Chapter 4

4.1K 190 13
                                    

Sudah satu minggu lebih Hinata tidak terlihat bersama Naruto, tidak ada yang tahu pasti kenapa tapi setiap berpapasan dengan Naruto Hinata selalu menghindar dan memberi alasan yang tidak masuk akal, bahkan semua sahabatnya pun tidak ada yang tahu kenapa sikap Hinata berubah 180° setiap ditanya kenapa ia hanya menjawab tidak apa-apa semakin memberikan sebuah tanda tanya besar di kepala mereka.

Jika saat masih SMA dulu jika mereka sedang kesal satu sama lain mereka akan mengeluarkan sumpah serapah, melempar barang, atau Hinata yang menangis. Namun kali ini berbeda Hinata hanya diam dan bisa dibilang sikapnya menjadi dingin menyaingi Sasuke.

Bahkan hari ini ia sama sekali tidak mendengarkan penjelasan Ibiki, dosen yang terkenal killer itu. Tubuhnya memang ada disini tapi pikirannya melayang ntah kemana.

"Hyuga Hinata!" Lihat? Ia bahkan menghiraukan panggilan dosennya itu, Sakura menyenggol lengannya mencoba mengembalikan kesadaran teman indigonya itu, tapi tidak berhasil sampai Ibiki menggebrak meja barulah ia tersadar.

"Hyuga Hinata! Apa kau bisa menjelaskan apa yang tadi ku katakan?!" Keringat dingin membanjiri tubuh Hinata, bagaimana bisa menjelaskan jika dari tadi dia melamun.

"M-maaf sensei aku tidak bisa"

"Kalau begitu keluar dari kelas ku sekarang!" Sentaknya, seluruh penghuni kelas itu memandang tidak percaya pada Hinata, tidak biasanya dia seperti itu dikelas bahkan ia digolongkan sebagai siswa yang rajin dan tidak pernah mengabaikan penjelasan dosen atau bolos kelas tapi sekarang?

Menghela nafas, Hinata hanya bersandar di tembok koridor sesekali matanya tertutup dan terbuka lagi. Sepertinya ia butuh angin segar untuk menjernihkan otaknya yang beberapa hari ini lebih konslet dari biasanya.

Kaki-kaki mungil itu digerakkan nya dengan ringan menuju atap, karna menurutnya tidak ada tempat yang menarik lagi mungkin saat libur ia perlu ke pantai untuk merefresh mata.
.
.
.
Sakura berjalan menuju kantin untuk menemui keempat sahabatnya dan tentu saja juga uke tersayangnya dengan empat teman tambahan, tadinya saat keluar kelas ia ingin mengajak Hinata tapi orang yang ingin diajak tidak ada, jadilah ia kekantin sendiri, mungkin Hinata sudah di sana duluan itu pikirnya.

Dan benar saja saat sampai disana mereka sudah memesan makanan nya masing-masing, tapi seperti ada yang kurang..., Mendekati mereka dan langsung duduk disebelah Sasuke.

"Dimana Hinata?" Tanyanya to the point, mendapat tatapan tanya dari mereka.

"Bukankah dia bersamamu? Kupikir tadi kau kesini dengannya" ucap Ino mewakili pertanyaan yang lain.

"Maunya tadi memang seperti itu, tapi tadi dia dihukum Ibiki-sensei dan dia dikeluarkan dari kelas, saat istirahat dia sudah tidak ada dan kukira Hinata sudah kesini duluan."

"Dia tidak ada disini dari tadi" ucap Temari membuat empat sekawan ini langsung panik, tidak biasanya Hinata menghilang begitu saja tanpa mereka, biasanya ke toilet saja minta ditemani tapi sekarang?

"Aku akan mencarinya" ucap Naruto setelah sedari tadi hanya diam, bukan karna alasan ia mencari Hinata sebenarnya ia tidak begitu khawatir karna ia yakin Hinata itu perempuan yang kuat melebihi dirinya, tapi ia ingin tahu kenapa sikap Hinata akhir-akhir ini berubah menjadi dingin padanya, demi apapun ia lebih memilih dimarahi dari pada didiamkan seperti ini.

Sementara itu di atap terlihat gadis dengan surai indigo panjangnya yang berantakan, serta air matanya yang terus mengalir walaupun tidak diinginkan ia menangis dalam diam, Hinata tidak tahu kenapa ia menangis tapi air matanya tidak bisa berhenti meski ia sudah mengusapnya berkali-kali, dadanya sesak karna kejadian sepuluh hari yang lalu.

Tidak! Ini bukan salah Naruto, ini salahnya karna melihat itu.

Flashback

Mata bulan Hinata terus menyelidik setiap tempat yang ia lewati, lorong, lab, gedung olahraga, gudang, toilet, tapi tetap ia tidak menemukan pemuda kuning itu.

Lovers?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora