Part 19

13.8K 691 3
                                    

Zahra sudah selesai membuat sarapan. Ia menuju ruang keluarga mencari Vino dan Raffa. Tapi mereka tidak ada. Zahra menuju kamarnya yang berada di lantai dua, tapi mereka sama tidak ada. Zahra turun kembali ia bingung kemana kedua jagoannya. Sayup sayup ia mendengat tawa Vino di halaman belakang dan mendengar Raffa dengan ocehannya. Zahra menuju teras belakang dan benar saja mereka ada di sana. Zahra tersenyum melihat mereka berdua yang sedang bercanda. Vino yang sedang mengajak ngobrol Raffa dan menggodanya sedangkan Raffa mengoceh tidak jelas.

"Anaknya siapa si ini em. Anaknya siapa. Ganteng banget. Anaknya ayah Vino yah bang" kata Vino sambil mencium pipi gembul Raffa.

"Gembul banget si ini pipi" kata Vino dengan gemesnya menciumi pipi Raffa.

"Hhaa ooo aaaa ooo" hanya itu yang keluar dari bibir mungil Raffa. Vino pun tertawa mendengar ocehan Raffa. Zahra tersenyum melihat kedekatan Vino dan Raffa. Meskipun baru satu hari ia bersama tapi, mereka seperti sudah mempunyai ikatan yang sangat kuat. Zahra bersyukur Vino mau menganggap Raffa sebagai anaknya.

"Mas" Zahra memanggilnya dengan lembut.

"Eh Bunda" kata Vino dan langsung berdiri menghampiri Zahra.
Zahra tersenyum dan malu saat Vino memanggilnya Bunda. Pipi Zahra berasa panas.

"Sarapannya sudah siap mas. Sini Raffa sama aku dulu. Sekalian mau di mandiin dulu. Mas juga sana gih mandi dulu" kata Zahra.

"Aku juga mau mandiin Raffa" kata Vino.

"Eh?"-"emang mas bisa?" Kata Zahra melongo.

"Nggak. Cuma ajarin aku yah" kata Vino.

Mereka pun akhirnya memandikan Raffa bersama sama dan penuh dengan tawa.

"Mas sekarang mandi, liat baju mas jadi basah gitu. Aku mau pakein baju Raffa dulu" kata Zahra. Vino pun masuk ke kamar mandi membersihan badannya.

Setelah selasai memakaikan baju Raffa. Zahra mengambil baju Vino dan menaruhnya di atas kasur dengan rapih.
Setelahnya Zahra menggendong Raffa kluar dari kamar menuju halaman di depan rumahnya.
Zahra meletetakan Raffa di dorongan bayi.

"Abang makan dulu yah, bunda tadi udah masakin bubur capur wortel buat abang" kata Zahra.

Zahra sedang menyuapi Raffa dan Vino pun menghampirinya.

"Waahh abang lagi sarapan yah. Sarapan sama apa si" kata Vino.

"Sarapan sama bubur wortel ayah" kata Zahra.

"Ra nanti sehabis sarapan sebaiknya kita kerumah umi dan abi setelahnya kerumah mamah papah. Kita harus kasih tau kemereka kalo kita akan merawat Raffa" kata Vino.

"Iya mas. Zahra tadi juga mau bilang gitu sama mas. Aku takut ada kesalah pahaman Mamah sama Papah juga Umi dan Abi" kata Zahra.

"Mas".

"Eemm".

"Trimakasih".

"Untuk" Vino mengrenyitkan dahinya.

"Trimakasih mau merawat Raffa dan nerima Raffa" kata Zahra. Vino mengelus dahi Zahra dan tersenyum kearahnya.

"Kembali kasih bundanya Raffa" kata Vino dan Zahra pun langsung menundunk menyembunyikan pipinya yang merona.
Vino tertawa melihat Zahra yang malu malu.

"Lihat bang, pipi Bunda merah gitu" kata Vino menggoda Zahra.

"Ist nyebelin" kata Zahra mengerucutkan bibirnya.

"Ya udah masuk yuk. Kita sarapan" kata Zahra.

Mereka masuk kembali kedalam rumah. Tapi mereka tidak mengetahui bahwa diluar sana ada yang mengikuti gerak gerik keluarga Vino.

**

Setelah sarapan Vino dan Zahra plus Raffa menuju ke kediaman Umi dan Abi nya. Sebelumnya Vino sudah menelfon kedua orang tuanya. Dan Zahra sudah menelfon kedua orang tuanya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Abang kita sekarang mau kerumah nenek sama kakek. Orang tuanya Ayah. Abang senang?? Pasti senang donk, kan mau ketemu sama nenek dan kakek stelah itu kita ketemu oma sama opa. Orang tuanya Bunda" cerocos Zahra. Vino hanya tersenyum mendengarkan Zahra.
Setelah 30mnit mereka sudah sampai di kediaman Daniel Oerlando.

"Assallamuallaikum" salam Vino dan Zahra.

"Waallaikumsallam" jawab Rahma.

Vino dan Zahra masuk dan menyalami Rahma. Tapi Rahma mengerenyitkan dahinya. Ia menatap putra satu satunya dan juga menantu kesayangannya.

"Jelaskan pada Umi"kata Rahma.

"Iya Umi, tapi tunggu bisa bicarakan dengan abi juga" kata Vino.

"Ya sudah. Kamu keruang keluarga dulu saja. Umi panggilin Abi di halaman belakang dulu" kata Rahma yang masih dilanda kebingungan.

"Mas" Zahra merasa takut orangtua mereka tidak dapat nerima Raffa.

"Jangan takut" kata Vino menenangkan.

"Assallamuallaikum" salam Abinya.

"Waallaikumsallam abi" kata Vino dan Zahra.
Mereka duduk di ruang keluarga.

"Zahra. Anak siapa yang kamu gendong nak" kata Rahma.

"Umi-".

"Biar aku yang jelasin" kata Vino.

"Em. Abi Umi. Kenalin ini anak Vino dan Zahra" kata Vino membuat kedua orang tuanya mengerjabkn matanya bingung.

"Ok gini. Aku dan Zahra mengadopsi Raffa" kata Vino.

"Mengadopsi ? Kenapa ? Kamu kan bisa membuat anak sendiri ?" Kata Rahma yang menurut Vino dan Zahra sangat ambigu.

"Maksud umi gini. Kenapa alasan kamu mengadopsi bayi ini ? Zahrakan bisa ham-".

"Umi" potong abinya yang sedari tadi diam saja.

"Lanjutkan" kata abinya meminta Vino menjelaskan.

"Aku dan Zahra kemarin ke supermarket belanja untuk bulanan. Saat aku dan Zahra berada di kasir. Zahra melihat seorang gadis em bukan maksudku seorang ibu muda menggendong bayi. Tapi cara ia menggendong dan berdiri sudah terliat akan jatuh. Dan kebetulan saat itu ibu muda itu dekat denganku. Tapi tiba tiba ibu muda itu terjatuh pingsan. Zahra menggendong Raffa dan kami melarikan ke RS Bakti. Tapi ibunya Raffa tidak bisa diselamatkan" kata Vino panjang lebar. Rahma dan Daniel terkejut mendengar ibunda Raffa meninggal dunia.

"Dan ini Umi. Surat dari ibu kandung Raffa" lanjut Vino dan memberikan surat tersebut. Rahma dan Daniel membaca surat tersebut dan mereka berdua terliha syok saat mengetahui asal usul Raffa.

"Ja.. jadi Raffa" kata Rahma syok.

"Iya Umi, Raffa terlahir diluar nikah. Dan ayahnya Raffa tidak tau dimana. Ara mohon umi abi. Ijinkan Ara merawat Raffa" kata Zahra.

"Hufh. Abi tidak bisa memutuskannya. Sebenarnya yang hak merawat Raffa ya kalian sendiri. Abi ngikut keputusan kalian saja. Tapi pesan abi. Setelah Raffa sudah dewasa beri taulah yang sebenarnya" kata Daniel.

"Trimaksih Abi" kata Zahra.

"Sini Umi mau gendong cucunya Umi" kata Rahma yang sudah menerima Raffa sebagai cucu nya sendiri. Zahra tersenyum dan menyerahkan Raffa yang sedang tertidur.

"Trimakasih umi" kata Vino sambil tersenyum senang.













Assallamuallaikum
Tambah gaje yah ceritanya.
Gak tau kenapa.
Sebenarnya ini juga ngetiknya sambil merem melek.
Udah dua hari ini aku lagi tepar. Badan lagi ngdrop. Muntah muntah terus.
Jadi maaf ya klo ceritanya gx nyambung. And maaf kalo banyaaaaakkkk sekali typonya. Di harap maklum ajja hehe.

Minta doanya ajja ya buat kesembuhan authornya.

Ya ALLAH Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang