06. Reconsiliation

953 105 8
                                    

Sehun mengerang. Kepalanya terasa begitu sakit seperti dihantam palu berkali-kali. Kenapa ia seperti ini? Apa yang terjadi? Ia ingat bertemu Luhan di Bar lalu ditawari minuman lalu...

Pria manis itu merengek dan menutup wajahnya dengan lengan kurusnya, kepalanya terasa sangat sakit dan matanya begitu silau. Ia bahkan tak kuat untuk membuka matanya sedikit saja.

"Kau sudah bangun," kata suara baritone yang cukup Sehun kenali itu, suara Jongin.

Kenapa Jongin ada disini? Dimana aku sebenarnya? Pikir Sehun mengintip sedikit dari lengan kurusnya itu.

Perlahan matanya sudah terbiasa dengan cahaya yang masuk dan ia bisa melihat meski tak terlalu jelas karena hantaman palu imajiner yang di kepalanya itu. Ia merasakan dua tangan berotot itu mengubahkan posisinya sehingga ia bersandar di kepala tempat tidur. Sehun merengek pelan merasakan kepalanya semakin sakit, kembali menutup matanya.

"Sehun, aku akan memberikanmu pil, cobalah untuk menelan," kata Jongin mengusap-usap kepalanya dengan lembut.

"Tidak mau," rengek Sehun tapi menikmati perlakukan lembut Jongin.

"Ini supaya sakit kepalamu hilang. Buka mulutmu, Hun," kata Jongin masih sabar menghadapi Sehun.

"Tidaaaak," rengek Sehun menutup mulutnya dengan tangan dan menggeleng pelan. Ia kembali merengek begitu merasakan kepalanya semakin sakit.

Sehun mendengar Jongin menghela nafas lelah, ia berpikir pria itu sudah menyerah menyuruhnya meminum apapun itu. Tanpa bisa diduga, detik berikutnya tangan yang menutupi mulutnya tersingkir dan dua daging kenyal itu menyentuh bibirnya. Mata Sehun terbelalak lebar dan ia bisa melihat wajah tampan Jongin dari dekat, mata Jongin tak terpejam melainkan menatapnya dengan intens.

Bibir Jongin menyentuh bibirnya dan Sehun bisa merasakan sesuatu disela-sela bibir Jongin, sebuah pil.

Sehun membuka mulutnya hendak protes, namun lidah Jongin mendorong masuk benda diantara bibir Jongin itu masuk ke dalam mulutnya, semakin mengejutkan Sehun. Lalu bibir Jongin meninggalkan bibirnya, tergantikan dengan bibir gelas dan air mengaliri tenggorokannya membantunya menelan pil itu.

Sehun hanya bisa terengah-engah sedikit begitu gelas menyingkir dari mulutnya. Ia menatap Jongin dengan mata sayunya. Pandangannya semakin lama semakin jelas begitu juga berkurangnya hantaman palu imajiner itu dan ia bisa melihat tatapan intens Jongin tertuju padanya.

"Kenapa kau menciumku?" tanya Sehun menutup bibirnya dengan punggung tangannya, pipinya merona malu.

"Kau tak mau menurut," jawab Jongin namun matanya masih menatap bibir Sehun yang terhalangi itu dengan intens.

Sehun melemparkan bantal ke wajah tampan pria tan itu, membuat Jongin tampak tersadar dan mengalihkan pandangannya ke mata Sehun, menatapnya heran. "Jangan lihat-lihat!" kata Sehun galak pada pria itu.

Jongin mendengus sebelum tertawa kecil, mungkin karena menyadari rona wajah Sehun yang terlihat jelas itu. "Baik, baik, aku akan berhenti melihat. Kau sudah baikan sekarang?" tanya Jongin.

Sehun mengangguk pelan. "Apa yang terjadi semalam?" tanya Sehun bingung.

"Kami menjemputmu di Bar. Kau bersama seorang pria sedang menari dalam keadaan mabuk berat," kata Jongin menatap tajam Sehun, jelas tampak marah dengan sikap Sehun itu.

Sehun menunduk menghindari tatapan Jongin dan punggungnya merosot perlahan, berusaha membuat dirinya terlihat semakin kecil dihadapan Jongin yang marah itu. Tangannya mengambil bantal disampingnya dan berniat untuk menutupi wajahnya, namun Jongin sigap merebut bantal itu dan menyingkirkannya. Masih menatap tajam Sehun.

How To Love [KaiHun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang