Jimmy Jib

1K 231 192
                                    

Seonho berlari sekuat tenaga. Salahnya tidur terlalu malam hingga terlambat bangun pagi ini. Kalau sudah begini, tidak mungkin ia melewati jalur biasa dan tiba di sekolah tepat waktu. Mau tidak mau ia harus kembali melaksanakan hobi lamanya.

"Halo, jalan-cepat-lewat-Halim, my old friend."

Ia berbisik pasrah pada dirinya sendiri seraya menunduk untuk menghindari tatapan murid-murid sekolah tetangga itu. Seonho masih tidak mau melakukan kontak mata apalagi sampai berinteraksi dengan mereka. Just in case.

Menurut Lee 'Sumber Terpercaya' Daehwi, anak berandal dari sekolahnya dan berandalan dari Halim sudah berhenti saling lempar benda tajam sejak berbulan-bulan yang lalu. Terimakasih kepada aparat setempat yang akhirnya berhasil membuat jam pulang sekolahnya berlangsung aman dan tentram tanpa Mama harus menelpon ke kesiswaan sambil menjerit-jerit.

Namun tidak dapat dipungkiri, sensitivitas-sensitivitas tertentu masih ada di antara kedua sekolah. Memang seharusnya jika kamu tergolong siswa kutu buku di SUPA, kamu tidak perlu takut berpapasan dengan kutu buku dari Halim di halte bus sebab kalian berdua tidak mungkin saling bunuh dengan ensiklopedia.

Atau kalau kamu petualang cinta seperti Ahn Hyungseob, yang tidak menuliskan asal sekolah di profil media sosial dan tiba-tiba terjerat asmara dengan siswa sekolah rival, seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Malah syukur karena orang tersebut akan menawarkan perlindungan dan tumpangan sampai rumah ekstra cepat meskipun tidak setiap hari.

Juga kalau kamu bagian dari siswa berandalan itu sendiri, seperti Noh Taehyun misalnya, satu-satunya hal yang perlu dilakukan jika tak sengaja bertemu dengan berandalan sekolah sebelah adalah menahan keinginan untuk memancing keributan lagi. Beruntung sekarang ia sudah punya pawang, jadi kehidupan siswa-siswa inosen baik di SUPA maupun Halim berlangsung damai sentosa hingga saat ini.

Beda dengan Seonho, dia tidak kenal siapa-siapa. Juga tidak mau repot-repot menjadikan buku matematika sebagai alat perlindungan diri.

Seharusnya ajakan berangkat bersama Kak Minho tadi tidak ia tolak. Namun apa daya, persahabatan U4 lebih penting daripada diantar naik kuda poni dengan aman sampai sekolah.

.

Setibanya di kelas, Seonho berjalan terseok-seok. Habis sudah energi sarapan singkatnya. Ia merebahkan tubuhnya di atas meja, masih tersengal-sengal.

"Seonho!!"

Yang dipanggil melonjak ketika suara bernada tinggi itu menerobos masuk gendang telinganya.

"Wi, bisa nggak dikecilin dulu?"

"Nggak mau!" Daehwi berkacak pinggang, "tadi Kak Taehyun bisikin aku, dia bilang lihat kamu lari-lari dari selatan gerbang."

"Iya, terus?"

"Kan sudah berkali-kali kami bilang," Daehwi mendekati telinga Seonho, "nggak usah lari-lari kalau lewat Halim! Sudah terjadi gencatan senjata, tahu!"

"Ya, kan siapa tahu, Wi?" Seonho mengelak, "kamu sendiri kalau ada siswa sana lewat depan gerbang kita juga kamu pelototi, kan?"

"Hak Ibu Negara," katanya sombong, "pokoknya kalau ada yang berani macam-macam sama kamu, tinggal lapor ke aku. Oke?"

"Oke," Seonho lupa sejak kapan Daehwi bisa seperti ini. Padahal dulu di antara mereka, dialah yang larinya paling kencang setiap melewati Halim.

"Oh, ya. Soal permintaan kamu semalam—"

Mendadak Seonho bersemangat lagi.

"Nggak ada, Ho. Di SUPA nggak pernah ada murid yang namanya Guanlin."

Movie Buddy | GuanhoWhere stories live. Discover now