Part 5

32.1K 3.3K 80
                                    

Beragam umpatan kurapalkan dalam hati kepada Sehun yang dengan sangat baik hatinya mengganggu waktu liburku, ia merekomendasikan aku sebagai penata rias untuknya di pemotretan salah satu majalah terkenal sebagai pengganti Sena yang sedang sakit. Rencana pulang ke Bucheon terpaksa tertunda karenanya. Hhh... Aku sangat merindukan ayah dan Heechan adikku.

Aku menatap sadis pada Sehun yang masih bertahan dengan cengirannya, "Ayolah noona aku akan sangat canggung bersama yang lain, kita di Jeju hanya 2 hari ya?" bujuknya

"Ya sudah, lagi pula aku tidak bisa menolak."

Ia memelukku dari samping dengan tiba-tiba lalu medaratkan kecupan singkat di pipiku, "Noona yang terbaik!"

"Ya! Jangan cium sembarangan!"

***

Play media yah (saran aja)

Aku berjalan menuju parkiran SM yang mulai sepi, jam sudah menjukkan pukul 12 malam para staff pasti sudah babyak yang pulang kecuali mereka yang mengurusi konser membuat mereka mau tidak mau harus rela waktu tidurnya dikorbankan. Beruntung aku hanya seorang make up artist yang tidak akan terlibat hal-hal menyusahkan seperti itu.

Lengkahku terhenti menatap dua sejoli di pojok parkiran yang tampak mesra, wajah keduanya tak asing bagiku. Mataku memicing memperjelas penglihatan. Seketika tubuhku melemas, dadaku sesak, aku dapat merasakan mataku memanas siap untuk mengekuarkan senjatanya. Mereka berciuman, berpagutan mesra di depan mataku. Aku pikir aku sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi tapi sepertinya hatiku tidak sekuat itu.

Brak!

Aku tersentak kaget, ponselku jatuh dari genggaman tanpa aku sadari. Tubuhku tetap mematung tak sanggup hanya sekedar menatap Baekhyun dan Taeyeon yang menatapku kaget, aku mengambil napas dalam menahan desakan air mata lalu mengambil ponselku.

"Maaf, aku tidak bermaksud." aku membungkuk kemudian memasuki mobil dan melajukannya mengabaikan teriakan Baekhyun memanggil namaku.

Sudah cukup, aku sudah tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Ponselku menyala menapilkan nama Baekhyun, aku mengabaikannya. Aku belum siap berbicara dengannya, tidak sekarang.

Berkali-kali aku mengusap air mataku kasar, satu-satunya yang ingin aku temui saat ini hanya Kyungsoo. Aku menepikan mobil di jalannan sepi lalu meraih ponselku yang menampakkan icon panggilan tak terjawab sebanyak 20 kali dan 10 pesan masuk, aku tau siapa pelakunya tapi aku abaikan. Aku memasukkan sederetan angka yang sudah kuhafal, suara beratnya yang sedikit serak terdengar dari seberang sana setelah nada sambung ketiga sepertinya dia tidur.

"Halo?"

Air mataku semakin deras hanya dengan mendengar suaranya, "Kyung..." aku terisak tak mampu melanjutkan kata-kata.

"Hye? Kau kenapa? Kenapa menangis?" ia terdengar sangat khawatir. Aku hanya dapat terus terisak tanpa melanjutkan kata-kata.

"Kirimkan aku lokasimu, aku akan kesana."

Panggilan terputus sepihak, dengan sisa kekuatan yang aku punya aku mengirimkan lokasiku padanya. Aku terduduk lemas, hatiku sudah hancur sakit sekali.

Aku menunggu sekitar 15 menit sampai kaca mobilku diketuk, aku menoleh melihat siapa yang mengetuk. Kyungsoo datang, wajahnya terlihat cemas. Aku membuka pintu mobil tanpa memperdulikan tempat aku memeluk Kyungsoo erat, air mataku yang sudah mulai mengering tumpah lagi bahkan lebih deras. Kyungsoo tidak banyak bertanya dia hanya membalas pelukanku, mengelus rambutku lembut.

Kyungsoo membawaku ke rumahnya yang terletak di kawasan Gangnam, aku masih belum menjelaskan apapun dan diapun tidak bertanya. Aku hanya mengatakan bahwa aku tidak ingin kembali ke apartemen sekarang kemudian kembali berlarut dalam sunyi. Baekhyun pasti mencariku kesana. Aku tidak bisa, bahkan melihat wajahnya yang biasa kurindukan menjadi enggan aku lihat.

Aku juga perempuan biasa yang bisa merasakan kecewa, mungkin Baekhyun tidak tau kalau aku sudah mengetahui semuanya. Aku yang dengan egoisnya ingin dia bertahan lebih lama meskipun aku tau dia sudah terlalu lelah dengan hubungan kami, ini bukan sepenuhnya salah Baekhyun, dia hanya tidak bisa mengatakan yang sebenarnya dan meninggalkan aku yang menyedihkan ini.

"Hye, aku masuk ya."

Pintu kamar tamu terbuka menampakkan Kyungsoo dengan nampan yang terdapat dua cangkir berisi coklat panas dengan asap mengepul. Ia memberikan satu untukku lalu mengambil tempat dipinggir ranjang menghadapku.

"Sudah lebih tenang?" ucapnya hati-hati lalu menyeruput minumannya sedikit.

Aku mengangguk lalu mengulas senyum tipis padanya, "Terimakasih."

Kyungsoo menatapku dalam, aku tau dia menunggu penjelasanku atas apa yang terjadi tapi dia tidak bertanya lebih lanjut, hanya menatapku yang menyeruput coklat panas guna membasahi tenggorokanku. Tangannya bergerak merangkum anak rambutku yang menutupi wajah dan menyelipkannya di belakang telinga.

"Aku melihat mereka berciuman." pergerakan Kyungsoo terhenti, ia menurunkan tangannya menunggu kelanjutan ceritaku.

"Kupikir aku sudah siap tapi ternyata rasanya sakit sekali." mataku memanas lagi, aku menunduk dalam menyembunyikan wajah sembabku. "Mereka melihatku karena tidak sengaja menjatuhkan ponsel tapi aku buru-buru kabur." aku terkekeh sumbang.

"Sepertinya aku yang harus mengakhirinya jika Baekhyun belum juga melakukannya duluan."

Kurasakan tangan hangat Kyungsoo menggenggam tanganku, aku menatapnya lalu tersenyum kecut. "Ini sudah di luar ekspektasiku Kyung." aku menunduk lagi.

Kyungsoo menyentuh daguku mengangkarnya sedikit untuk melihatnya, "Tidak apa, kau mencintainya wajar jika kau terluka. Aku yakin kau akan mendapatkan orang yang lebih baik kelak, mungkin memang sulit menggantikannya. Yah 6 tahun bukan waktu yang sebentar. Tapi Hyein yang ku kenal adalah perempuan yang kuat, aku percaya kau bisa melaluinya." ia mengambil cangkir di tanganku dan menaruhnya ke atas nakas lalu nengarahkan kepalaku ke dadanya. Aku menyamankan posisi dan membalas pelukannya yang nyaman.

"Aku belum siap kembali ke apartemen."

"Kau bisa tinggal disini, ini rumah pribadiku jadi ayah dan ibuku tidak tinggal disini."

"Bolehkah? Aku tidak mau merepotkanmu."

"Kau sudah seperti keluarga bagiku, tidak ada kata merepotkan dalam keluarga kan?" ia mengacak rambutku pelan, "Berikan aku passcode apartemenmu, aku akan meminta Ahn ahjuma mengambil pakaianmu. Dia adalah orang yang bekerja membersihkan rumah ini. Nanti kukenalkan" jelasnya. Aku hanya mengangguk paham.

"Tidurlah, kau sudah terlalu banyak menangis." Kyungsoo membantuku berbaring lalu membenarkan letak selimutku, "Selamat malam."

"Selamat malam Kyung."

Setelah mematikan lampu kamar Kyungsoo menutup pintu, aku melirik memastikan Kyungsoo sudah pergi. Aku menatap langit-langit kamar yang terkena cahaya lampu tidur, segala kenangan bersama Baekhyun kembali berputar dalam pikiranku. Aku menangis lagi, tanpa isakan hanya air mataku yang tidak hentinya tumpah.

Aku merubah posisi tidurku memeluk kedua lutut, aku kedinginan. Bukan, bukan karena pendingin ruangan yang menyala tapi karena hatiku.

"Aku hanya akan mencintaimu selamanya."

Kau bohong Baek...

"Hye, aku mencintaimu. Aku ingin selamanya denganmu."

Nyatanya kita harus berhenti sampai di sini...

"Suatu saat aku ingin kita punya anak kembar laki-laki dan perempuan, pasti rumah kita akan ramai."

Kita kubur saja angan kita selamanya...

Aku kehilangannya sekarang, cinta pertamaku. Tanganku beralih menutup mulutki yang mengeluarkan isakannya. Rasanya sakit, sangat sakit hingga rasanya aku akan mati sekarang juga. Entah berapa lama aku menangis hingga akhirnya tertidur menjelajahi alam mimpi melupakan sejenak segala yang terjadi hari ini.










Selamat tinggal Baek, aku mencintaimu.

My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now