🌹 Pertemuan A

1.9K 87 9
                                    

"(Mereka berdo'a) "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."

~ Q.S Ali 'Imran/3: 8~

****

Sore itu, di bawah senja yang perlahan mulai kembali ke peraduannya, tampak sosok gadis dengan gamis marun dengan jilbab lebar yang menutupi tubuhnya. Gadis itu tengah tenggelam dalam proposal yang berada di pangkuannya, sesekali menatap langit jingga di depannya. Indah. Kesan yang selalu ia dapatkan dari pemandangan yang hampir setiap sore ia saksikan itu selalu indah.

Senja adalah salah satu karya Tuhan yang selalu membuat Adhera merasa bersyukur di setiap hembusan napasnya. Dengan keindahan ini, ia akan selalu mengingat rahmat yang telah diberikan Tuhannya. Dengan keindahan ini, ia selalu dibuat merasa takjub serta kagum atas segala kebesaran Tuhannya Yang Maha Indah.

Adhera kembali pada kegiatannya. Ia mulai membalik lembaran demi lembaran proposal tersebut. Memberikan tanda pada setiap bagian yang telah ia perbaiki. Rencananya, ia akan mengajukan proposal tersebut ke prusahaan calon suaminya. Tapi sebelum itu, ia harus benar-benar memperhatikan isi dari proposalnya. Jangan sampai proposal yang ia ajukan ditolak mentah-mentah karena masalah perangkaian kata yang amburadul.

Triing..

Getaran pada ponselnya memecah konsentrasi gadis bermata cokelat itu. Tangannya mulai meraih ponsel yang terletak di samping tempat duduknya. Melihat siapakah yang mengiriminya pesan.

Arsyamil

Dhe, pulang dari kantor nanti aku sama Umi mau ke panti. Kamu ga usah kemana-mana ya. Umi mau ngenalin kamu sama adek aku.

Read 05:50

Setelah membaca dan melihat pengirim pesan tersebut, seketika sudut bibir gadis itu terangkat membuat sebuah lengkungan indah di wajahnya. Akhirnya ia akan bertemu dengan calon adik iparnya. Setelah sekian lama ia hanya mendengar kisah spiritual gadis itu dari calon suaminya, yang katanya memiliki sebuah perjalanan hijrah yang akan membuat orang yang mendengarnya ikut larut dalam haru serta merasakan sulitnya rintangan yang dihadapi gadis itu.

Adhera:

Mau datang jam berapa?

Read 05:59

Belum sempat Adhera membaca balasan yang masuk di ponselnya, adzan magrib sudah terlebih dulu berkumandang. Bertananda panggilan untuk mengadu pada Allah telah tiba. Ia langsung beranjak dari posisinya, setelah sebelumnya memasukan barang-barangnya ke dalam tas selempang yang biasa ia bawa. Bergegas menuju tempat ia memarkirkan motornya, kemudian mencari masjid terdekat di taman itu.

🍃🍃🍃


Dua bulan lagi, acara pernikahan kakaknya akan dilangsungkan. Tapi gadis itu belum tahu siapa calon dari kakaknya. Apakah gadis yang akan kakaknya nikahi itu termasuk dalam kriteria calon idaman menurutnya? Apakah calon istri kakaknya wanita yang sholehah? Apakah calon kakaknya wanita berjilbab? Apakah calon kakaknya wanita berparas ayu?

Entahlah, sudah berapa banyak 'apakah' yang terlintas di otaknya tentang calon istri kakaknya. Sampai sekarang, kakaknya belum mau memberi tahu seperti apa wanita pilihannya. Bahkan namanya pun ia tak tahu. Ugh, kejam sekali keluarganya.

Aulia Sabrina, gadis yang dua bulan lagi akan memasuki usia 24 tahun. Gadis bergamis dengan bola mata indahnya. Adik dari Arlofa Daeghan Arsyamil yang dulu adalah gadis kecil yang manja. Namun karena begitu banyak ujian yang telah ia lalui itu, mampu membuatnya menjadi seorang gadis tangguh dengan benteng yang sulit ditembus.

"Bang, Kasih tau namnya dong. Masa iya, aku mau ketemu calon kakak ipar tapi aku gak tau namanya," protesnya pada sang kakak. Malam ini, ia serta umi dan kakaknya akan mengunjungi calon kakak iparnya. Tapi yang ia permasalahkan, kakaknya ini sama sekali tidak mau memberi tahunya siapa yang akan menjadi kakak iparnya nanti. Tapi emang dasar kakaknya batu. Mau bagaimana pun juga, ia tidak akan membuka mulutnya.

"Udahlah dek, nanti juga kamu bakalan tahu," sela sang umi. "Pokoknya, calon kakakmu itu calon idaman banget," lanjut wanita paruh baya itu diakhiri dengan senyuman.

Sabrin-panggialan gadis itu- merengut kesal. Akhirnya ia memilih diam, lagian juga kalau pun ia terus memaksa, kakak ataupun uminya tetap saja tidak akan memberitahunya, sebelum ia bertemu langsung dengan calon kakak iparnya itu.

Ughh, menyebalakan, batinya.

Tapi ia percaya bahwa pilihan kakaknya tak akan salah. Karena ia tahu, bahwa kakaknya tidak akan memilih wanita yang tentu saja tidak bisa menjaga dirinya dengan baik. Menjaga diri disini maksudnya dalam artian mengumbar auratnya dengan sembarang. Karena ia percaya bahwa orang baik untuk orang yang baik pula. Dan sebaliknya orang yang tidak baik untuk orang yang tidak baik pula. Seperti janji Allah dalam al-qur'an. Dan ia pun percaya bahwa kakaknya adalah orang yang baik, jadi bukankah dia seharusnya mendapatkan seorang pendamping yang baik juga?

Terlalu lelah menerka, akhirnya ia memutuskan untuk menyandarkan kepalanya pada pintu mobil kakaknya. Memilih untuk menutup matanya dan berselancar dalam dunia mimpinya.

.
.

"Dek, ayo bangun. Sudah sampai."

Samar-samar Sabrin mendengar suara lembut Uminya. Lengan kanan yang tertutup kain gamis diusap pelan. Ia kemudian menggeliat. Setelah mengumpulkan kesadarannya, gadis itu mulai menatap sekitar. Rumah minimalis dengan taman kecil di sekitarnya. Rumah itu tampak tak asing untuk Sabrin. Dulu, rasanya ia sering ke sini. Seperti yang terlihat, rumah itu nampak asri. Pintu kayu dengan cat putih tampak tak asing baginya.

"Ini di mana, Mi?" ia mencoba bertanya pada sang Umi.

Umi hanya tersenyum kecil. Meraih tangannya, kemudian mengajakanya keluar dari mobil yang berusan mereka kendarai.

"Rumah calon kakak iparmu," jawab sang Umi sekenanya.

Tanpa menolak, Sabrin mengikuti langkah sang Umi dengan Arsya yang berjalan di sampingnya.

"Rumah ini.... "

Bersambung...

Princess AdheraWhere stories live. Discover now