Vtopia

1.1K 220 255
                                    

Halo, Yoo Seonho.

Pada waktu kamu membaca ini, saya yakin sudah terjadi sesuatu di antara kita berdua.

Sejujurnya, saya belum pernah menulis surat. Belum pernah merasa harus menghubungi seseorang. Hubungan saya dengan orang lain selalu selesai di tahap stranger atau acquaintance.

Tetapi, saya rasa, kamu bukan termasuk di antara keduanya. Jadi, kamu satu-satunya orang yang boleh saya surati.

Itu pun, jika kamu sudi membaca.

.

.

.

.

Suara Kang Dongho sudah tidak terdengar di belakangnya. Seharusnya itu terjadi sejak lama. Kenapa pula orang itu harus berlaku seolah-olah dirinya peduli.

Terakhir seseorang bertindak peduli padanya, ia berakhir pada suatu masa yang bisa disebut kebodohan hakiki.

"Kita melindungi diri kita, Edward."

Melindungi diri apanya.

"Kita melindungi teman-teman kita dari para bedebah SUPA itu!"

Persetan. Mengapa dulu kalimat-kalimat provokatif itu terdengar sangat meyakinkan di telinganya. Terlalu yakin sampai-sampai ia rela menjadi orang yang bukan dirinya.

Tunggu, mungkin itulah mengapa disebut kalimat provokatif.

Saraf di otaknya seperti mati. Ia tidak bisa berpikir lurus. Entah salah dia atau udara dingin ini turut membekukan akal sehatnya juga.

Dan di saat seperti ini, tidak ada Jo dan Ayah.

Joanne, seharusnya ia tidak usah khawatir, pasti sudah tidur dengan nyenyak di asrama. Seharusnya dari awal ia sudah ditempatkan di sana. Jauh dari bahaya. Jauh dari orang-orang tolol.

Ayah, Ayah...sedang apa Ayah? Apa yang akan ia lakukan, salah, apa yang akan Ayah lakukan seandainya Beliau ada di situasi seperti ini?

Ayo, berpikir seperti Ayah. Seperti biasanya.

Bruk.

Tiba-tiba dinding batu bata ini memutuskan untuk membencinya juga.

Bukan, dirinya yang bodoh. Berjalan tanpa memperhatikan sekeliling. Padahal tempat ini masih menyala lampu-lampunya. Masih tergelar karpet-karpetnya. Masih tercium aroma berondong jagung-

Ya Tuhan.

Bisa-bisanya ia lupa tempat ini eksis.

Bagaimana mungkin ia lupa dengan wujud gedung bioskop. Ya, sebenarnya wajar saja mengingat semenjak ia sibuk dengan "kegiatan baru"-nya, ia sudah tidak pergi menonton film sejak...sebulan? Tiga bulan? Barangkali enam bulan?

Satu tahun lebih tepatnya.

Premiere Spectre. Mockingjay. Inside Out. Ah, sudah lama sekali. Ia masih ingat kekesalannya dengan karakter yang berwarna biru.

Tangannya mengelap embun di kaca poster-poster 'Coming Soon' yang berderet di hadapannya. Ia seperti lupa akan rasanya. Bagaimana menegangkannya saat menunggu karya sutradara favoritnya dirilis. Kecewanya saat soundtrack yang mengalun tak sesuai dengan ekspektasi.

Apa ia bisa merasakan hal itu lagi?

"Hey, handsome!"

Tiba-tiba terdengar suara bernada riang dari dalam. Ia menengok ke dalam, mendapati seorang laki-laki melambai dari balik pintu kaca yang juga berembun.

Movie Buddy | GuanhoWhere stories live. Discover now