LMS-Ch. 11: Being A Spy For Her

85.7K 4.9K 344
                                    

Guys terima kasih sudah membaca ceritanya ya, aku bersyukur banget💕😘 vote, komen kalian berarti banget loh hihi 💕🙈

Ayo nanti kasih komen yaaaa, soalnya aku juga mau tau nih gimana menurut kalian cerita aku 😘😘🙈💕

Anyway jawab disini ya, kalau disuruh memilih, kalian pilih di nikahin salah satu dari trio handsome man (Eric - Christian - Joshua), Darren atau Cameron ? 😂😂😂😂

Happy Reading⏳


Livy sedang berdiskusi dengan kedua temannya. Seperti biasa, Keira dan Cameron. Mereka berbincang ringan membahas hal-hal terkait jurusan mereka. Belum perbincangan mereka selesai, suara bariton terdengar, cukup mengejutkan mereka.

"Hi Liv,"

Sapaan itu membuat mereka menoleh, terlebih sang pemilik nama.

Livy terkejut melihatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Livy terkejut melihatnya. Sosok yang kemarin memberikannya boneka kembali muncul. Darren. Ya, seniornya itu.

"Apa aku boleh meminjam Livy sebentar?"

Livy terpaku memandangi wajah Darren yang menurutnya semakin hari semakin tampan.

Keira berbisik, "Liv, tunggu apalagi? Darren ingin berbincang denganmu."

Livy tersentak sehingga ia spontan bangkit dari duduknya. Ia menatap kedua temannya dan berkata, "Kalau begitu aku pamit sebentar ya, jangan pulang sebelum aku kembali."

Keira dan Cameron mengangguk. Keduanya bersamaan mengacungkan jempol sebagai balasannya.

Livy kemudian berjalan menghampiri Darren. Keduanya berjalan keluar dari cafe. Tidak ingin jauh dari cafe, mereka memilih berdiri tepat di depan cafe.

"Liv, aku tidak suka berbasa-basi. Aku akan mengatakan intinya saja. Aku ingin mengajakmu menonton konser John Legend besok. Apa kau menerima tawaranku?" tanya Darren dengan senyumnya.

Menonton konser bersama? Konser John Legend?? Apa telinganya tidak salah dengar? Apa ia sedang berada di alam mimpi? Seorang lelaki seperti Darren mengajaknya menonton konser? Apa itu pertanda ini sebuah kencan? Oh-God!

"Liv, jadi apa jawabanmu?" suara Darren membuyarkan semua pertanyaan di kepalanya.

Livy tersentak. "I-i-i-iya. Iya aku bersedia." jawabnya terbata.

Darren terlihat begitu senang. Wajahnya bisa memancarkan kegembiraannya itu. Darren boleh senang, tetapi jantung Livy sedang tidak bisa di ajak berkompromi karena berdegup kencang.

Darren mengeluarkan ponselnya. "Kalau begitu, aku akan mengabarimu lagi besok. Boleh aku meminta nomor ponselmu, Liv?"

Livy mengangguk cepat. Ia segera mengetik nomornya pada ponsel Darren yang sudah di berikan padanya tadi.

Last Man Standing (TAMAT)Where stories live. Discover now