakaian menjadi compang-camping. Seolah-olah itu belum cukup, para gadis itu mencambuk anjing mereka tanpa belas kasihan, memukuli adik bayi laki-laki mereka dengan tongkat, dan meninju wajah ibu mereka.

Ibu mereka mulai menangis.

"Blue-Eyes dan Turkey," tangisnya. "Kalian tidak bisa menjaga janji kalian. Jika kalian tidak bisa berhenti berbuat nakal, aku akan pergi. Kalian akan mendapatkan ibu baru dengan mata dari kaca dan ekor dari kayu."

"Kami akan menjadi anak yang baik," kata Blue-Eyes.

"Kami berjanji," timpal Turkey.

"Kuharap begitu," balas ibu mereka. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama. Kumohon bersikaplah dengan baik."

Namun demikian, dua gadis itu masih menginginkan genderang milik si gadis gipsi.

Saat mereka sendirian, mereka berkata satu sama lain, "Besok kita akan bersikap baik kembali. Tapi setelah kita mendapatkan genderang itu."

Pagi-pagi sekali sebelum ibu mereka bangun, Blue-Eyes dan Turkey berlari keluar ke tegalan. Di sana, mereka mendapati si gadis gipsi. Mereka menceritakan tentang hal-hal buruk yang mereka lakukan sebelumnya.

"Kami anak yang mengerikan," kata Turkey.

"Kami lebih buruk dari sebelum-sebelumnya," timpal Blue-Eyes. "Kau harus menyerahkan genderang itu pada kami sekarang."

Saat itulah, mereka melihat bahwa gadis gipsi itu tidak memainkan genderangnya. Genderang itu tidak terlihat dimana pun.

"Dimana genderangnya?" teriak kedua gadis tersebut.

Si gadis gipsi hanya tertawa.

"Sudah tidak ada. Kami, para gipsi, akan pergi hari ini. Aku merupakan orang terakhir yang akan pergi."

"Tapi kami melakukan apa yang kau suruh," jerit Blue-Eyes dan Turkey.

Si gadis gipsi tertawa lagi.

"Ya, aku tahu," balasnya. "Kalian benar-benar sangat nakal. Sekarang, ibu kalian telah pergi jauh sekali. Kalian mendapat ibu baru dengan mata kaca dan ekor dari kayu."

Blue-Eyes dan Turkey mulai menangis. Mereka buru-buru pulang ke rumah. Tapi ibu dan Arthur telah pergi.

"Mungkin mereka hanya pergi berbelanja," kata Blue-Eyes penuh harap.

"Ya, mereka akan segera kembali. Aku yakin," ujar Turkey, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Tapi saat makan siang tiba, ibu dan adik mereka masih tidak kembali. Blue-Eyes dan Turkey mulai merasa takut. Mereka pergi mencari ke seluruh tegalan sepanjang hari, tapi sampai malam tiba, ibu dan adik mereka tidak juga kembali.

Lampu di rumah mati, tapi saat mereka mengintip melalui jendela, mereka bisa melihat ibu baru mereka. Matanya yang terbuat dari kaca bersinar dan mereka bisa mendengar ekor kayunya memukul-mukul lantai.

Creepypasta! (Vol. 2) Where stories live. Discover now