zerra dan sepucuk rahasia.
Ibu itu duduk menatap jendela, wajahnya seperti gabungan mengerikan antara mayat dan orang hidup. Lingkaran bawah matanya semakin menghitam. Ia masih menanti seseorang, yang setiap kali memberinya pukulan keras.
"Bu berangkat ya," ucap anak gadisnya, dan tidak ada jawaban, hanya goresan baru yang ia buat dengan hasil darah mengalir segar.
-
Zerra berdiri berkacak pinggang, kakinya ia buka, berancang-ancang. Ujung sepatunya mengetuk lantai menimbulkan ritme yang teratur.
Tepat beberapa langkah di depannya seorang gadis dengan rambut hitam menutupi wajahnya berdiri, seperti tudung yang selalu dipakai Red Riding Hood. Hidungnya kembang kempis, napasnya menderu.
"Sini!" Zera sedikit membentak.
Tas merah yang tadi membeku di pelukan gadis itu kini sudah berpindah.
"Pinjam ya, gue balikin setelah jam olahraga gue selesai," ucap nya ketus.
Zera melangkah keluar meninggalkan bocah tadi.
Tiba-tiba Zera menangkap sorotan mata lelaki dengan iris hitam legam beberapa meter di depannya.
Sangat tajam, seperti mata serigala di malam hari yang sangat gelap.Zerra mencoba merubah pandangannya namun lelaki itu terus saja mengikuti Zerra.
Tatapan lelaki disana membuat bulir keringat Zera satu-persatu menetes.
Detakan jantung Zera membeku melihat manik mata hitamnya. Dirinya mempercepat langkah kakinya menuju gerombolan teman-temannya.Bibir pemilik mata itu terkatup rapat, namun matanya seakan berbicara.
Akan ku bunuh kau esok hari.
YOU ARE READING
Karangan Tanpa Tinta
Short Storycover by : betterdavis [complete] Di era digital sekarang ini kita lebih banyak menerima email daripada surat dari pak pos yang sangat kuno. Begitu pula dengan Saddam, remaja yang hanya berkutat dengan pembelajaran dan juga karya ilmiah dituntut un...