Part 19

23K 2.3K 111
                                    

Sudah seminggu Baekhyun sering mengunjungi apartemenku, dia sudah kembali menjadi Baekhyun yang ku kenal. Periang dan penuh semangat. Namun ada yang mengganjal dalam hati dengan kedekatan kami. Kelihatannya ini bukan hal yang baik.

Seperti saat ini, lelaki itu tengah berdiri di balkon berbicara dengan seaeorang melalui ponsel. Aku mengamatinya dari ruang tengah yang merangkap ruang tamu. Jaraknya hanya beberapa meter sehingga aku leluasa memperhatikan setiap perubahan ekspresinya dari sini. Dia terlihat frustasi berbicara dengan penelpon sambil sesekali melirikku. Tentu dengan sigap aku mengalihkan pandangan pada televisi yang sedang menampilkan drama yang sama sekali tidak kumengerti alurnya karena sejak tadi pusat perhatianku hanya lelaki cantik di sudut sana.

Tidak lama, pahaku terasa memberat. Baekhyun sudah nyaman memposisikan kepala di atasnya. Sebelah lengannya menutup separuh wajah terutama mata. Terlihat jelas kerutan menandakan pikiran berat sedang merundungnya.

Jemariku memainkan surainya yang baru di warnai coklat tua berusaha menghantar kenyamanan padanya. "Sedang banyak masalah?" tanyaku.

Baekhyun tidak menjawab, lengannya turun menampakkan seluruh wajah lelahnya yang masih tersenyum padaku. Ia menggenggam tanganku yang masih memainkan surainya, kemudian membawa ke arah bibirnya. Mengecup jemariku pelan.

"Aku tidak mau membahasnya." secepat kilat Baekhyun mendaratkan kecupan singkat di bibirku lalu beranjak menuju dapur.

Aku masih memperhatikannya, apartemen yang kecil membuatku dengan mudah memperhatikan setiap apa yang dia kerjakan.

"Kau tidak sedang menyembunyikan sesuatu kan?"

Ia menuang segelas air dan meneguknya hingga tandas. Sebelum menjawab.

"Tidak sayang, aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan. Percaya padaku, oke?" jelasnya sambil berjalan ke arahku.

Bibir tipisnya mengukir senyum yang sampai ke matanya. Baekhyun menarik kepalaku untuk bersandar di bahunya yang tidak kutolak. Jari-jarinya memainkan helaian rambutku, matanya menatap layar televisi. Dimana terdapat adegan perselingkuhan antara bos dan sekretarisnya yang dipergok oleh sang istri.

"Aku bukan selingkuhanmu kan?" jari Baekhyun berhenti bergerak. Aku merutuki bibirku yang tidak dapat menyaring perkataan yang tercipta dalam otak.

Dia terbahak, aku pikir dia akan marah atau paling tidak. Tidak akan merespon pertanyaanku barusan. Ia menegakkan tubuhku menghadap padanya, senyum tipisnya menghias manis di wajah Baekhyun.

"Kau bukan dan tidak akan pernah ku jadikan yang kedua. Bagiku hanya ada kau Hye, dan akan selalu menjadi satu-satunya."

Baekhyun mengelus pipiku, "Aku tidak akan mengulangi hal bodoh untuk kedua kalinya." ia mencium keningku.

"Ayo tidur, sudah larut, besok kita harus berangkat pagi."

Aku mengikuti langkahnya yang menggandengku menuju kamar, dalam diri aku tahu ini salah tapi entah apa yang membuatku membiarkan semua perlakuannya layaknya sepasang kekasih seperti dulu.

Ini salah, sangat salah. Aku tahu tapi ego sudah menguasai diriku yang sungguh masih menginginkan Baekhyun. Aku benci diriku.

Pikiran-pikiran yang berkecamuk membuatku tidak tenang. Aku semakin mempererat pelukan pada tubuh Baekhyun, menenggelamkan wajah pada dadanya. Berusaha menenangkan diri dengan menghirup sebanyaknya aroma maskulin Baekhyun hingga mataku memberat membawaku tertidur dalam rengkuhannya.

***

Butuh waktu hampir satu jam untuk sampai di Gimpo airport. Aku, Sena, Hana dan Gyurin masih sibuk mengecek semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk konser yang berjalan cukup lama di beberapa kota di Jepang. Sesekali aku mendapati Baekhyun memperhatikan kami dari kejauhan namun aku memilih abai karena kesibukan kami.

Sebelum memasuki pesawat Baekhyun berjalan ke arahku membuat aku gelagapan. Sejak malam itu dia tidak ragu menunjukkan kedekatan denganku. Jujur, aku senang akan hal itu. Namun di sisi lain aku takut dianggap perusak nantinya.

"Istirahatlah, kau akan sibuk setelah tiba di sana." bisiknya kemudian mengusap kepalaku.

Tempat duduk kami tentu saja terpisah jauh, ia berada di deretan bangku penumpang eksekutif sedang para staff dan penata rias berada di bangku ekonomi. Perjalanan yang memakan waktu hampir empat jam membuat tubuhku pegal. Tapi pekerjaan sudah memanggil-manggil tepat setelah aku menginjakkan kaki di lobby hotel.

Kami para penata rias dan kostum berkumpul di kamar Sena, Gyurin, dan Miran, mendiskusikan tata rias yang tepat untuk konser yang akan dilaksanakan esok hari. Ponselku sejak tadi berdering di dalam tas tapi tetap ku abaikan. Bukan waktu yang tepat untuk bermain-main, jemari masih sibuk menulis perlengkapan yang berada dalam tas make up yang akan menjadi tanggung jawabku.

Kami baru menyelesaikan pekerjaan pukul dua belas waktu setempat. Tubuhku terasa remuk, lelah sekali. Aku meronggoh tas teringat panggilan masuk yang aku abaikan sedari tadi. Terdapat sepuluh pesan dan lima panggilan masuk melalui aplikasi chating. Nama Brian terpampang di salah satu daftar panggilan.

Setekita nafasku tercekat, aku melupakan dia. Melupakan Brian yang sudah begitu banyak berharap. Sejak Baekhyun kembali aku semakin sering mengabaikannya. Tidak seharusnya seperti ini, Brian adalah lelaki baik. Tidak sepantasnya aku melakukan hal seperti ini padanya. Tapi aku belum mampu tegas, perasaan pada Baekhyun masih begitu besar. Namun aku ragu dapat kembali bersama.

Anggap aku egois karena pada nyatanya memang seperti itu. Aku menginginkan Baekhyun, namun aku takut kehilangan Brian. Aku benar-benar perempuan jahat.

"Ku dengar Baekhyun dan Taeyeon putus."

Mataku membelalak tidak percaya, aku pasti salah dengar karena sedari tadi melamun. Aku mengangguk yakin.

"Ya, gosipnya sudah menyebar. Katanya Baekhyun yang mengakhiri." timpal Miran

"Kenapa? Mereka pasangan yang cocok."

Aku harap tidak ada hubungannya denganku.

"Mungkin karena Taeyeon sering dibully fans Baekhyun." duga Sena, aku mengangguk. Itu lebih baik dari pada aku menjadi alasannya.

"Aaahh... itu menyedihkan sekali jika benar. Mereka seperti pasangan di drama-drama..."

"Bagaimana menurutmu Hye."

"..."

"Hyein!"

"Y-ya?" Jawabku gelagapan.

"Kenapa melamun? Tidak dihubungi Brian?" goda Gyurin, aku tersenyum simpul. Rasanya enggan menjawab. Kembali mereka melanjutkan gosip dan aku kembali termenung memikirkan tindakanku yang memang salah sejak kedatangan Baekhyun minggu lalu.

"Permisi." suara itu sangat tidak asing dipendengaran. Aku menoleh mendapati Baekhyun sudah berdiri di sana dengan senyum manis. Beberapa staff tampak kaget dan juga ada yang berbinar melihatnya.

"Boleh pinjam Hyein sebentar?"

Semua yang ada di ruangan serempak menatapku seolah aku adalah seorang terdakwa yang divonis bersalah. Ini tidak akan baik.

My EX [BBH] [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now