2nd Day

13.1K 1.6K 138
                                    

Aku kembali berbalik menghadap pintu dan mendengus kesal. Ku kerucutkan bibirku, ku gerakkan ke kiri dan ke kanan lalu dengan kesal ku lirik jam dinding.

"Jam berapa dia pulang?" tanyaku pada apapun yang bisa mendengar suaraku dan berharap ada seseorang yang menjawabnya dan memberitahuku.

Ting!

Aku melirik handphone Segara yang ada beberapa centi dari mataku. Pesan masuk dari operator, tentang promo pembelian donuts, beli dua belas gratis delapan.

"Iklan nggak penting! Gue butuh Segara, bukan donat" gerutuku pada handphone  yang tak bersalah itu.

Aku segera bangkit dari tempat tidurku yang nyaman dan baru ini, berjalan ke jendela dan mengintip keadaan di luar yang sangat sepi.

"Ini sudah pukul satu dan dia belum pulang? Bian bilang kemarin dia pulang pukul dua belas, tapi ini sudah pukul satu pagi..." aku menutup kelambu dengan kesal dan berjalan kembali ke tempat tidur.

"Apa sih maunya dia?! Kemarin setelah melamarku dengan romantis tiba-tiba saja menghilang tanpa jejak. Bahkan sampai detik ini aku belum bertemu dengannya. Bisa-bisanya dia berbuat seperti ini!" tanpa sadar aku menggertakkan gigiku.

Aku menatap ke arah paper bag di samping lemari baju. Paper bag yang di serahkan padaku kemarin dan sampai detik ini aku belum tahu isi nya apa. Membukanya? Tidak, aku tidak berani membukanya. Kalau bom bagaimana? Nggak deh!

Aku mendesah panjang dan memegang kedua pipiku yang terasa hangat saat ingat kejadian kemarin di tempat 'Wanita Cerewet' yang ada dalam kontak handphone Segara.

Cantik?

Hm, wanita itu memang cantik dan menurutku para pegawai disana juga harus sangat cantik.

Flash back on

Aku menarik napas panjang sebelum turun dari taxi.

"Mbak... kembaliannya..." aku menoleh pada sopir taxi itu, menatapnya dan geleng kepala.

"Mak-"

"Nggak bisa!" seruku cepat dan kembali sopir taxi itu menyodorkan uang kembalian padaku.

"Eh, ambil aja pak!" ucapku yang kemudian turun dengan cepat sebelum aku berubah pikiran.

"Mbak!" kembali aku menoleh pada sopir taxi itu.

"Bawaannya ketinggalan..," sopir taxi itu menyerahkan paper bag berwarna kuning bertuliskan kata 'Married' . Aku menggertakkan gigiku saat membaca tulisan itu. Gara-gara soal lamaran Segara semalam aku jadi melihat banyak hal yang berhubungan dengan pernikahan.

Pagi tadi aku mendapat empat  undangan pernikahan dan salah satunya adalah pernikahan adiknya mas Bas di Bogor dengan tema out door.

Ku pandang bangunan tiga lantai dihadapanku ini yang terlihat seperti toko bunga dengan aneka bunga yang digantung di bagian depan bangunan.

"Awas saja kalau kamu main-main Segara..." aku mengangguk lalu berjalan masuk ke dalam bangunan itu. Pertama kali yang aku temukan adalah seorang wanita cantik dengan rambut seperti pelangi tapi anehnya kenapa warna rambut itu terlihat sangat cantik menghiasi kepalanya ya?

"Hallo... ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sambil tersenyum dan menatapku dari bawah ke atas seolah aku ini adalah makhluk aneh dari planet lain.

"Ummm, sebenarnya-"

"Miss Ayyang?" tanyanya dan aku mengangguk ragu, bagaimana dia tahu aku akan datang. Apakah dia itu 'Wanita Cerewet' di handphonenya Segara.

"Iya..." sahutku sambil mengangguk dan meringis.

Pacarku Gay? (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang