karangan dua belas-jumpa di atas pancuran air

16 2 6
                                    

jumpa diatas pancuran air

"Terimakasih Mas Adam-"

"Nama dia Saddam pak!"

"Jo, nggak papa Pak Karman kan udah tua!"

"Maaf Mas, maksudnya makasih Mas Saddam dan temannya-"

"Nama saya Joel pak!"

"Jo nggak sopan!"

"Maaf mas, makasih mas Saddam dan mas Jo-"

"Sama-sama pak, kita balik dulu udah bel!"

"Jo!"

Joel memutar bola matanya menarik kerah baju Saddam hingga Saddam berputar dan tercekik.

"Jo? Lo kenapa sih? Mabok lem?"

Mereka berjalan pelan keluar masjid, Joel menghentakkan kaki nya ke tanah seperti anak kecil akibat kesal lagi-lagi Saddam membantu Pak Karman untuk membenarkan kran masjid.

"Dam, tolong deh sehari aja jangan terlalu baik. Kita udah nolong pak Karman beberapa kali tapi nama lo aja dia gatau. Gimana sih!"

Saddam hanya menghela nafas dan membenarkan tali sepatunya. Tak lama setelah itu mereka mendengar suara teriakan dan kegaduhan di kamar mandi putri. Mereka berdua saling bertatap.

Tatapan mereka di sela oleh seorang gadis yang berlari tanpa alas kaki ke arah mereka. Saddam terkejut lantas berdiri.

"Kak tolong kran nya patah airnya muncrat-muncrat!" gadis itu memohon, jika dilihat dirinya adalah anak kelas X IPA 3. Kelas Zerra.

"Emm, mending minta tolong Pak Karman ada di dalam, kita mau ke kantin." Joel bermonolog, ketika menyadari ternyata Saddam sudah melepas sepatunya dan berlari menuju kamar mandi putri.

Joel tersenyum mencoba tegar.

"Buruan, matiin deh seragam gue basah semua kampret cepetan!"

Saddam mendapati beberapa anak perempuan disana berdiri memegang kran yang memancarkan air sangat banyak. Beberapa dari mereka basah kuyup dari ujung rambut hingga kaki.

"Buruan!" salah seorang siswi tadi meneriaki Saddam.

Saddam menutup kran itu dengan plastik, baju lengan panjangnya juga basah sebenarnya. Ia menutupnya dengan cepat dan menyumbatnya. Tidak lama pak karman datang dan masalah selesai.

"Makasih kak," beberapa gadis tadi tersenyum pada Saddam, dan diantara mereka disana terdapat Zerra.

"Zerra!"

Zerra menggeleng dengan rambut basah kuyup, isyarat tadi cukup membungkap Saddam hingga para gadi itu keluar dari tempat wudhu.

-

Zerra termenung duduk di halte bis kurang lebih sejak sepuluh menit yang lalu dengan rambut yang masih basah dan handuk melingkar di lehernya.

Pikirannya masih terpusat pada mamanya, hingga emosinya memuncak dan menendang kran tadi dan akhirnya semua siswi di kelasnya basah kuyup karena Zerra. Zerra sangat berantakan.

"Zerra!" seorang lelaki yang kali ini sangat tidak ingin Zerra temui menghalangi tatapanya dengan berdiri tegak di depan Zerra persis.

"Sejak kapan lo disini?"

"Zerra, tentang surat itu gue bener-bener pengen tau, Please," ucap Saddam tanpa basa-basi mengenai keaadan Zerra.

"Gue udah bilang bukan gue, nggak penting banget gue ngurusin surat misterius dan kakak kelas random kayak lo! Gue nggak tau!"

"Lo bilang nggak penting? setiap kali ada surat datang, mama gue selalu khawatir dengan terror bom ataupun surat kaleng dan surat itu menunjukan alamat rumah lo dan lo bilang nggak penting?"

Oke itu kalimat terpanjang yang Saddam katakan minggu ini.

Zerra terdiam dan berkata, "Gue nggak tau! Dan nggak peduli!"

Saddam menarik tangan Zerra dengan tidak sengaja sebelum gadis itu berdiri dan berpaling.

"Baca! Dan gue harap lo peduli!"

Saddam memberikan sepucuk amplop coklat. Zerra menerimanya dan Saddam pergi. Saddam bukan manusia penuh drama, dirinya hanya mengurusi urusan yang menyangkut hidupnya dan bunda. Hanya itu.

Karangan Tanpa TintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang