Chapter 6

3.5K 171 21
                                    

Minggu pagi cerah menurut Hinata, gadis indigo itu kini telah tampil manis dan casual bersamaan, dengan gaun lavender pendek dan sepatu cats putih, memiliki kesan sendiri pada Hinata. Kini gadis itu tengah duduk di sofa ruang tamu, iris amethystnya melirik jam yang menunjukan pukul 09.00, sudah setengah jam ia duduk disini menunggu sang empunya keluar dari kamar yang sedang menjalankan ritualnya.

Tapi tetap saja ini terlalu lama bagi gadis itu, sementara Hinata menunggu dibalik bilik dengan pintu kaca buram itu tengah bernyanyi ria tidak perduli jikalau suaranya membuat orang lain tuli, "Hinata oh Hinata..., aku mencintaimu"

45menit bagi gadis itu menunggu Naruto keluar dari kamarnya, dengan kesal dia berjalan menuju kamar pemuda itu di lantai atas dengan kaki yang di hentakan. Hari ini Naruto mengajaknya pergi ke taman bermain, refreshing katanya dan menyuruhnya untuk ke rumah pemuda itu pukul 08.30 pagi tapi ini sudah jauh dari jam yang di janjikan, Hinata heran, temannya itu laki-laki atau gadis perawan, jika mandi saja butuh 45emnit?!.

Tangan-tangan mungil nya ia gerakan untuk menggedor pintu kamar itu dengan brutal, memutar handle mencoba masuk ke kamar, tapi terkunci, Naruto sialan! "Naruto! Kau itu sedang apa didalam sana hah?! Cepat keluar atau aku akan pulang!" Teriak Hinata kesal bahkan sekarang kakinya ikut andil menendang pintu kayu itu keras.

"Tunggu aku masih di kamar mandi" jawab Naruto dengan berteriak juga. Bibirnya mengurva ia yakin sekarang wajah gadis itu sudah memerah.

"Jika dalam hitungan tiga pintu ini tidak dibuka aku akan pulang" hening tidak ada jawaban, dan Hinata mengartikan itu kalau Naruto menantangnya. "Baiklah kalau itu maumu, satu..., Dua..., Ti–"

Cklek

Bruk

"Ittai..., Kenapa kau membuka pintunya bodoh?!" Gadis dengan surai indigo itu mengusap keningnya yang baru saja berciuman mesra dengan lantai kamar. Naruto? Pemuda itu hanya menggosok rambut jabrik nya yang masih basah dengan santai, tidak memperdulikan Hinata.

"Kau cerewet sekali, yang tadi minta dibukakan pintu tu itukan kau kenapa malah menyalahkanku" kesal. Hinata mendongakkan kepalanya, menatap nyalang pemuda matahari itu, tapi yang dia dapat malah 'r...roti sobek, ini refreshing mata yang lebih baik dari pada ke taman'

Hinata terus memandangi pemuda itu tanpa berkedip, wajahnya memanas, tapi matanya tidak bisa lepas dari tubuh pemuda itu. "Aku tahu aku tampan dan sexy, tapi tidak usah memandangiku seperti itu, air liurmu hampir menetes" ucapan Naruto barusan membuat Hinata terkesiap, refleks tangannya di arahkan ke sudut bibir memastikan tidak ada liur disana.

"Aku tahu tubuhku bagus, tapi aku masih menjaga keperjakaanku dan tidak ada yang boleh menyentuhku. Tapi jika kau ingin memperkosaku, i'm yours Hinata-sama" ucap Naruto merebahkan dirinya di ranjang dengan pose pasrah menggoda, memamerkan otot perut dan dada hasil gym seminggu dua kali itu. 'sial! Aku penasaran ingin menjilatnya seperti di cerita-cerita itu, apa rasanya argh..., Orang ini belum pernah di anu ya!'

Dengan cepat Hinata menuju ranjang tangannya terulur, bukan untuk menggapai Naruto tapi– "rubah mesum! Cepat pakai bajumu baka!" Gadis itu memukul-mukul Naruto dengan bantal penuh dengan danau mengering itu ke wajah si empunya, tangannya juga ikut andil mencekik pelan pemuda itu.

"Hinata lepaskan, kau ingin aku mati ya" teriak Naruto mencoba melepaskan tangan Hinata yang melingkari lehernya.

"Biarkan saja kau mati, kau itu laki-laki atau perempuan hah?! Apa saja yang kau lakukan di kamar mandi?!" Gadis itu kembali memukuli Naruto tidak sadar sekarang ia sudah di atas tubuh pemuda itu. "Ittai..., Berhenti memukuliku"

"Jawab aku! Apa yang kau lakukan di kamar mandi selama itu?! Kau itu berjanji kita berangkat jam 08.30, ini sudah jam berapa apa?"

"Itu urusan laki-laki bodoh!" Hinata terdiam dengan wajah yang memerah, tentu ia tahu apa yang di maksud pemuda kuning ini. Naruto yang merasa gadis itu tidak memukulnya lagi bernafas lega, matanya terbuka dan langsung disuguhi Hinata Yang ada diatasnya dengan wajah yang memerah serta bantal di tangannya kaku seperti patung. Bibirnya membentuk seringai dengan cepat ia menarik Hinata ke pelukannya, jangan di tanyakan wajah gadis itu tambah memerah. "Hah..., Ternyata membuatmu jinak mudah ya, kita tidak usah jadi ketaman, di sini saja agar aku bisa memelukmu" ucap Naruto sembari mengecupi pucuk kepala Hinata.

Lovers?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang