09. Mothers' Talk

1.2K 109 13
                                    

Sehun duduk di sofa di depan tv dengan segelas cokelat hangat ditangannya. Ia tak ada jadwal keluar dari rumah hari ini dan berniat mengerjakan skripsinya, sayang ia sedang kehilangan minat dan hanya ingin bersantai sejenak.

Pembicaraannya dengan Kai tadi pagi ketika mereka baru terbangun memberikan efek emosional yang luar biasa bagi Sehun. Ia senang karena Kai juga merasakan hal yang sama, kesedihan dan ketakutan yang sama dengannya. Ia sedih karena ia tahu kemungkinan besar ia akan kehilangan Kai karena ia memilih menikah dengan Jongin. Dan sekalipun Kai mengatakan untuk menghabiskan waktu mereka yang terbatas tanpa mengkhawatirkan masa depan, Sehun masih sulit untuk menghilangkan beban yang menyesakannya hanya karena berpikir ia dan Kai akan terpisah setelah ini.

Namun Sehun menyadari, setelah Kai mengetahui rahasia terbesarnya, menjadi lebih mudah untuk Sehun untuk mengutarakan perasaannya yang sebenarnya. Semua ketakutannya, semua kekhawatirannya, semua kesedihannya— ia lebih mudah untuk bicara jujur pada Kai tanpa harus memendam apapun.

Sebelumnya Sehun akan takut untuk membicarakan perasaannya jika sudah menyangkut Kai, ia berusaha untuk menutupinya serapat yang ia bisa namun disatu sisi juga ingin Kai tahu apa yang ia rasakan. Ia takut jika Kai tahu perasaannya dan akan pergi meninggalkannya namun disatu sisi ia sudah lelah tersakiti dengan cinta satu sisi itu. Terlalu banyak emosi yang membuat Sehun marah, sedih, frustasi tapi tak bisa mengatakannya pada Kai secara terbuka.

Sekarang semua terasa berbeda, bicara jujur tentang perasaanku membuatku juga mengerti perasaan Kai yang sebenarnya. Bahwa Kai juga merasakan hal yang sama denganku, batin Sehun mengingat bagaimana sedihnya wajah Kai ketika menatapnya, bagaimana lirihnya suara Kai ketika mengutarakan perasaannya.

Deringan ponsel Sehun membuat pria manis itu memekik kaget, terlalu dalam termenung untuk menyadari sekitarnya. Ia segera mencari ponselnya dan melihat si penelepon. Itu Ibunya.

"Ada apa, Eomma?" tanya Sehun menjawab teleponnya.

"Hunnie, bagaimana kabarmu, nak?" tanya Ibunya lembut. "Jungah mengatakan kau sedikit pucat ketika makan malam bersama. Maafkan Eomma baru bisa meneleponmu."

Sehun jelas senang ketika Ibunya itu mencemaskannya. Sejak kecil ayah dan ibunya sibuk bekerja dan tak terlalu banyak menghabiskan waktu dengannya, tapi meski begitu keduanya sangat menyayangi dan memperhatikan Sehun. Mereka selalu pulang ketika ulang tahun Sehun, atau kelulusan Sehun, atau hari-hari besar lainnya. Mereka tak pernah melewatkannya.

"Aku tak apa-apa, Eomma. Mungkin hanya terlalu lelah, tapi aku baik-baik saja," jawab Sehun menenangkan ibunya.

"Kau yakin, Sehunnie? Tidak ke dokter?"

"Anii, tidak perlu, Eomma. Kenapa eomma tiba-tiba menelepon?"

Ibunya itu tampak terdiam sejenak di seberang sana, membuat Sehun sedikit bingung. "Sehunnie, kau sudah tahu tentang perjodohanmu dengan Jongin, kan?"

Oh. Oh. Ternyata ini yang ingin dibahas ibunya. Sehun kembali teringat ketika Jongin melamarnya semalam, membuatnya merona malu dan jantungnya berdetak kencang. "Um— iya, Eomma. Paman dan Bibi Kim sudah memberitahu saat makan malam," jawab Sehun mencoba terdengar senormal mungkin.

"Apa kau akan menerimanya, Nak?"

Sehun tak langsung menjawab. Ia tak tahu kenapa ia tak langsung menjawab meskipun ia telah menerima lamaran Jongin semalam. Seakan Sehun tahu ada sesuatu yang belum ibunya ini katakan padanya tentang perjodohan ini.

"Eomma berharap kau menerimanya, Nak. Sejujurnya Eomma kurang setuju ketika kau dijodohkan dengan Kai. Reputasi Kai tidak terlalu baik bahkan dikalangan kolega kita dan eomma tak yakin ia bisa memimpin dengan baik. Kai terlalu banyak bermain-main. Ibu bersyukur Kai juga menolak perjodohan denganmu sehingga sekarang kau bisa dijodohkan dengan Jongin," kata ibunya itu mengutarakan semua pemikirannya.

How To Love [KaiHun]Where stories live. Discover now