Choice

3.3K 306 57
                                    

Sudah lebih dari lima menit langkahku tak beranjak dari koridor makanan kecil di minimarket.

Menghadap ke arah belasan merek es krim dalam kotak lemari pendingin yang ada di bawah. Belasan, bukan jumlah sedikit. Dari sejumlah itu pun, aku masih merasa asing dengan beberapanya. Es krim bukanlah makanan kesukaan dalam daftar camilanku. Karena udara panas lah yang memaksaku menepi kemari.

Aku melihat daftar harganya, yang sengaja dipampang sebagai daftar pertimbangan untuk para pembeli. Di dompetku cukup untuk membeli es krim paling mahal, bahkan membeli seluruh es krim di dalam almari pendingin. Tapi aku hanya butuh satu batang es krim untuk menetralisir udara panas di luar.



Rasa apa yang harus aku pilih?



Rasa cokelat diklaim sebagai rasa yang paling disukai hampir setengah penduduk di bumi, tapi aku ingin memilih rasa lain. Masa bodo dengan fakta kandungan di dalam buah cokelat yang memiliki efek menenangkan syaraf. Memperbaiki mood.




Aku ingin rasa yang lain.




Ada vanilla, susu, pisang, dan strawberry.




Ah entahlah.



Terlalu banyak pilihan.



Belum lagi, jika aku memilih vanilla. Aku harus kembali memutuskan vanilla berselimutkan cokelat hitam, cokelat putih, atau cokelat susu.  Dan jika aku memutuskan mengambil yang cokelat hitam, aku harus kembali memutuskan, yang dengan tambahan taburan kacang tanah, mede atau pistacchio.

Penjaga minimarket menyembulkan kepalanya dari balik rak dengan senyum ramah. Seorang pria dengan senyuman  yang menurutku manis. Lalu berjalan ke arahku "Ada yang bisa saya bantu?"

Kim Taehyung. Nama yang tertera di tanda pengenal yang ada di dada kanannya.


"Oh..., " aku berdehem. Tak menyangka akan di ajak berbicara. Minimarket sedang lenggang jadi memungkinkan petugas ini mengajakku berbicara. Entah karena itu atau mungkin karena lagakku yang mencurigakan hingga dia memutuskan menghampiriku.

"Um... Aku...," aku menggaruk tengkuk belakangku. "Aku hanya sedikit bingung"  petugas itu mengangkat sebelah alisnya. Aku tersenyum kikuk.

"Boleh tanya sesuatu?"

"Ya?"

"Di antara es krim ini.... kira-kira kau akan memilih rasa apa?"

"Cokelat"

"Kenapa? Apa itu rasa kesukaanmu?"

"Tidak". Ia mengangkat bahu kurusnya. "Hanya ingin memilih rasa itu"

"Kenapa bukan vanilla?"

"Kenapa harus vanilla?"

"Eh? Maksudku, kenapa bukan rasa vanilla yang kau pilih?"

"Kau mau rasa vanilla? Kalu begitu ambil lalu ke konter untuk ku hitung" Nadanya memerintah. Tak ada kesan ramah seperti awal tadi dia menghampiriku. Aku menggeleng. "Kurasa... Aku tidak ingin rasa vanilla. Aku....."







Ting








Dering bel berbunyi. Menandakan pelanggan lain masuk ke dalam minimarkert ini.

"Permisi, aku harus pergi..." Tanpa menunggu jawabanku, Taehyung, penjaga itu kembali ke konter. Menyapa ibu muda yang datang dengan seorang anak dengan ramah, sama seperti awal ia menghampiriku.

Kurasakan desakan di sisi kiri tubuhku. Seorang anak kecil berumur tiga tahun sedang mencari tempat, seraya mencoba menggapai pintu almari pendingin es krim. Tinggi dan tenaganya tidak memadai untuk anak kecil tersebut menggeser almari es krim untuk membukanya. Aku pun menawarkan diri membantu anak kecil itu.

"Mau yang mana anak manis?"

"Itu hyung...." Telunjuk mungilnya menunjuk satu es krim berulang kali dengan cepat. Matanya terlihat berbinar dan penuh antusias. Kaki mungil bersepatu ketsnya dia hentak-hentakkan tak sabaran. "Itu, itu.... Yang itu...."

Aku bingung. Tak begitu yakin dengan es krim mana yang diinginkan anak manis ini. Dengan asal aku mengambil satu es krim, ingin segera menuruti keinginan anak manis ini. "Yang ini?"

Anak itu mengangguk semangat, lantas mengambil es krim yang kusodorkan. "Terimakasih", katanya sopan sambil membungkuk dalam. Anak yang sangat sopan walaupun masih sangat kecil.

Ibunya muncul dengan keranjang tenteng berisi beberapa popok, beberapa kotak susu dan juga kebutuhan rumah yang lain. Keranjangnya sudah penuh dengan waktu yang singkat. Bahkan tak sampai 5 menit saat ibu itu masuk ke dalam minimarket.

"Yoongi-ah sudah pilih es krimnya?"

Yoongi, anak tadi, mengangguk semangat.

"Rasa cokelat? Ibu pikir kau suka rasa vanilla sayang" Si ibu menyadari keberadaanku, lalu tersenyum. Aku pun balas tersenyum, lalu mengangguk pelan. "Yoongi-ah yakin pilih yang itu? Janji habiskan ya?" Mereka pergi membawa semua belanjaan kepada Taehyung.

Anak kecil tadi melambai kepadaku, menikmati es krim cokelatnya dengan girang.







Ah semudah itukah?





Di saat aku perlu memastikan pilihan berlama-lama, anak kecil itu sudah kegirangan dengan es krim pilihanku. Yang sebenarnya aku pilih asal tanpa pertimbangan apapun.

Aku mengambil satu. Rasa cokelat, sama seperti yang aku ambilkan untuk Yoongi. Kubawa pilihanku ke konter untuk dihitung. Tanpa merasa tersinggung, aku menafsirkan alis Taehyung yang naik dan senyum di bibirnya sebagai sebuah kelegaan atas pilihan yang akhirnya aku ambil.










Perlu 15 menit lamanya hanya untuk sebatang es krim!










Hahaha











"Jadi 90 won" Kata Taehyung tanpa nada.

"Tak perlu dibungkus" aku menyerahkan uang pas. "Hei Taehyung-ssi, kau suka rasa cokelat kan?" Taehyung mengerutkan alis. Merasa aneh dengan nada bersahabat yang keluar dari celah bibirku.

Aku menyodorkan es krim kepadanya. "Untukmu saja"




Aku rasa dahagaku sudah lenyap.










Ya, Jeon Jungkook, bahkan tidak memilih apapun merupakan sebuah pilihan.



.
.
.

End


Bahkan tanpa memilih apapun itu juga sebuah pilihan.




Entah kenapa ngetik ini. Mungkin karena lagi dihadapkan banyak pilihan? Jujur aja moodku lagi ga baik beberapa hari ini, rasanya semua nekan aku. Apalagi ga ada yang bisa ngasih aku pelukan hangat, duh curhat ehe

Memilih itu sulit, pas lagi di minimarket buat beli es krim aja milihnya sulit. Takut gak puas dengan yang aku pilih. Ga mungkin juga buat beli semuanya, jadi harus pilih satu. Dan.... Aku gundah

Lover [KookV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang