karangan tiga puluh satu-tidak ada jalur busway

4 2 2
                                    

Saddam duduk di halte, menikmati novelnya dan sedikit gerimis yang mulai mereda. Tidak perlu berbasa-basi. Intinya Saddam menunggu Zerra, tidak lama gadis itu muncul dengan sweater abu-abu dan celana jeans tepat diatas mata kakinya.

"Nice sweater!"

Zerra tersenyum sambil mengendikan bahu, mereka berdua berdiri saat Busway tiba disana. Masih sangat sepi, kursi-kursi masih luang Zerra duduk di dekat jendela sedangkan Saddam di sampingnya. Saddam masih sibuk membaca novel itu, novel siapa lagi wanita yang duduk di sampingnya sekarang ini tentu saja.

Saddam menendang pelan sepatu Zerra, dan saat Zerra menengok Saddam menutup wajah dengan novel miliknya. Zerra tersenyum senang.

"Saddam suka baca novel ya?" tanya Zerra sambil memakan lollipop yang ia beli tadi.

"Suka baca novel ini doang, yang lain enggak. Soalnya yang nulis Zerra, 'r' nya dua."

Zerra menatap Saddam dan tertawa. Zerra mendorong Saddam hingga lelaki itu jatuh terjerembab, Saddam reflek menarik Zerra alhasil lollipop Zerra jatuh tersungkur di lantai busway.

"Saddam ih!" Zerra menabok bahu Saddam keras.

Di sepanjang perjalanan mereka berbincang tentang bagaimana bisa Zerra mulai menulis novelnya, atau bagaimana Saddam dan Joel bisa sekompak itu. Mereka saling bertukar informasi hingga Saddam lupa akan sifat kakunya, dan Zerra tidak mengingat sifat ketusnya.

-

Dua pemuda itu berjalan perlahan, masih berbincang seakan itu menjadi hobi baru mereka.

"Dam kita mau kemana?"

"Tujuan nggak usah dicari, nanti juga ketemu sendiri."

Mereka terus berjalan semakin jauh dan semakin melupakan.

Saddam berhenti di suatu toko tua yang menjual alat lukis, mereka masuk kedalam untuk berteduh gerimis mulai datang lagi.

Saddam mengambil sebuah sketch book dan pewarna air, kuas kecil dan palet kemudian membayarkannya ke kasir.

"Udah?" tanya Zerra.

Saddam mengacungkan jempolnya, mereka keluar secara bersamaan dan ketika hendak menuju halte langkah mereka berdua diberhentikan oleh seseorang yang tidak terlalu Zerra suka, Suroso.

"Eh Nak Zerra dan kamu siapa bapak nggak kenal?"

"Saya Saddam Pak." Saddam tersenyum dan menjabat tangan pak Suroso di barengi Zerra.

"Ngapain kalian sore-sore begini? Pacaran ya? Jangan malem-malem kalau pacaran besok sekolah."

"Eng-enggak kok Pak!"

"Enggak Pak kita nggak pacaran!" Mereka berdua menyangkal bersamaan.

"Nggak papa nggak usah malu-malu, bapak masuk dulu!"

"Bapak mau beli peralatan gambar juga? Bapak kan guru olahraga?" Saddam menambahkan.

"Oh Tidak bapak mau bei itu, pecel lele! Mari Nak Zerra dan siapa tadi lupa?"

"Saddam pak!"
"Iya Nak Saddam."

Mereka melanjutkan perjalanan kecil menuju Halte duduk disana dan mengobrol, lagi.

"Sebenernya kita ngapain sih Dam?"

"Nemenin gue beli ini!" Saddam mengangkat plastiknya tinggi-tinggi. Zerra tersenyum, hari ini intensitas senyumnya melebihi hari biasa.

"Zer gimana kalau kita ke pantai?"

"Apa?! Dam plis deh!"

"Kan disana banyak pasir, banyak angin, banyak air kesana yuk!"

"Nggak mau, random banget sih Dam!"

"Bercanda doang, cie jutek lagi!"

"Joel sama Pak Suroso bercanda nya lebih lucu dari pada Saddam!" Zerra tertawa "lagian mana ada busway jurusan ke pantai!" mereka tertawa terlalu keras hingga kesunyian malam menatap kearah mereka.

Busway tiba, mereka masuk dan duduk bersebelahan lagi.

"Perpustakaan kota yuk!"

"Oke gue kira nggak ada tempat lain yang bisa kita datengin, so ayok!"

Mereka berganti Busway dua kali hingga akhirnya mereka tiba di tempat pertama kali mereka menghabiskan waktu bersama. Namun setelah hari itu dulu Saddam berubah, Zerra harap kali ini tidak karena Zerra yakin jika Saddam melakukan itu lagi, Zerra mungkin akan ikut berubah. Tidak tahu berubah ke arah mana.

Karangan Tanpa TintaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin