04 •Broken but Strong•

626 104 15
                                    

Seyla berjalan menuju rumah besar dengan desain futuristik milik keluarganya. Ia menoleh sebentar ke mobil milik Donny yang mulai menjauhi rumahnya. Seyla sengaja meminta Donny menurunkanya di jalan depan yang cukup jauh dari rumah orang tuanya. 

Ia kemudian melangkah malas ketika memasuki gerbang rumah yang nampak sepi itu. Kalau bukan karena panggilan telepon dari Papa nya, Ia enggan untuk pulang ke rumah tersebut. Semenjak lulus kuliah Seyla sudah tidak tinggal dengan orang tuanya dan dalam setahun dapat dihitung dengan jari berapa banyak waktu ia habiskan di rumah tersebut.

Seorang wanita paruh baya sigap membawakan tas yang ditenteng Seyla, namun langsung ia tolak.

"Ga usah Bi.. Tuan sama Nyonya di mana?". Tanyanya pada asisten rumah tangga keluarganya.

"Tuan ada di kamar Non, kalau Nyonya kayaknya lagi mandi".

Seyla lalu menyuruh wanita itu untuk memberitahu orang tuanya, kemudian ia pergi menuju ke ruang makan. Perlu diketahui, kedatangannya ini untuk makan malam keluarga.





Tak berapa lama Tuan dan Nyonya Gunawan turun menuju ruang makan. Namun, ia tak memerdulikan kedatangan mereka dan hanya mematung di ujung meja makan. Bahkan, ia memutar mata malas ketika Ibunya menanyakan kabar dirinya. Dan kemudian membalas sekenanya saja.

Tuan Gunawan hanya menghela napas melihat interaksi canggung antara Ibu dan Anak itu. Tak mau memperburuk suasana, Ia langsung meminta pelayan menghidangkan makanan dan memulai makan malam.

Tetapi justru makan malam keluarga kecil itu malah semakin canggung. Tidak ada sepatah kata keluar dari ketiganya.Dan hanya terdengan suara dentingan alat makan saja. Seyla bahkan tidak berselera dan hanya mengaduk makanan yang disediakan.

Makan malam berakhir dengan pelayan menghidangkan wine, yang tentu saja Seyla tolak karena besoknya ia ada panggilan syuting.

Nyonya Gunawan yang sedari tadi mencoba diam akhirnya membuka mulut ketika Seyla bangun dari kursinya.

"Mau kemana kamu?".

Seyla kembali duduk namun masih malas menimpali.

"Kamu ini makin kurang ajar ya!..".

Tuan Gunawan buru-buru menginterupsi dan meminta istrinya untuk meredam emosinya.

"Seyla, please jangan hari ini". Pinta sang ayah menyuruh Seyla bersikap dewasa.

Seyla menghela napas dalam diam, lalu melirik Mama yang memegang gelas wine dengan angkuh. Ia tidak akan pernah menang melawan Mama nya itu.

Dua menit dalam diam, Tuan Gunawan berdehem meminta perhatian keduanya.

"Papa pikir ini waktu yang tepat buat ngomong sama kalian".

Seyla dan Mamanya praktis memberi perhatian.

"Papa lagi diskusi sama pengacara dan udah ngajuin cerai ke pengadilan...". Belum selesai mengatakan semuanya, suara gelas pecah menginterupsi.

Nyonya Gunawan berdiri dari duduknya lalu berbicara dengan nada tinggi.

"Apa maksudnya.. Cerai? Hahhaha".

"Bukannya ini yang kamu pengen dari dulu? Kamu selalu ngomong nyesel, dan nyalahin aku sama Seyla karena merusak karir aktingmu".

"Fine, kalau mau cerai. Tapi kenapa ga ngomongin dulu, malah langsung ngasih tau Seyla. Maksudnya apa Hah?!".

"Seyla udah dewasa, dan dengan begini aku pengen kamu lepasin dia dan berhenti jadiin dia alat balas dedam".

"Ckkk.. walaupun kita cerai, selamanya dia bakal jadi punyaku.. Justru kamu yang ga ada hak buat ngatur". Balas Nyonya Gunawan sengit.

Marriage Stories | 96 GirlsWhere stories live. Discover now