Kepergok!

18.2K 1.8K 60
                                    

Segara Pov

Aku terjaga saat kudengar alarm yang sangat berisik memenuhi indera pendengaranku. Astaga...

Saat aku membuka mata baru aku sadari aku tidak tidur dikamarku.

Kamar ini terasa panas sekali dengan tempat tidur yang sempit, saat aku menoleh dan mendapati seseorang ada disebelahku akupun mengernyit.

"Ayyang..."

Ingatanku kembali pada kejadian semalam. Aku tidak jadi keluar dan kami memutuskan bermain kartu tapi pada akhirnya aku berhenti karena aku kalah telak dan sudah menyerah. Siapa yang tidak menyerah jika dua lusin penjepit baju menempel dikulitmu.

Aku memegang bibirku yang terasa tebal karena semalam ada banyak penjepit baju menempel.

Aku menggosok leherku dan badanku yang terasa sakit juga, aku baru tahu kalau Ayyang jago bermain kartu. Lain kali aku tidak akan mengusulkan bermain kartu. Lebih baik dia mengotori tempat tidurku dengan snack saat menonton film daripada sekarang seluruh tubuhku sakit semua.

"Kok panas banget sih nih kamar??!" aku menatap AC yang ternyata mati dan kulihat Ayyang meringkuk seperti bola dengan selimut tebal.

"Ya ampun... bisa-bisanya dia mematikan AC nya..." aku geleng kepala.

"Yang..." aku menggoyang bahunya pelan.

"Ehhmmm..." sahutnya tanpa membuka mata tapi malahan merapatkan selimutnya.

Aku menatap wajahnya yang terkena sinar lampu dari lampu balkon. Cantik? Kurasa dia wanita pertama yang menurutku cantik saat tidur. Iya, dia memang lebih cantik kalau tidur, kalau matanya sudah terbuka yang ada galaknya ampun-ampun.

"Argghhh... panas sekali..." aku segera bangun. Badanku terasa lengket dan berkeringat. Ternyata dia itu manusia gurun pasir. Tinggal di Jakarta yang panas begini bisa-bisanya dia kedinginan.

"Yang..." panggilku lagi tapi dia masih tidur lelap tanpa merespon.

"Hhh... ya sudahlah. Toh ini masih pagi sekali. Memangnya dia mau apa bangun pukul empat pagi?!" aku geleng kepala dan segera berjalan keluar. Menutup pintu kamarnya dengan pelan dan udara sejuk langsung menyerbu kulitku.

Aku segera jalan ke dapur, tenggorokanku terasa kering sekali dan begitu menemukan air mineral dingin terasa nikmat sekali.

"Ya ampun... haus sekali..." keluhku sambil meletakkan botol air mineral dimeja.

"Panas!" gerutuku sambil melepas kaosku yang sedikit lembab karena keringat.

"Gadis itu memang-"

Klik.

Suara saklar lampu yang dinyalakan membuatku terkejut.

"Bang Segara?" aku menatap Bian yang turun dengan rambut acak-acakan dan terlihat masih mengantuk.

"Tadi yang keluar aku kira Ayyang..." gumamnya sambil mengucek matanya dan menarik kursi lalu merebahkan kepalanya dimeja. Matanya tertutup kembali seolah dia masih ingin tidur.

"Tidur lagi sana... ngapain bangun pagi-pagi sekali?!" gerutuku sambil menggosok leherku yang pegal karena tidur dikasur yang sempit. Aku rasa aku harus mengganti kasur dikamar Ayyang.

"Jam tujuh ada pemotretan di Bogor..." gumam Bian lagi. Dia menggerakkan matanya lalu menegakkan badannya dan menyandarkan kepalanya dikedua tangannya yang bertumpu pada meja.

"Eh, tapi Bang Segara ngapain kok tadi keluar dari kamar Ayyang?" Bian mengerjapkan matanya dan melotot padaku.

"Astaga... Bang Segara tidur dikamar Ayyang?!" tanyanya padaku.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang