Chapter 10

5.8K 215 31
                                    

Hinata terlihat cantik dengan balutan dress biru muda, wajahnya hanya di poles sedikit tidak berlebihan, hanya dandanan sederhana. Rambut nya di gelung, menyisakan anak rambut yang membingkai wajah manisnya. Sebenarnya dia terpaksa menerima pertunangan yang katanya pasti Hinata sukai.

Bibirnya mengerucut sebal pada kakak dan ibunya yang sedari tadi tidak berhenti menasehatinya, ayolah dia masih muda, masih dua puluh tahun, memangnya dia sebegitu tidak lakunya sampai menjodohkan dia dengan orang yang tidak dikenal?

"Hinata tersenyum lah, kau terlihat jelek jika terus cemberut seperti itu" Neji mencoba menghibur adiknya walaupun hasilnya nihil, dia tahu Hinata merajuk.

"Sudah ku bilang aku tidak mau di jodohkan! Kenapa kalian memaksaku! Ini akan jadi hidupku bukan hidup kalian, kenapa hiks..., Walaupun dia tampan hiks..., Aku tidak mau hiks..., Aku ingin Naruto hiks..., Kalian tidak akan mengerti hiks" Neji tersenyum lembut pada Hinata, mengusap lelehan air mata di pipi gembil gadis itu, ya dia memaklumi sikap Hinata sekarang, selama setahun mereka hanya memaksa Hinata agar mau menerima pria yang akan menjadi suaminya kelak, tapi tidak pernah memberi tahu siapa laki-laki itu.

"Nii-san yakin kau tidak akan menyesal, aku panggil Ino dulu untuk membetulkan make up mu" pemuda 25 tahun itu keluar dari kamar Hinata dan memanggil teman pirang gadis itu. Hinata terus menangis tersedu-sedu, dia tidak ingin pertunangan ini, ia hanya ingin Naruto.

"Hinata, yaampun kau kacau sekali acaranya sudah mau mulai jangan merusak riasanmu" omel Sakura dan itu membuat Hinata tambah menangis kencang.

"Huaaaa..., Sakura aku tidak mau, aku tidak mau, aku mau di jodohkan dengan paman-paman mesum aku tidak mau huaaaaa..." Hinata merengek, wajahnya ia usapkan di lengan baju Sakura lebih tepatnya mengelap ingusnya yang meleleh.

"Memang kau sudah bertemu dengannya?" Tanya Matsuri, Hinata hanya menggeleng menjawabnya.

"Lalu kau ingin dengan siapa? Jangan terlalu jual mahal bisa-bisa kau jadi perawan tua, coba buka hatimu untuk pria ini, mungkin dia orang baik-baik dan bukan paman-paman seperti yang kau bilang" Ino kembali memakaikan bedak dan mewarnai bibir pink itu dengan lipstick miliknya karena Hinata terus menjilati bibir tadi lipstick nya menghilang.

"Aku mau Naruto hiks..., Tapi dia tidak pernah menghubungi ku lagi huaaaaa..." Ino dan lain tersenyum, akhirnya teman mereka ini bisa pintar juga.

"Kau mencintainya ne~?" Tanya Sakura merapikan rambut Hinata, gadis itu sangat acak-acakan sekarang karena terus menangis. Ino juga harus mengulang-ulang memakaikan riasan pada Hinata.

"Aku tidak tahu, tapi waktu itu aku melihatnya sedang berciuman dengan Shion, aku tidak tahu tapi rasanya sakit sekali hiks..."

"Hinata jangan mengelap wajahmu dengan gaun itu, lihat, jadi kotor" ucap Ino geram melihat tingkah Hinata, seingatnya dulu Hinata tidak seperti ini, terakhir kali dia menangis itu saat mereka akan di panggil ke ruang BK saat SMA.

"Sudahlah jangan menangis, aku lelah merapikan dirimu lagi, aku yakin nanti Naruto akan datang" ucap Sakura berusaha menenangkan tapi Hinata malah makin menjadi, mata gadis itu sudah memerah, pun dengan hidungnya dia terlihat menyedihkan.

"Dan melihatku saling memasangkan cincin dengan orang lain? Tidak mau, lebih baik dia tidak usah datang sama sekali"

"Bisa saja kan dia datang dan merebutmu dari pria itu? Ah itu keren seperti cerita yang pernah kau tunjukkan padaku" kini Matsuri yang buka suara, dia sungguh lelah dengan rengekan dan tangisan Hinata, dan gotcha berhasil gadis itu tampak lebih tenang sekarang.

"Ya, tidak ada gunanya juga kau menangis, aku yakin kau akan senang dan puas dengan pilihan orang tuamu, sekarang kita harus keluar, laki-laki itu sudah datang" setelah sedari tadi diam Temari membuka suara dan mendorong Hinata keluar dari kamarnya, walaupun keadaan gadis itu tidak begitu baik.

Lovers?Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz