20. Deja Vu

2.7K 242 19
                                    

Siang-siang gini enaknya baperin Edenin kali yah 😅 secara beberapa part dia udah happy terus sampe bikin para readers baper n nggak rela 😆 tissue mana tissue 🤧🤧🤧
____________________________________

"Kita udah nyampe, Ver." Kata Essam yang sudah lebih dulu turun dari helikopter.

Verinda segera menutup dokumennya lalu menggeser tubuhnya agar bisa keluar, tanpa menyadari ada seseorang yang telah memperhatikannya kedatangannya. Verinda baru saja akan mengambil tas kulit ranselnya ketika ia mendengar seseorang berteriak. Verinda dan Essam langsung menoleh ke arah suara itu berasal.

Mata Verinda melotot ketika melihat seseorang yang jaraknya tidak terlalu jauh darinya jatuh dari pinggir helipad yang berbatasan langsung dengan lautan. Verinda langsung melompat turun dan menghambur ke tempat orang itu tadinya berdiri. Essam yang baru sadar dari kekagetannya segera mengekori Verinda.

Verinda berusaha berlari secepat yang dia mampu. Pada saat yang sama entah kenapa ia merasa pernah mengalami kejadian ini. Namun ia tidak sempat lagi berpikir kapan tepatnya ia pernah mengalami kejadian seperti ini. Verinda telah sampai jauh lebih cepat dibanding Essam. Ia segera merebahkan tubuhnya dan mengulurkan tangannya tanpa tahu bahwa siapa orang yang terjatuh itu.

"TOLOOONG!!" jerit Edenin histeris ketakutan.

Edenin berjuang sekuat tenaga agar tetap bertahan pada pegangannya. Wajahnya pucat, jemarinya bergetar karena menahan beban tubuhnya. Edenin bisa saja terjun bebas jika saja Verinda tidak berhasil menangkap pergelangan tangannya di saat yang tepat.

"Got you!" kata Verinda lega tanpa menyadari siapa yang ditolongnya.

Edenin segera mendongak. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya begitu tahu Verinda yang datang menolongnya. Sementara Verinda mendadak merasa jantungnya mencelos. Verinda langsung tertegun karena kaget luar biasa menyadari orang yang ditolongnya adalah Edenin.

Verinda menatap lurus Edenin yang pucat dan berurai air mata. Kedua tangan mereka bergetar saat bertautan. Beberapa saat berlalu, Verinda masih belum bisa menguasai kekagetannya. Verinda hanya bisa terpaku menahan beban tubuh kakak tirinya. Pegangan tangan Verinda akhirnya terus melorot hingga ke ujung jari Edenin.

Edenin tidak lagi berteriak histeris meski tahu dalam hitungan detik dia bisa saja terjun bebas. Ver, kalo dengan biarin gue jatuh ke laut bisa bikin elo lebih baik-gue rela. Edenin memejamkan mata pasrah. Air mata kembali menetes dari sudut kedua matanya. Tangan Verinda nyaris terlepas dari tangannya ketika pada saat yang sama, ia merasa pergelangan tangannya ditarik.

Edenin langsung mendongak dan mendapati cowok yang tadi bersama Verinda ikut menolongnya. Essam dengan mudah segera menarik tubuh Edenin ke atas. Sementara Verinda hanya bisa terdiam terpaku tanpa berbuat apa-apa. Edenin lalu duduk bersimpuh dengan tubuh yang gemetar. Essam berlutut sambil memegangi bahu Edenin.

"Mbak, baik-baik aja, kan?" tanya Essam memastikan keadaan Edenin.

Edenin berusaha mengatur nafas dan debar jatungnya. Ia perlahan mengangguk menatap Essam yang terlihat lega. Ia lalu menoleh ke belakang.

"V-ver," panggil Edenin suara lemah dan gemetar.

Essam mengerutkan alisnya bingung bagaimana Edenin bisa mengenal Verinda. Ia ikut menoleh ke Verinda yang kini telah duduk berlutut membelakangi mereka.

"Ver," panggil Edenin lagi.

Verinda masih tertegun dalam kekagetannya. Verinda berusaha mencerna segala kejadian yang barusan terjadi. Ia berusaha mencari alasan tepat bagaimana Edenin bisa tiba-tiba muncul di tempat seperti ini. Dalam kacau balau pikirannya, Verinda perlahan berdiri menegakkan badannya meski harus sempoyongan.

Miss Troublemaker (terlalu sulit untuk dimengerti)Onde histórias criam vida. Descubra agora