Intermezzo (2)

2.7K 174 24
                                    

😁😁😁😁😁
maafkan hobby author yang suka gantungin kalian 🤣 saatnya intermezzo biar makin greget baca next part 😎

jadi ini part yang author sengaja skip dan taruh di part intermezzo, another sisters' bonding, abis si Verinda bikin press con

here it is check it out!

____________________________________

Edenin mendengus kesal untuk kesekian kali ketika mendengar suara pintu terbuka. Ia langsung memejamkan mata dan menarik selimutnya hingga menutupi wajahnya karena tidak ingin melihat Jeany yang terus berusaha merayunya agar mau menyantap makan siangnya dan juga meminum obatnya. Tak lama ia merasakan seseorang duduk di bibir ranjang di sebelahnya.

“Kenapa nggak mau makan?”

Edenin langsung membuka selimut yang menutupi wajahnya. Ia menatap kesal pada Verinda yang balas menatapnya dengan ekspresi datar.

Verinda menghela nafas sambil menggeser pandangannya dari mata Edenin yang mulai merah. Ia lalu memberi kode pada pelayan yang mengekorinya sejak tadi untuk memberikan nampan berisi makan siang  itu kepadanya.

“Bangun.” Kata Verinda sambil menarik lengan kakak tirinya.

Verinda lalu meletakkan nampan itu diantara dirinya dan Edenin yang masih terlihat ogah-ogahan menegakkan duduknya. Verinda pura-pura menyibukkan dirinya dengan menyiapkan sendok dan garpu.

“Elo dari mana aja, Ver?!” tanya Edenin ketus.

Verinda terdiam sejenak lalu  meletakkan sendok dan garpu yang dipegangnya ke nampan. Perlahan ia menatap kakak tirinya tepat di mata.

“Gue ada kerjaan,”

“Bohong!”

Verinda mendadak tidak bisa menahan senyumnya sementara Edenin yang makin kesal berusaha memukul lengan adik tirinya itu. Dengan sigap ia menangkisnya.

“Elo abis ngapain sama Raya?! Raya pasti maksa elo buat bikin pernyataan di depan wartawan, kan?! Ver apapun yang Raya bilang, elo jangan dengerin! Biar gue yang,”

“Makan dulu.” Potong Verinda sambil menyodorkan sendok ke Edenin.

Edenin mengerutkan alisnya dan berkeras tidak mau makan sementara Verinda yang mulai hilang kesabaran akhirnya menarik tangan kanan Edenin.

Edenin langsung mencampakkan lagi sendok itu dengan kesal. Nafasnya naik turun karena luapan emosinya. Ia masih menatap lurus Verinda meski kian lama pandangannya kian memburam.

Verinda menghela nafas berusaha mengumpulkan kesabarannya menghadapi tingkah Edenin yang seperti itu. Dasar cengeng! Dikit-dikit nangis! Baper banget sih! Verinda menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Raya nggak maksa gue kok.” Kata Verinda yang pada akhirnya mengalah setelah sekian waktu berlalu dalam kebisuan.

Edenin lalu tertunduk sambil mengusap kedua pipinya yang basah.

“Kenapa sih elo harus ngelakuin ini, Ver?! Gue nggak mau kalo elo dikorbanin,”

“Nggak ada yang dikorbanin.” Potong Verinda sambil mengambil sendok yang dicampakkan Edenin. “Lo tau kan gue nggak bisa dipaksa?” katanya lagi sambil mulai menyendokkan makanan dari nampan. “Nggak usah marah ke Raya. She was just trying to protect her best friend.” Lanjutnya sambil menyodorkan sendok itu ke Edenin.

“Dan, buat apa lo lakuin semua ini, Ver?”

Verinda menurunkan sendoknya karena tidak menyangka Edenin akan bertanya seperti itu. Selama beberapa saat ia tertegun menatap kakak tirinya. Detik selanjutnya ia menggeser pandangannya.

Miss Troublemaker (terlalu sulit untuk dimengerti)Where stories live. Discover now