LMS-Ch. 3: Between Kind and Rude

102K 6.4K 312
                                    

*Playlist di atas: Jonas Blue-Perfect Strangers ft. JP Cooper

Happy Reading⏳


Livy merebahkan tubuhnya. Kakinya sakit akibat perjalanan jauh berkat kebaikan Joshua. Ya, kebaikan yang membuatnya tersiksa. Kakinya lecet akibat memakai sepatu baru yang di ambil dari rak lemari ruang khusus pakaian.

Tok!

Tok!

Dengan jalan gontai, Livy membuka pintu kamarnya. Wajahnya sudah tidak bersahabat sekarang, tubuhnya terlalu lemas untuk tersenyum menyapa seseorang di luar pintunya.

"Liv, apa kau baik-baik saja?"

Melihat wajah Eric yang muncul dari balik pintu kamarnya membuat Livy menarik senyum. Paling tidak ia ingin memaksakan senyuman untuk lelaki baik itu.

"Aku tidak apa-apa. Ada apa Eric?" tanya Livy.

"Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, karena Albert bilang kau terlihat sangat lelah sepulang kuliah tadi."

Apa ia harus mengatakan yang sesungguhnya? Tetapi nanti dikira ia suka mengadu, bisa-bisa Joshua akan semakin menyiksanya jika tahu ia mengadu. Ingin ku katakan, tetapi rasanya sulit ... apalagi Eric kakaknya.

Livy tidak bergeming masih berpikir. Eric mendapati Livy seperti sedang memikirkan sesuatu. Pandangannya beralih melihat lecet pada kaki Livy. Ketika Eric berjongkok di depannya, Livy terkejut.

"Liv! Kakimu penuh luka lecet. Sebenarnya apa yang kau lakukan sampai begini?" Eric menyentuh kakinya pelan. Livy sempat meringis saat Eric menyentuh kakinya yang perih.

Tanpa aba-aba, Eric langsung menggendong tubuh Livy membuat perempuan itu terkejut karenanya.

"Eric!! Apa yang kau lakukan?! Turunkan aku!"

Eric tidak memperdulikan meski Livy berontak ingin di turunkan. Eric membawanya menuju kamar. Bukan kamar Livy, melainkan kamar Eric.

Livy berhenti berontak, ia memperhatikan ruang kamar Eric yang luar biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Livy berhenti berontak, ia memperhatikan ruang kamar Eric yang luar biasa. Kamarnya tertata rapi, tidak ada indikasi berantakan disana.

Eric menurunkan Livy, membiarkannya terduduk di tepi tempat tidur.

"Eric ap–"

"Liv, kakimu perlu di obati. Katakan padaku yang sesungguhnya bagaimana kakimu bisa begini?" Eric menatap Livy penuh curiga. Mungkin dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi dia tidak bodoh. Dia tahu Livy menyembunyikan sesuatu.

Livy menghindari tatapan lelaki itu, dia tidak sanggup jika Eric menunjukkan tatapan memaksa ingin tahu. "Uhm ... tidak ada apa-apa."

Eric mengacak rambutnya. "Ya sudah jika kau tidak ingin memberitahuku. Tunggu sebentar disini, kakimu perlu di obati." kata Eric tersenyum.

Last Man Standing (TAMAT)Where stories live. Discover now