Chapter 8

3.7K 168 12
                                    

Pagi-pagi sekali Hinata sudah bangun dari tidurnya, padahal hari ini hari libur tapi dengan semangat gadis 19 tahun itu sudah menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Ya sejak Naruto memintanya memasak Hinata jadi sering melakukannya walaupun kadang hasilnya terlalu asin atau sedikit gosong, Hiashi harus berterimakasih pada pemuda pirang itu, karena secara tidak langsung membuat putrinya seperti wanita sungguhan.

"Nee-san? Masak apa?" Hanabi adik Hinata satu-satunya itu bertanya antusias, hidung bangirnya sudah mencium harum masakan sedari tadi dan itu membuat perutnya keroncongan.

"Hanya nasi dan ayam goreng" jawabnya dan mengambil bumbu dapur untuk masakannya itu, "hatchiii..." Hinata mengelap hidungnya yang gatal mencium bau bumbu yang menyengat.

'nafsu makanku hilang' Hanabi melihat sekeliling dapur, mata pucatnya mencari orang yang harusnya bertanggung jawab di dapur, "di mana Aoi Aoi Ano Sora?" Tanya gadis surai cokelat itu, abaikan saja panggilannya untuk koki mansion itu.

"Umm...dia ku suruh belanja supaya aku bisa mengambil alih kekuasaannya dan menjadikannya wilayah ku buahahahahahaha..." Hanabi sweat drop melihat kelakuan absurd kakaknya. 'Aku jadi malu mengakuinya kakakku, cantik sih tapi sayang geser, Neneng p'a'

Setelah selesai Hinata menata makanan itu di meja makan, hanya telur mata sapi, ayam dan nasi goreng. Sederhana tapi Hinata puas dengan itu karena itu hasil masakannya, walaupun ia tidak yakin soal rasa.

"Wahh..., Tumben sekali kau masak untuk sarapan Hinata, ada apa hm?" Hikari datang dengan Hiashi di belakangnya dengan wajah yang berantakan, Hinata paham kondisi kedua orang tuanya itu dan memutar bola matanya malas, bibirnya mengerucut lucu.

"Aku tidak mau punya adik lagi" gumamnya pelan tapi masih bisa di dengar dua orang dewasa ini yang hanya menggaruk pipi mereka yang merona. Sementara Hanabi hanya meresponnya bingung, "ha?"

"Paha ayam memang yang terbaik" ucap Hanabi dengan wajah yang berseri, mulutnya terus mengunyah daging putih itu.

"Huh..., Dari pada paha lebih baik dada" Hinata menampik ucapan adiknya itu, dan mendapat dead glare dari gadis coklat itu.

"Paha itu lebih baik dari pada dada!"

"Yaya terserah mu, banggakan saja paha burikmu itu" wajah Hanabi memerah, kesal dengan kakaknya.

"Apa kau bilang"

Hap...

Satu potong paha ayam berhasil Hanabi ke mulut kakaknya membuat Hinata tersedak karena ulahnya, "sialan" gadis indigo itu balik memasukkan dada ayam dengan ukuran super jumbo itu ke mulut Hanabi dan menggigit ayam lainnya.

"Akan ku balas kau Hinata hyaaaatttt" kedua tangan gadis mungil itu menggenggam paha ayam dan bergaya seperti akan bertarung.

"Wooohhhh" Hinata yang juga tidak mau kalah memasang pose seperti bangau dengan dada ayam di mulutnya. Kelakuan kedua putrinya itu membuat Hiashi memijit pangkal hidungnya, 'sabar Hiashi setahun lagi Hinata akan berpindah tangan'

***

Hinata mengutak-atik ponselnya, memainkan game di sana Honkai impact entah sudah berapa lama dia tidak bermain game seperti ini. Setiap hari ia hanya mengerjakan tugas kuliah yang membuatnya stress.

Drrrttt drrrttt

Handphone miliknya bergetar mengalihkan layar game dengan panggilan masuk, gadis itu mencak-mencak, mengumpat pada orang yang menelfonnya ini.

Lovers?Où les histoires vivent. Découvrez maintenant