🌹 Awalan

1.6K 59 0
                                    

"Wahai Dzat yang Maha Membolak Balikkan Hati, teguhkanlah hatiku di atas agamaMu."

****

Rumah itu terlihat lumayan ramai saat lelaki itu mulai memijakkan kakinya di teras depan. Terdengar suara riuh dengan orang-orang yang berlalu lalang membawa berbagai jenis barang. Entah itu panci, piring-piring bersih dan lain sebagainya. Pemandangan ini cukup asing bagi Arsya. Bahkan saat ada syukuran pun, rumahnya tidak akan seramai ini. Tapi mengingat besok adalah hari penting untuknya, jadi sangat wajar jika di rumahnya sudah tampak seperti bazar saja.

Besok di rumahnya akan diadakan pengajian sebelum akad nikah seminggu lagi. Bahkan di panti asuhan tempat Adhera tinggal pun, acara pengajian akan diadakan. Tetapi tidak semewah acara di rumahnya. Mengingat hampir ibu-ibu di setiap komplek perumahan tempat ia tinggal adalah teman kajian Umminya. Dan sudah pasti mereka semua akan diundang.

'Gdebuugh prank..!!'

Saat lelaki itu hendak kembali melangkah, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari arah samping rumah. Seketika Arsya menoleh ke arah sumber kegaduhan itu dan mendapati gadis dengan gamis tosca tengah tersenyum cengengesan ke arahnya. Arsya berdecak singkat.

Gadis ceroboh, batinnya.

"Kamu ini. Badan segede lidi masih aja nekat ngangkat yang beginian," dumelnya yang di balas kekehan kecil dari gadis di depannya. "Sini, Abang bantu."

"Nih, tadi kan gak ada orang yang bisa dimintain tolong, Bang," ujarnya seraya menyerahkan panci yang masih bertahan di tangannya.

"Emang yang lain pada ke mana? Kok sampai kamu yang angkat beginian."


Sabrina menatap wajah lelah Abangnya sekilas. Gadis itu tersenyum seraya berujar, "pada di dalam semua, Bang. Lagian ini juga mepet banget, mau dipake sekarang," tuturnya.


"Ya udah. Lain kali, kalo sekiranya kamu gak kuat ataupun gak mampu buat ngangkat yang beginian, mending gak usah deh. Dari pada entar Ummi ngomel-ngomel gara-gara pancinya lecet." Arsya tersenyum sekilas. Menatap wajah adiknya yang mulai kusut akibat ucapannya barusan. "Ayo masuk," ajaknya seraya berjalan terlebih dahulu. Meninggalkan gadis cerobah yang tengah mencabikan bibirnya itu.

"Assalamualaikum, " salam lelaki itu sesaat setelah sampai di ruang tengah.


Di sana tampak beberpa ibu-ibu tetangganya yang tengah membantu Ummi menyiapkan bahan makanan untuk acara besok malam. Ummi menatap kedua anaknya yang berdiri berdampingan. Senyumnya terbit seketika saat melihat Arsya yang tengah membawa tiga panci di tangannya.


"Kenapa dibantuin, Bang?" tanya Ummi setelah menjawab salam dari putranya. Ia menatap sekilas gadis di samping Arsya seraya tersenyum mengejek. "Dia kan kuat," tambahnya yang seketika membuat Sabrin menunduk dan disambut gelak tawa dari ibu-ibu yang tampak memperhatikan interaksi mereka.

Lelaki itu tersenyum kecil. Mencoba menahan tawa yang hampir saja meledak. Adiknya yang ceroboh ini ternyata nekat ingin membawa panci sebanyak ini, dengan ukuran lima kilo lagi.

Sok kuat sekali.

"Kasihan, Mi. Tadi pancinya jatuh, untung gak lecet." Ucapan Arsya seketika membuat Umminya melotot kemudian buru-buru berdiri dan memeriksa panci kesayangannya.

Princess AdheraWhere stories live. Discover now