Part 16

807 56 2
                                    

 Untuk kesekian kalinya Yoo Mi memijat tumitnya yang sudah mulai memerah bekas sepatu bertumit yang ia kenakan hari ini. Demi mencapai target perusahaannya, ia harus berpakaian serapi mungkin untuk bertemu dengan kliennya dan usahanya ternyata tidak sia-sia. Walau ia pulang lebih malam dari biasanya, ia bisa menerima itu karena besoknya ia akan berangkat ke Seoul dan mendapatkan cuti selama 3 hari. Ada perasaan senang ketika ia akan kembali ke korea, tapi ada juga perasaan gundah dimana ia merasa masalah-masalahnya akan datang kembali. Bersyukurnya di saat ia tidak bisa menahan rasa sakit di kakinya dengan duduk di halte. Jepang memang beda. Ia merasa tempat ini tempat yang sangat tenang dan aman untuk ditinggali. Walau sudah pukul 12 malam, ia masih bisa melihat sekurumunan orang di ujung matanya. Rasanya kota ini tidak kenal lelah.

Karena hanya memikirkan beberapa langkah lagi sampai kerumah Yoo Mi mengurungkan niatnya untuk melepaskan heels bedebahnya itu. ia mulai berjalan lagi dengan telanjang kaki.

Yoo Mi langsung merendam kakinya dengan air hangat setelah ia pulang kerumah. Melegakan sekali rasanya. Tak beberapa lama kemudian bellnya berbunyi. Membuatnya harus berjalan untuk membukakan pintu.

Cklek~~~~

Pintu terbuka. dan Yoo Mi bisa menangkap langsung sosok yang sedang berdiri dihadapannya. Chanyeol. ia berdiri di depan kamar Yoo Mi dengan ekspresi yang sulit diartikan. tiba-tiba jantung Yoo Mi berdesir dengan cepat. Antara kaget dan ketakutan. Dengan refleks, ia langsung menutup pintunya rapat-rapat. Dia butuh waktu untuk menenangkan jantungnya yang kini semakin berdersir cepat. Antara terkejut dan ketakutan. Yang pasti saat ini ia belum siap untuk bertemu orang itu. lalu kenapa dia tiba-tiba saja datang?

"tapi tunggu, kenapa aku tiba-tiba bersikap seperti ini?" setelah sekian detik ia kembali membuka pintunya dan masih melihat Chanyeol dengan ekspresi yang sama.

"apa yang kau –"

Chanyeol langsung masuk kedalam kamarnya dan duduk di sofa hitam yang ada di dekatnya.

"YA! kenapa teleponku tidak pernah kau angkat hha?"

"kau merindukanku ya?"

Yoo Mi balas menatap Chanyeol dengan perasaan campur aduk. Sepertinya lelaki yang ada di depannya ini sama sekali tidak menggunakan pikiran sehatnya. Ia sampai bingung harus memulai dari mana. Terlalu menakutkan rasanya jika ia harus membuka pembicaraan masalah pertunangan waktu itu. jujur saja ia tidak ingin menguak kembali masalah itu. tapi itu memang harus segera diselesaikan. Sekarang.

Yoo Mi ikut duduk di sofa sambil melirik Chanyeol yang berada di depannya. Semua seolah pikirannya sedang kosong. Bagaimana tidak sosok lelaki didepannya ini tiba-tiba saja muncul di rumahnya. Kenapa pikirannya jadi mendadak lupa begini? padahal jauh-jauh hari ia sudah menyusun rentetan kalimat yang akan disemburkan pada Chanyeol. tapi semua itu benar-benar lenyap dalam pikirannya.

"besok kita akan kembali ke korea." Chanyeol akhirnya berbicara membuat Yoo Mi membulatkan matanya.

"kita? Apa maksudmu?"

"ya tentu saja kau dan aku. Kita" .kini gaya bicara Chanyeol cukup santai dan tenang, tidak seperti biasanya yang penuh tekanan dan seenaknya.

Yoo Mi menahan napasnya dalam-dalam, berharap pikirannya bisa jernih kembali. Setelah memejamkan mata beberapa saat akhirnya ia berbicara.

"apakah kau sadar bahwa yang kau lakukan padaku itu sangat fatal? Sejak dulu, aku sama sekali tidak ingin berurusan denganmu. Aku tahu pertunangan kemarin itu hanyalah akal bualmu saja. Ntah apa pun yang kau rencanakan sekarang, yang pasti aku ingin mengakhiri ini semua. Tolong Chanyeol aku benar-benar ingin hidup tenang sekarang."

Yoo Mi terdiam sesaat. Ia tersadar akhirnya pikirannya kembali jernih, walau sebenarnya bukan itu yang ingin diucapkannya. Tapi melihat ekspresi Chanyeol yang sepertinya memahami perasaannya. Ada rasa lega di dalam dadanya. Sebenarnya ia ingin memaki, memarahi, bahkan kalau bisa ia ingin memukul kepala Chanyeol yang berisi otaknya yang tidak pernah berpikiran normal seperti orang pada umumnya. Tapi, ia mengenal sedikit lelaki ini. ia tidak akan mempan dikasari. Sedalam apapun kemarahannya, ia harus bisa sabar menghadapi manusia sejenis ini.

Chanyeol terdiam sesaat sambil menatap vas bunga merah muda di tengah-tengah meja.

"aku juga berpikiran seperti itu. untuk itulah aku datang kemari."

Jantung Yoo Mi berdebar-debar. Bukan karena terpesona mendengar suara Chanyeol, tapi ucapan yang barusan ia dengar adalah kalimat yang sangat ia harapkan keluar dari mulut lelaki ini. dan akhirnya itu terjadi. Perasaan Yoo Mi kini benar-benar lega. Untuk sesaat ia yakin Chanyeol punya pemikiran yang normal.

"kalau begitu bagaimana kita mengakhiri semua ini?" Yoo Mi berkata dengan nada antusias, seolah sedang merembukkan suatu rencana yang serius.

"kita harus bertemu dengan orangtuaku dulu, dan mengatakan semuanya. Kalau begitu besok kita akan ke korea."

Yoo Mi mengangguk tanda setuju dengan rencananya. Terserahlah apa katanya, yang pasti ia ingin semuanya berakhir secepatnya. Untuk pertama kalinya mereka berdua terlihat sangat akur. Yoo Mi juga tidak menyangka bahwa Chanyeol sangat mudah untuk bisa diatasi. Kalau tahu akan jadi seperti ini, seharusnya dari dulu ia bisa meredam emosinya. Walau mungkin nihil.

Ting-tong~~~

Bell apartment Yoo Mi menggema lagi. Membuat keduanya saling menatap kearah pintu. Untuk kesekian kalinya jantung Yoo Mi berdesir lagi. pertama, kalau yang datang adalah teman kantornya itu tidak mungkin karena biasanya mereka akan menelepon dahulu. Kedua, kalau yang datang adalah pelayan hotel itu mungkin saja, mungkin Chanyeol yang menyuruhnya. Ketiga, kalau yang datang adalah Jisoo, itu tidak mungkin karena ia sudah kembali ke Korea seminggu yang lalu. Keempat, kalau yang datang adalah kedua orang tuanya itu sangat tidak mungkin.

Yoo Mi akhirnya bergerak melihat layar monitor untuk mengecek siapa yang datang. Damn. Jisoo sudah menunggu untuk dibukakan pintu. Bahkan sedari tadi tangannya tidak berhenti menekan bell dengan ekspresi antagonis.

Lagi. ini terjadi lagi. kenapa mereka selalu datang di waktu yang sama? Seperti takdir saja. Harus bagaimana lagi kalau tidak melakukan hal yang sama seperti waktu itu, Yoo Mi segera menarik Chanyeol dengan cepat dan menyuruhnya bersembunyi. Namun tidak kali ini, Chanyeol dengan cepat meraih gagang pintu dan membukanya. Disanalah keduanya saling beradu. Kedua makhluk yang saling mempunyai dendam yang paling dalam.

~TBC~

Heran sama fanfic yang satu ini. Kok susah ya dapatin cerita endingnya? Fanfic ini rencananya cuma sampai Part 17 aja. tapi setelah membuat Part 16 sepertinya itu nggak mungkin. apa sampai Part 20 aja kali ya?  

I'm Not Yours (Complete)Where stories live. Discover now