Chapter 9

3.7K 160 4
                                    

Hinata mencoba melepaskan dirinya dari ciuman kasar Naruto, saliva mereka menetes di sudut bibirnya. Dirinya membutuhkan oksigen sekarang, tapi pemuda ini sepertinya tidak membiarkannya bernafas. Dia akan melepaskan ciumannya dan dengan cepat meraup bibir gadis itu lagi. Bahkan tangan Hinata yang memukul dadanya itu ia hiraukan.

"N-naru, ber-hmmpftt" Hinata menolehkan kepala, menghindari lumatan Naruto pada bibirnya yang ia yakin sudah membengkak, tapi lehernya yang malah menjadi sasaran. Memberi banyak tanda kemerahan disana.

Mata Hinata membelalak saat tangan pemuda itu lancang meremas bokongnya, "NARUTO BERHENTI KAU MABUK!"

Plak

"Diam! Kau mau di sentuh olehnya, tapi tidak mau denganku, tidak ada yang boleh menyentuh dirimu selain aku, hiks... Kau tidak akan tahu rasanya hiks, kau sama saja seperti kaa-san!" Hinata tersentak, ia tidak pernah melihat laki-laki di depannya ini menangis.

Naruto mengusap lelehan air mata yang keluar, pemuda itu menangis seperti anak kecil. Hinata tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi tadi pada Naruto, seingatnya Naruto bukan orang yang tahan dengan alkohol mencium baunya saja sudah membuat pemuda itu pusing, jadi pasti ada masalah. Dengan ragu Hinata balik memeluk Naruto melupakan niatnya untuk menendang masa depan pemuda itu.

"Kau ada masalah? Ingin cerita denganku?" Naruto menggeleng menikmati elusan di kepalanya. "Menangis lah jika kau ingin" Di sinilah Hinata akan bersikap dewasa ketika Naruto rapuh seperti ini dia akan menjadi penopang untuk pemuda itu.

***

"Nghh" Naruto membuka matanya, cahaya matahari pagi mengusik tidur nyenyaknya, mencoba pendidikan dirinya tapi sepasang lengan menahan gerakannya. Melepaskan lilitan tangan itu perlahan, kepalanya sakit, perutnya juga mual, mungkin ia terlalu banyak minum semalam, "hmmkk" Naruto berlari ke kamar mandi memuntahkan semua isi perutnya.

.

Hinata meraba ranjang di sebelahnya tapi tidak menemukan pemuda yang semalam tidur di sampingnya itu, "Naruto?"

"Kau tak apa?" Tanya Hinata sembari mengelus punggung tegap Naruto dari belakang yang di balas anggukan. Naruto berbalik, matanya membola melihat keadaan Hinata yang jauh dari kata baik, tangan tannya menyentuh lebam di pipi Hinata membuat gadis itu meringis. "Apa yang terjadi padamu?"

Hinata menggeleng dan tersenyum, tangannya menggenggam tangan Naruto yang ada di pipinya, "aku tidak apa-apa"

"Ugh"

"Sebaiknya kau istirahat dulu sepertinya kau hangover" Hinata memapah Naruto ke ranjangnya, membaringkan tubuh pemuda itu. "Apa aku yang melakukannya?" Hinata diam tangannya mengelus lembut surai pirang Naruto.

"Maaf, aku tidak sadar, aku tidak bisa melindungi mu. Aku harus bilang apa pada Hiashi-jisan" Naruto memeluk pinggang ramping Hinata, menyusupkan kepalanya di sana mencari kenyamanan.

"Kau sudah melindungi ku, sedari dulu kali selalu melindungiku" Hinata ikut membaringkan dirinya di samping Naruto, memeluk pemuda itu erat, menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya yang mungkin akan ia rindukan.

"Apa itu masih sakit? Aku akan mengambil kotak P3K" Hinata mencegah Naruto menariknya untuk tidur kembali.

"Aku tidak apa, akan lebih sakit jika kau meninggalkanku–" Hinata menghela nafasnya pelan, dadanya sesak kala mengingat perkataan ayahnya tempo hari lalu, "jangan tinggalkan aku" menyembunyikan wajahnya di dada pemuda itu.

Lovers?حيث تعيش القصص. اكتشف الآن