The Stolen December

3.8K 294 29
                                    

Desember ini adalah Desember terkelam bagi Kim Taehyung




-------
1 of 3
-----



Ps. Italic for flashback

.
.
.

Pertemuan pertama berlangsung aneh.

Saat itu Taehyung datang terlambat karena kemacetan lalu lintas petang Seoul yang harus ditolerir kesabaran berlebih. Bus yang ditumpanginya harus berhenti di tengah jalan akibat mogok, memaksanya menguras habis emosi dan —lagi— Kesabaran demi memanggil taksi.

Uang, yang bulan ini diselamatkan dari godaan katalog departerment store, terpaksa dikeluarkan demi menjawab permintaan sang sepupu untuk datang ke restoran daging yang jauh dari apartemen untuk membicarakan sesuatu yang sangat 'penting'. Taehyung berharap pengorbanannya ini berakhir dengan sesuatu yang jauh dari kata mengecewakan.

Menyadari keterlambatan yang sudah hampir setengah jam, ia memilih berlari menyusuri trotoar. Papan nama restoran yang mulai terlihat dari kejauhan, semakin menyemangati usahanya. Semoga dengan melihat cucuran keringat dan deru napas memburunya, Jimin bisa memaklumi —tidak, Jimin memang harus memaklumi, siapa yang memaksanya datang kemari huh?

Setelah menyebut ciri-ciri Jimin, pelayan mengantar Taehyung ke meja yang dimaksud. Di sana Jimin sudah memesan minuman dan tengah mengobrol dengan seseorang. Dari balik punggung tegap dan rambut hitam itu, Taehyung sama sekali tak memiliki bayangan. Mungkin seorang kenalan lama atau seseorang yang ditemui Jimin di kelas vokal —pria manis itu selalu membawa orang-orang baru yang menarik, entah bagaimana pendekatan yang dilakukannya. Taehyung angkat dua jempol untuk ini.

"Oh, Taehyung-ah!!!" Pekik Jimin. Tangan dengan jari mungilnya melambai-lambai cepat. Dan pemilik punggung tegap itu ikut menoleh.

Oh........

Apa yang asisten dosen kelas bahasa Inggris lakukan di sini?

-------

Pertemuan setahun berikutnya, di hari pemakaman Jimin. Di bandingkan yang dulu, yang ini jauh lebih aneh lagi.

Kanker paru-paru Jimin memburuk begitu cepat, tak lagi bisa dilerai obat-obatan dan terapi. Dokter menyerah, sebulan sebelumnya mengatakan bahwa semua tindakan dalam titik ini akan sia-sia. Sinonim dari, 'ayo menyerah saja'.

Di waktu-waktu terakhir, Jimin dibawa berkeliling dunia untuk mengunjungi tempat-tempat yang ingin dilihatnya. Menara Eiffel menjadi pemberhentian terakhir. Jimin menghembuskan napas terakhirnya di kursi trem dalam perjalanan menuju menara lambang negara Prancis tersebut.

Jasad Jimin dibawa pulang ke Seoul, dikembalikan ke keluarganya yang kehilangan kesempatan memaklumi pemberontakan anak satu-satunya. Pasangan Park hanya bisa meratapi kepergian sang anak.

Dan orang itu di sana, menerima penghakiman sadis. Suara murka Tuan Park menggelegar seantero ruangan. Para tengangga pasti mendengar murkaan Tuan Park, hingga mereka tahu jika sang kepala keluarga yang kehilangan putra semata wayangnya sedang menghakimi seseorang bernama Jeongguk.

Menyalahkan eksistensinya di kehidupan sang anak. Di mimpinya, di masa depan yang berumur singkat. Jika saja Jeongguk ini tak ikut campur atau bahkan tak pernah muncul, sosok pengacara Park Jimin pasti siap tersohor sampai pelosok Seoul.

Lover [KookV]Where stories live. Discover now