Atom.

341 33 2
                                    

Hei kamu. Kali ini aku tak ingin tahu, apapun itu, aku tak ingin tahu. Sebab aku mengerti. Serpih hati yang ku rekatkan masih belum sepenuhnya kembali. Masih basah, perekatnya. Malah buat resah. Kalau kalau kau pukul hatiku, takutnya nanti malah jadi debu.

Tidak.
Tidak.
Tidak bisa. Ternyata susah. Karena cedera rindu malah jadi makin parah. Jadi tak apa. Bagaimana kabarmu disana? Apa sudah nyaman dengan hunian sela sela jemari laki laki yang katanya lebih tampan? Semoga jangan.

Datanglah. Kemari, tak apa kau remuk ini hati. Mainkanlah sesuka hati. Biarlah jadi debu. Dan tunggu dulu, akan ku rekatkan setelah itu. Kau remuk lagi, biarlah jadi debu lagi, ku rekatkan lagi. Terus berulang lagi.

Aku rela. Sungguh. Biarlah menjadi debu, lebih kecilpun aku tak ragu. Siapa tahu jadi atom baru. Agar nanti negatifmu ketemu. Aku bisa jadi penemu.

Jadi pilih siapa? Aku yang kau remukan dan jadi penemu, atau dia yang belum tentu bertahan kalau jadi aku.


Senandika: Antidepresan (Monolog Orang Gila)Where stories live. Discover now