08. Arguments and Honesty

905 95 10
                                    

Jongin mengambil sesuatu dari sakunya, sebuah kotak beludru merah, membuat mata Sehun membulat sempurna dan mulutnya terbuka sangking terkejutnya. Pria tan itu membuka kotak itu, memperlihatkan sepasang cincin perak dengan ukiran simpel.

Jongin menatap Sehun intens ketika membuka mulutnya untuk bertanya; "Oh Sehun, maukah kau menerima perjodohan ini dan menikah denganku?"

...

Sehun menatap Jongin begitu terkejut dan wajahnya merona malu. Ia benar-benar tak menyangka Jongin melamarnya secara pribadi meski ini adalah perjodohan yang ditentukan orang tua mereka!

Jongin tertawa pelan, suaranya tawanya terdengar begitu dalam dan bergetar, menggetarkan hati Sehun semakin membuat Sehun merona malu. "Aku bisa menunggu semalaman hingga jawaban itu keluar dari mulut manismu, Princess," kata Jongin menyeringai.

Sehun semakin merona dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. "Ini tidak adil! Aku benar-benar tak tahu kau akan melakukan ini!" protesnya merengek semakin membuat Jongin tertawa sambil menurunkan tangan Sehun dari wajah manisnya itu.

"Jadi, Princess, apa jawabanmu?" tanya Jongin menatap Sehun intens dengan senyum yang tampak begitu tampan.

"A-aku mau," bisik Sehun bergumam pelan dengan wajah merona malu.

Jongin mengangkat satu alisnya, menyeringai menggoda. "Maaf? Aku tak bisa mendengarmu, Princess."

"A-aku mau menikah denganmu, Jongin bodoh," kata Sehun lebih keras, wajahnya semakin merona hingga keujung kupingnya.

Jongin tertawa mendengar itu dan mengambil salah satu cincin itu, Sehun bisa melihat nama Kim Jongin terukir di bagian dalam cincin itu. Ia mengambil tangan kiri Sehun dan memakaikannya di jari manisnya. "Aku beruntung cincinnya pas," kata Jongin tersenyum, melirik Sehun yang merona dan matanya menatap cincin di jari manisnya itu tampak terkagum, bahagia.

"Mungkin itu artinya pernikahan kita memang direstui," jawab Sehun dan dengan malu-malu memakaikan cincin dengan nama 'Oh Sehun' di dalamnya ke tangan kiri Jongin. Ia mengangkat wajahnya ketika Jongin menangkup sebelah wajahnya, mendapati pandangan intens Jongin yang tertuju dibibirnya, membuatnya berdebar-debar.

"Kita seharusnya berciuman," kata Jongin rendah, tak mengalihkan tatapannya dari bibir pink Sehun itu. "Apakah aku boleh menciummu?"

Jantung Sehun semakin berdebar keras mendengar itu. Ciuman mereka kemarin terlalu singkat namun membekas, tapi Sehun bahkan sudah tak bisa menenangkan jantungnya hanya karena Jongin meminta persetujuan untuk menciumnya. Pada akhirnya, pria manis itu hanya bisa mengangguk karena tak mampu bicara, matanya tak bisa lepas dari bibir tebal Jongin itu.

Jongin menutup jarak diantara mereka, menyatukan bibir tebal dan lembutnya pada bibir Sehun dan melumatnya dengan lembut. Mata Sehun tertutup dengan sendirinya dan meremas taplak meja dihadapannya, merasakan sensasi yang begitu menggila baginya. Semuanya seakan sirna dan yang bisa ia rasakan hanya Jongin.

Jongin tak menggunakan lidah, hanya melumat lembut bibir Sehun dengan intens dan mencium Sehun dengan dalam. Begitu romantis dan penuh— cinta? sayang? Sehun tak tahu. Ketika Jongin menyudahi ciuman mereka karena butuh pasokan udara, Sehun menemukan dirinya kembali merindukan bibir Jongin.

"Kau harus menghentikanku, karena aku tak bisa berhenti menciummu," bisik Jongin serak, menatap intens bibir pink Sehun yang sedikit membengkak karena lumatannya itu, terbuka sedikit karena Sehun terengah-engah akibat ciuman panjang mereka.

Sehun menurunkan pandangannya, tak berani menatap Jongin, tak berani mengakui bahwa ia juga merasakan hal yang sama. Ia juga tak ingin berhenti mencium Jongin. "Ki-kita harus makan," bisik Sehun malu-malu.

How To Love [KaiHun]Where stories live. Discover now