08 •permainan cinta•

514 72 8
                                    

Silahkan apresiasi tulisan ini dengan memberi komentar atau vote!


Hari ini kerjaan di kantor tidak banyak, jadi Sania bisa pulang lebih awal.

Setelah sampai di rumah, Ia menyuruh supirnya untuk langsung pulang saja karena dia sudah tidak akan pergi lagi.

Suasana rumah sepi karena memang belum waktunya Jeffrey dan Ayahnya pulang, terlebih dua hari ini suaminya sedang ada kegiatan bakti sosial di daerah Banten.

Tapi sore itu tak seperti biasanya. Rumah benar-benar tidak ada penghuninya.

"Maa.. Mamaa.." Sania memanggil Ibu mertuanya tapi nihil.

Ia kemudian pergi ke rumah belakang tempat Bi Yuni tinggal.

"Bii.. Bi Yunii..".

"Iyaa Non ada apaa?". Asisten rumah tangga paru baya itu datang tergopoh-gopoh.

"Bi ini pada kemana kok rumah kosong gini?".

Bi Yuni menjelaskan, "iya Non, Nyonya ikut Majelis Taklim di Masjid dari habis Dzuhur belum pulang".

"Oh gituu. Berarti Harvey ikut ke masjid ya?". Sania memastikan keberadaan anaknya karena Ia tidak menemukannya di rumah.

"Den Harvey ga ikut Non.. Tadi sih main di depan sama Den Jeno. Paling sekarang lagi diajak jalan-jalan muter komplek".

Sania sedikit terkejut karena Ia tidak tahu adik iparnya itu pulang ke rumah. "Loh Jeno kapan pulangnya?".

"Siang ini baru sampai..".

Sania mengangguk, "okedeh, maaf ya Bi Yuni ganggu sholatnya". Sania merasa bersalah melihat perempuan itu masih memakai mukena.

"Engga kok Non. Tadi lagi doa aja, tapi udah selesai kok".



Sania kemudian kembali ke rumah utama bersamaan dengan Jeno yang mendorong stroller milik Harvey dari arah luar rumah. Di belakangnya mengekor seorang wanita muda.

"Hai kak San.. Pasti nyariin Harvey ya? sorry gue ajakin muter-muter kompleks. Hehe..". Ucap Jeno.

Sania mengambil Harvey yang tertidur pulas lalu menggendongnya, "Gapapa lah, ga masalah. Oh ya itu pacar lo?". Tanya Sania merujuk pada gadis di belakang Jeno.

"Iya pacar gue, kenalin...", Jeno meminta pacarnya maju.

"Karina Kak".

"Oh hai, salam kenal ya Karina. Gue Sania, istri kakaknya Jeno". Sania menjabat tangan Karina. "Duh cantik banget sih Jen pacar lo".

Ucapan Sania membuat Karina tersipu, sedangkan Jeno hanya tertawa kecil.



Malamnya mereka makan bersama dengan orang tua Jeno. Yang pastinya tanpa Jeffrey, yang sedang berada di luar kota.

Di sela-sela makan mereka mengobrol, lebih tapatnya orang tua Jeno menginterograsi Karina. Sania tersenyum tipis, merasa de javu karena pernah mengalaminya.

Tiba lah mereka membahas mengenai latar belakang Karina. Mama Jeno tampak senang mendengarnya. 

Latar belakang keluarga Karina hampir sama dengan keluarga Jeno, kedua orang tuanya adalah dokter, pun juga saudaranya.

"...tapi aku ambil farmasi. Karena memang dari dulu pengen kerja jadi formulator kosmetik sama skincare gitu".

"Wah kalau lulus bisa nih kerja di tempat Sania". Ucap Papa Jeno antusias.

Marriage Stories | 96 GirlsKde žijí příběhy. Začni objevovat