karangan sepuluh-perampok tak bernyali

21 3 5
                                    

perampok tak bernyali

"Siap? "

"Siap boss! "
Dua sejoli itu kembali beraksi, kali ini berlandaskan rasa percaya diri dan semangat berapi-api.

"Dam,  itu Zerra kan? "
Mereka berdiri di balik pintu kelas, perlahan mereka mengamati keramaian yang terjadi di depan kelas mereka. Terlihat Zidan berdiri berhadapan dengan Zerra,  Zidan terlihat mengatakan sesuatu dan tak lama pergi.  Zerra hanya berdiri tak berkecap,  kakinya masih tegak berdiri namun matanya berkaca-kaca seperti gula cair yang membeku.

"Nagis Dam! " ucap Joel setelah Zera berlari menuju kelasnya.
"Apaan sih anak itu Jo,  ngirimin gue surat gajelas terus sekarang nangis di sekolah!  Drama banget hidupnya, "
"Karma kali Dam gara-gara kebanyakan Bully dan nyari sensasi! "

Joel masih berjongkok sedangkan Saddam masih berdiri menyembunyikan badannya mengintip Zerra dengan hati-hati.

"Kalian ngapain? " Bu Titik menyela pembicaraan mereka yang terlihat konyol di depan pintu kelas yang hanya terbuka sebagian.
"Masuk kelas! " Joel dan Saddam buru-buru ngacir.

"Jo hari ini ya kita tuntaskan!  Gue keburu males. "
"Siap bos!"

-

Zerra berjalan lunglai menuju halte bus dan tidak kunjung tiba,  kakinya lemas seperti jeli setelah Zidan mengatakan ada yang aneh di rumahnya dan tidak bisa mengantarnya lagi. Ini bukan kali pertama, sejak SMP pun kawan Zerra takut berkunjung kerumahnya. Namun masih terbesit sedikit rasa lega di benak Zera karena Zidan tidak mengetahui siapa wanita itu sebenarnya.

"Heh lo! " pikiran Zera yang awalnya melamun tiba-tiba memberontak. Matanya melebar melihat dua sosok pria bertopeng hitam di depannya yang satu lumayan tinggi semampai, satu lagi tidak terlaku tinggi dengan seragam kotor di bagian lengan.

"Gue? "

"Iya Lo!  Harusnya lo takut sama kita,"
Si Pendek meneriaki Zerra.

Mereka berdua terlihat berbisik, si pria tinggi bahkan terlihat kikuk dan menggaruk kepalanya kebingungan.

"Kalau mau ngerampok gue lo salah pertama: gue tau kalian anak SMA karena kalian pake topeng tapi gak ganti seragam," si pria tinggi refleks menyikut perut temannya mendengar kata-kata Zerra.

"Kedua,  kalau mau ngerampok itu di tempat sepi lah ini seberang sana pangkalan ojek,  depan situ halte bis, di belakang juga masih banyak anak-anak sekolah,  jadi mending lo minggir. Lain kali kalau mau ngerampok tanya ke gue dulu kali bisa, " Zerra kemudian tertawa dan berjalan melewati dua orang tolol tadi.

"Tunggu! " Sang pria tinggi memembuka topengnya beiringan dengan berbaliknya Zerra.

"Lo? " Zerra berucap bingung dan meneguk ludahnya, air mukanya berubah menjadi merah dirinya takut itu jelas.

Setelah beberapa mimpi buruk Zerra disebabkan tatapan lelaki itu dikamar mandi beberapa waktu lalu,  dan panggilan nya di perpustakaan, sekarang apa lagi?

"Sebenernya gue nggak perlu topeng ataupun basa-basi, gue cuman pengen tanya. Ini lo kenal surat ini? " Zera mengerutkan muka nya, kemudian menggelengkan kepalanya.

"Gue gaada waktu buat ngomong sama orang aneh. " kemudian Zerra meninggalkan Saddam.

"Udah Dam besok lagi aja gue malu diliatin banyak orang,"
"Jo lo kan masih pakai topeng mana keliatan,"
"Udah Dam gue malu!"
"Tapi inikan ide lo juga!"

"Gue belom selesai ngomong sama lo jangan pergi! " "Heh Zerra! "

Saddam berteriak,  namun ia mendapati Zerra sudah duduk manis di halte busway, matanya benar-benar tentram. Seperti nya kejadian tadi bukan apa-apa bagi Zerra. Saddam melihatnya lamat, meskipun Zerra tidak menoleh sedikitpun.

"Besok kita coba lagi, "

-

judulnya selesai UKK langsung update, keburu dingin. ihi


Karangan Tanpa TintaWhere stories live. Discover now