Part 6

1.2K 65 6
                                    


Semua orang tertunduk, ketakutan menatapnya. Beberapa diantara mereka sudah ada yang terkapar bekas luapan emosi kemarahan dari sang empunya rumah. Barang-barang disekitarnya sudah hancur lebur. Lelah sudah ia berteriak-teriak sampai napasnya tercekat, dilihat dari punggungnya yang naik turun. Namun aura kemarahannya masih sangat mencekam. Seperti ada kobaran api di dalam matanya. Tidak ada benda apapun yang bertengger indah disekitarnya. Semuanya hancur lebur dilemparnya.

"cari dia dan temukan sekarang juga"

Itu ucapan terakhir laki-laki itu sebelum ia menendang kursi yang ada disampingnya. Chanyeol kemudian pergi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Satu-satunya yang bisa meredakan kemarahannya adalah alkohol. Dia butuh banyak alkohol saat ini. Dan dia tau harus kemana.

Dentuman musik yang menggebrak gendang telinganya sudah sering ia rasakan. Musik beat dengan tempo cepat, kerlap kerlip lampu dansa dan aroma yang memacu keinginannya untuk segera meneguknya sudah sangat ia rindukan saat ini. Seingatnya semenjak keberadaan gadis itu dirumahnya Chanyeol tidak pernah ke tempat ini lagi.

"wow lihatlah siapa yang datang?" seorang diantara deretan laki-laki yang duduk di ruang VIP sedang menyapanya.

Chanyeol membalas dengan mengangkat tangannya malas dan langsung menyambar sebotol alkohol yang ada dimeja.

"hey, santailah sedikit. Apa masalahmu bro?" lelaki itu merangkul Chanyeol dan segera di tepisnya begitu saja.

"diamlah Kyungsoo, aku sedang tidak ingin bicara." Chanyeol meneguknya lagi hingga cairan itu lolos masuk ke kerongkongannya. Ini tidak cukup. Dia butuh setidaknya lima sampai delapan botol lagi.

"oke. Aku akan diam. Tapi sebelum itu aku punya penawaran bagus mengenai gadis baru. Dia benar-benar sangat mantap di ranjang bro. Kau pasti akan dipuaskannya. Sebentar aku akan memanggilnya."

Tanpa jawaban dari Chanyeol lelaki itu menyuruh wanita yang dibicarakannya tadi mendekati Chanyeol. Wanita blonde itu tentu sangat bergairah begitu ditawarkan pada makhluk sempurna yang berada di depannya ini. Ia rela bertahan bermalam-malam hanya untuk bersamanya. Walau tampak tidak peduli wanita itu tetap saja memberanikan diri dipinggiran sofa dan sengaja menempelkan paha mulusnya di badan Chanyeol. tapi tetap saja cara itu tidak berhasil. Lelaki itu tetap diam di tempat dan malah menatap nanar kearah guci besar yang bertengger di depannya. Entah apa yang salah dengan guci itu sampai ia terlihat seperti ingin memecahkannya dan menginjaknya sampai menjadi tanah liat kembali.

Wanita itu tidak kehabisan akal. Dia mendekatkan wajahnya ingin mencium pipi lelaki itu. cup~

Pipinya terasa basah dan noda merah yang sama dengan warna bibir wanita itu berbekas di pipinya.

Sialan.

Chanyeol mendorong wanita itu sampai ia jatuh ke lantai.

"hey bung apa yang kau lakukan dengan wanitaku?"

Chanyeol hanya diam menatap nanar wanita yang sedikit merasa malu karena ulahnya. Well sebenarnya itu pantas untuknya karena berani sekali dia menyentuh kulit harimau yang sedang kelaparan.

Chanyeol menepis tangan lelaki itu dan tidak memperdulikan apa yang baru saja terjadi. Dan itu menimbulkan kemarahan Kyungsoo karena ulahnya yang kurang ajar.

"YA! Kalau kau punya masalah dengan pernikahanmu itu jangan lampiaskan ditempat ini. Cih Dasar."

Sekali lagi. Chanyeol menatap nanar lagi dan lebih tajam. Kini kepada pria itu. yang barusan berdecih padanya. Bugh!~~!

Satu hantaman mendarat dipipi Kyungsoo. Pukulan itu langsung membuat ujung bibirnya mengeluarkan cairan merah.

"kau tau, Aku bisa saja menyedot semua sahamku di tempat ini. Dasar bodoh!" ia melangkah keluar dengan gontai. Mungkin sudah lima botol cairan itu masuk kedalam tubuhnya yang membuatnya hampir limbung sebelum akhirnya ia dibawa pulang oleh seorang pria menuju rumahnya.

Sayu-sayu mata Yoo Mi mulai terbuka karena ia merasakan sesuatu mengelus tangannya. Sebuah jemari besar yang bisa menggenggam lengannya. Tapi sentuhannya begitu lembut sampai ia terbuai olehnya.

Tapi tunggu.

Yoo Mi membalikkan badannya dan melihat Chanyeol sedang memeluknya dengan mata tertutup. Kini tangan yang mengelusnya tadi berpindah memeluk pinggulnya sampai wajahnya menyentuk dada bidang Chanyeol yang setengah terbuka.

Lelaki itu enggan melepaskan pelukannya membuat Yoo Mi nyaris tidak bisa bernapas. Tangan itu semakin erat dan semakin sulit dilepaskan, dan Yoo Mi benar-benar butuh oksigen sekarang. "KYAAA Leh-pas-kahn—"

"haah ...haah" Yoo Mi merasakan tubuhnya kaku. Tidak bisa digerakkan sama sekali sebelum akhirnya dia berhasil membuka matanya. Napasnya tercekat seperti ditindih batu besar. Rasanya sesak sekali. Mungkin saja dia bisa mati.

"kau kenapa Yoo?" Jisoo langsung melompat dari kursinya begitu mendengar suara deruan napas Yoo Mi yang terdengar tidak teratur.

"kau pucat dan berkeringat Yoo Mi, sepertinya kau tidak sehat" Jisoo lekas meletakkan punggung tangannya di kening Yoo Mi yang terasa agak panas.

"kau demam Yoo".

"aku baik-baik saja Ji. Istirahatku sudah cukup. Aku hanya butuh sarapan sekarang". Yoo Mi beranjak dari tempat tidurnya berniat untuk mengisi perutnya. namun Jisoo menyuruhnya agar tetap ditempat.

"aku akan membelikan obat sekalian membeli sarapan untukmu. Tunggulah sebentar. Ingat jangan kemana-mana". Jisoo segera bergerak keluar pintu.

Yoo Mi merasa dirinya baik-baik saja, yaa walau memang sebenarnya badannya sedikit lemas setelah kejadian yang baru dialaminya tadi. Bisa-bisanya ia bermimpi seperti itu.

Tapi tidak juga.

Yoo Mi pernah merasakan kejadian itu, dimana tiba-tiba Chanyeol memeluknya diam-diam ketika dia sedang terlelap. Situasi yang membuat dada Yoo Mi selalu sesak dan berdesir. Itu lebih menakutkan daripada tiba-tiba melihat hantu yang bebaring disebelahmu.

Ia menatap langit-langit, masih tidak percaya bahwa sekarang dia berada di tempat paling aman dan nyaman. Bolehkah dia kembali ke apartmennya? Sungguh dia sangat merindukan tempat itu. pasti tempat itu terasa pengap dan beraroma gudang.

"Jisoo, aku butuh ceritamu sekarang." Yoo Mi menelan satu suap bubur nasi yang masih panas.

"kau sedang sakit Yoo, tidak sekarang".

"aku masih bisa membuatmu babak belur Ji kalau kau terus menundanya." Tangan Yoo Mi sudah siap memukul punggung laki-laki diselahnya itu.

"oke baik. Mengenai aku bisa sampai disana kemarin, itu karena aku mendapatkan informasi tentangmu".

"dari siapa?"

"sebenarnya, aku sudah tau apa yang kau alami selama ini Yoo. Kau pasti beranggapan mengapa aku tidak segera menolongmu keluar dari sana. Itu karena dia tidak mudah untuk ditaklukkan. Kemarin ketika kau pergi ke pantai bersamanya, aku ingin menolongmu. Tapi dia punya mata-mata dimana-mana. Tapi akhirnya aku berhasilkan meloloskanmu dari malaikat maut yang nyaris mengambil nyawamu. Apakah kau tidak sadar betapa kerennya aku?"

Yoo Mi terdiam. Dia tidak melanjutkan lagi aktifitas makannya karena sibuk merekam cerita Jisoo.

"jadi kau tau semuanya? Bagaimana kau bisa mengetahuinya? Dan apa sebenarnya hubunganmu dengannya Ji? Apa ini berhubungan denganku juga?"

Jisoo mulai memijit pelipisnya. Ia sudah tau gadis itu pasti akan menohoknya dengan pertanyaan bertubi-tubi. Sejujurnya ia tidak ingin gadis itu tau semuanya, masa kelamnya yang sudah ia timbun sedalam-dalamnya/

"aku dan dia berteman akrab. Tapi dulu ..." Mau tak mau pikiran Jisoo kembali kemasa lalunya.

~TBC~


I'm Not Yours (Complete)Where stories live. Discover now