Prolog

141K 7.5K 150
                                    

Selamat Membaca!⏳

Jakarta, Indonesia 21:00 WIB

Hadi Hermawan menatap anak perempuannya dengan raut wajah sedih, tidak tergambarkan ketika menghadapi kenyataan mereka harus tinggal di depan ruko yang telah tutup.

Tepat pukul tiga sore tadi, rumah mereka disita karena terlilit hutang. Hadi menyalahkan dirinya, mengapa usaha yang dia bangun sampai bangkrut dan akhirnya membuat kedua harta berharganya harus mengalami kepahitan ini.

Diasha Hermawan-istrinya, mengelus punggung tangan sang suami, menatapnya dengan senyuman terbaik meski harus mengalami kejadian naas ini.

"Aku akan selalu di sampingmu. Tenanglah, tidak usah khawatir. Kita bisa mencari pekerjaan habis ini." ucap Diasha tenang menyemangati.

Hadi tahu, di balik senyumnya, ada sebuah kekecewaan besar yang di rasakan istrinya. Hanya saja Diasha pintar menyembunyikan ekspresi sedih, sebab, dia tak pernah mengeluh sebagai seorang istri.

"Apa kau yakin kita bisa melakukan ini?" tanya Hadi sambil menggenggam tangan istrinya. Raut wajahnya sudah tidak karuan, antara sedih, kecewa, marah, kesal, semua bercampur jadi satu.

"Tentu saja. Tapi ..." Diasha menggantung kalimatnya. Hadi menatapnya penuh tanda tanya. "Tapi apa?" potong Hadi bertanya.

"Bagaimana dengan anak kita? Tidak mungkin dia ikut bekerja. Dia perlu melanjutkan kuliahnya," lanjut Diasha menatap suaminya bingung.

Hadi melupakan hal itu. Ya, dia melupakan bagian dimana putri semata wayangnya, Livy, masih berkuliah semester lima. Namun kuliahnya pasti terhenti jika mereka tak punya uang.

"Aku akan mencari cara untuk itu. Atau ..." kali ini, Hadi yang menggantung kalimatnya sehingga membuat Diasha berbalik menatap penuh tanya. "Kita titipkan saja Livy ke salah satu temanku." lanjutnya. Hadi tahu ini bukan sebuah gagasan yang bagus. Terlebih dia bukan tipe yang senang menyusahkan orang lain. Dan, pastinya Diasha tak akan setuju.

"Temanmu? Siapa?" tanya Diasha menaikkan satu alisnya.

"Arthur." jawab Hadi. Ada getar ragu saat mengucapkan nama itu.

"Arthur Ackles? Temanmu yang tinggal di London itu?" tanya Diasha kembali.

Hadi mengangguk pelan. Diasha menggelengkan kepala tak setuju.

"Bagaimana bisa kau menitipkan anakmu dengan seorang teman yang sudah tak pernah bertemu lagi denganmu selama puluhan tahun?" kata Diasha berdecak. Ada nada kesal yang terdengar dari suaranya.

Hadi menatap dalam kedua manik bola mata cokelat kemudaan Diasha, tangannya menggenggam erat tangan perempuan yang dia cintai.

"Selama ini aku masih sering bertukar kabar dengannya melalui e-mail. Percaya lah, kita harus menitipkannya kesana. Walau bagaimana pun, Livy memerlukan kehidupan yang layak seperti yang kita berikan padanya dulu. Aku percaya Arthur bisa menjaganya dengan baik karena dia adalah teman semasa kecilku." ucap Hadi yakin. Tak ada ragu dalam perkataannya sekarang.

Diasha tidak bisa melawan suaminya, dia juga ingin anak perempuannya memiliki kehidupan yang layak seperti kata Hadi tadi. Tanpa ragu seperti sebelumnya, Diasha mengangguk setuju mengatakan, "Ya, kita titipkan anak kita dengan temanmu itu. Tetapi jika kita sudah berhasil lagi, kita harus mengajak Livy kembali bersama kita."

Hadi tersenyum pasti. "Tentu saja sayang."

Diam-diam, perempuan yang sedang mereka bicarakan mendengar semua percakapan mereka. Hatinya sedih saat mendengar usaha orangtuanya untuk membuatnya mendapat kehidupan yang layak. Tanpa di sadari air matanya terus mengalir tanpa henti.

*****

Di berbeda tempat, London, Inggris.

Kediaman Arthur Ackles

Seorang pria paruh baya menyantap sarapan paginya. Dia-Arthur Ackles, menatap satu persatu wajah ketiga anak lelakinya.

"Christian, apa yang akan kau lakukan akhir pekan nanti? Apa kau memiliki janji?" tanya Arthur, melihat lelaki di paling kanan, tepat di sebelahnya.

"Tidak. Aku ingin membaca buku, seperti biasa." jawab Christian Ackles datar.

"Bagaimana denganmu Joshua?" tanya Arthur melihat sisi lain yang berseberangan dengan Christian.

"Aku ingin pergi bersama teman-temanku." jawab Joshua Ackles sambil terus mengunyah makanannya.

"Dan, bagaimana denganmu Eric?" tanya Arthur untuk lelaki yang duduk bersebelahan dengan Joshua.

"Aku tidak ada kegiatan. Apa Dad ingin mengajakku pergi?" jawab Eric Ackles dengan senyum senangnya.

Arthur tersenyum. "Tidak. Aku akan mengajak kalian camping akhir minggu ini. Ku harap kalian bisa mengosongkan jadwal kalian. Tidak ada penolakan karena ini kegiatan wajib keluarga kita." kata Arthur tegas.

Ketiga anaknya tersentak kaget mendengar pernyataan itu. Suka tidak suka mereka memang harus mengikuti aturan ayahnya.

"Dan ..." sela Cindy Ackles-ibu dari ketiga lelaki itu menggantung. "Kalian akan kedatangan tamu." tambahnya dengan senyum senang.

Ketiganya menatap heran, terlebih Joshua dan Christian.

"Tamu? Siapa?" tanya Joshua ingin tahu.

"Rahasia. Kalian harus memperlakukannya dengan baik selama dia tinggal disini." jawab Cindy, senyumnya tak pernah pudar saat berbicara.

"Apa maksudmu tinggal disini Mom?" tanya Christian semakin bingung.

"Perempuan itu akan tinggal bersama kita. Kalian harus bersikap baik selayaknya keluarga. Jangan membantah, ini perintah!" jawab Cindy tegas.

"Oh-hell!" umpat Joshua tidak senang.

"Josh, jaga ucapanmu!" tegur Cindy tegas.

"Ya, maaf." sahut Joshua malas.

"Kenapa harus ada tamu yang tinggal disini? Tinggal bersama mereka saja sudah menyusahkan." gumam Christian tidak percaya.

"Bukan kah ini akan lebih menyenangkan? Kita akan kedatangan tamu seorang perempuan. Ya bukan Josh?" seru Eric penuh rasa semangat.

"Maybe. Paling tidak dia seorang perempuan, bukan lelaki seperti kalian." sahut Joshua dengan nada malas.

Baik Arthur dan Cindy saling bertukar pandang. Mereka tersenyum mendengar respon yang beragam dari ketiga anaknya.

"Believe me, they're gonna like her presence." ucap Arthur dengan isyarat bibir tanpa suara pada istrinya.

Cindy tertawa kecil sambil mengangguk. Dia membalasnya dengan isyarat yang sama. "Sure. I knew it."

________

Apa kehadiran Livy akan membawa hal yang baik dalam kehidupan tiga lelaki itu?

Kalian mau tahu seperti apa paras ketiga lelaki itu?

Cek chapter selanjutnya ya!

Tolong tinggalkan komen atau vote ya💕

Terima kasih💋

Love, CJ💋

Last Man Standing (TAMAT)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ