Medium

1K 237 222
                                    

Setelah Hyungseob turun di perempatan, kini hanya tinggal mereka berdua di mobil itu.

"Sam,"

"Kenapa, Ho? Aku mengemudi terlalu cepat ya?"

"Bukan itu! Hm, jadi begini...kamu yang paling nggak ngegas di antara kita, kan?"

"Mungkin iya..."

"Janji nggak akan bocor sebelum waktunya?"

"Tergantung."

"Es buah selama seminggu?"

"Deal."

"Baiklah. Kamu mau antar aku ke mall tengah kota, nggak?"

"Untuk apa?"

"Guanlin sedang menunggu aku di sana."

.

.

-.-.-

"Love meant that you care for another person's happiness more than your own"

-John, Dear John

-.-.-

.

.

Kemungkinannya hanya ada dua.

Satu, seandainya Dongbin berbohong. Maka Seonho hanya perlu memanggil taksi, pergi ke bioskop tempatnya biasa menonton lalu menghajar Si Penjaga Loket dengan sepenuh hati.

Dua, seandainya Dongbin tidak berbohong.

Nah, yang ini baru membuatnya sakit kepala. Harus bicara apa Seonho pada Guanlin nanti? Meminta maaf atas tepisan tangan di pertemuan kemarin? Atau bertindak seolah tidak terjadi apa-apa? Lalu setelah itu? Pulang begitu saja?

Benar. Langsung pulang setelah bertemu Guanlin. Supaya urusannya tidak menjadi panjang. Mana orang itu sekarang? Lebih baik ia tidak membuat Seonho menunggu lama karena suasana hatinya sudah tidak enak sejak tadi pag—

"Halo."

Seketika semua rencananya buyar. Tadi ia harus bicara apa? Astaga.

"H-halo," Seonho menyapa balik dengan canggung, "aneh ya, kita bertemu di sini?"

"Bukannya terpaksa dipertemukan?" Guanlin tersenyum tipis.

"Iya, ya? Hahaha..."

Seonho rasanya ingin melempar diri ke air mancur saja. Ia benci suasana canggung seperti ini.

Keduanya terdiam di depan pintu masuk mall selama beberapa saat tanpa mengatakan apapun. Ini semua gara-gara Dongbin. Seharusnya tadi Seonho langsung menoyor kepalanya tanpa pikir panjang.

Oh, Seonho sudah ingat rencananya. Pulang secepatnya. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mengucapkan selamat tinggal.

"Eh—"

"Yoo Seonho,"

"Ya?"

"Saya sudah melakukannya untuk kamu."

Seonho melongo.

"Melakukan apa?"

Guanlin merapikan lengan bajunya seraya berdehem.

"Melempar kepala Dongbin dengan ember popcorn. Tadi kamu berpikir soal itu, bukan? Sudah saya lakukan. Sekalian saya minum jus jeruknya yang masih utuh. Kalau yang itu murni kekesalan saya."

Seonho tertawa keras.

.

.

-.-.-

Movie Buddy | GuanhoWhere stories live. Discover now