jujur. bencimu.

315 31 0
                                    

Ingat saat ucap perpisahan ada diujung pembicaraan kita?

Beberapa jam setelahnya aku mulai buat strategi sederhana. Perlahan ku buat bahwa aku baik baik saja, hari hari selanjutnya aku menanam di pikiranmu kebencian diantara langkah kakiku yang sendirian. Dari sindiran sindirian, sampai menganggap aku masih dikerubungi kebahagiaan.

Jujur. Menatapmu aku tak mampu. Barang barang dan kenang yang kau tinggalkan selalu ku tatap berakhir pilu.

Nyata sederhananya palsu. Aku kesepian, mencintaimu cukup buat luka yang tak kunjung sembuh setiap mereka bertemu bertanya tentang kamu.

Aku cinta. Jujur. Masih.

Aku ingin kamu membenciku, agar kamu tak merasakan beratnya luka perpisahan terlalu lama. Berharap tiap detiknya kembali apa adanya.

Melihatmu pergi tanpa aku, bahkan aku tak rela. Mengetahui hujan deras sedang dimana dimana, aku benci berfikir apa yang akan terjadi padamu.

Aku tak ingin kamu seperti aku.

Jadi ini aku, setelah dulu ingin jadi supermanmu, kini ingin menjadi betadinemu,
Obati lukamu, namun maaf kalau buat sedikit ngilu.

Setidaknya saat bencimu padaku mengusir kenanganku dari kepalamu, kamu bisa dengan mudah beri ijin siapapun untuk bertamu.

Tapi nyatanya kamu susah diusir, jadi ku biarkan saja beranak pinak di otakku. Setidaknya ada kenang tentangmu yang sedikit buat tenang walau sakau kemudian.

Lagi lagi aku tak ingin kamu sepertiku. Tidak pernah bisa membenci. Buka mata tiap hari, berharap kenyataan ini cuman mimpi.

Sini aku obati dengan benci padaku, siapa tau manjur agar tak perlu candu setiap hari pada sendu.

Senandika: Antidepresan (Monolog Orang Gila)Where stories live. Discover now