Mr.Troublemaker - #15

29K 3.7K 1.3K
                                    

Kemarin aku dan Debra menunggu Daddy pulang. Ketika Daddy memasuki rumah dan mendapati kami berdua sudah duduk manis di sofa ruang tamu, Daddy tahu, ada hal penting yang harus dibicarakan.

Dengan gugup, Debra memberitahu Daddy tentang kehamilannya. Daddy sempat marah padanya. Debra bahkan bersujud di kaki Daddy. Memohon maaf dan tentunya, meminta untuk tidak diusir.

Aku tentu membantu Debra. Kami mencoba memulai hubungan persaudaraan dari nol. Dari awal.

Daddy sempat bertanya pada Debra, siapa ayah bayi yang sedang dikandungnya itu. Debra tidak bisa menjawab. Ia tidak tahu. Ia bingung.

Tapi ketahuilah, ayahku itu adalah pria yang sangat bijak. Sangat hebat. Pria nomor satu di dunia ini. Daddy memeluk Debra yang tengah menangis. Dan berkata, "Aku. Aku dan Ella, tidak akan mengusirmu. Kita bertiga akan membesarkannya bersama-sama."

See ? Itulah ayahku. Betapa bangganya aku dengan ayahku. Kami bertiga berpelukkan.

Pagi ini, aku tidak ke kampus. Aku dan Daddy mengantar Debra ke dokter. Mengecek kandungannya. Kami bahkan mencetak foto janin yang belum terlihat jelas itu. Menempelkannya pada buku untuk kenangan nanti.

Sepulangnya dari dokter, kami makan siang bersama di rumah. Daddy sempat berbicara pada kami bertiga, mengenai masalah Miranda. Debra tidak bisa berbuat banyak, dia pasrah. Kalau memang ibunya harus di penjara dan diceraikan, ia menerimanya.

Tidak lama setelah acara makan siang, Daddy kembali berpamitan untuk kembali mengurusi berbagai hal. Tinggallah aku dan Debra. "Tunggu sebentar!" Debra berlari ke dalam kamarnya. Sempat aku marahi karena takut terjatuh. Kehamilannya memang belum terlihat begitu jelas. Debra bahkan tidak mengalami mual-mual di pagi hari. Pokoknya dia terlihat sangat santai sekali.

"Ini milikmu. Maafkan aku yang mengambil tanpa izin!" Debra memberikanku sebuah boneka.

"Beruang kecil!" Aku memeluknya. "Kamu tidak membakarnya?"

Debra menggelengkan kepala. "Aku berbohong. Maafkan aku, Ella!"

Aku memeluknya. "Sudah, jangan meminta maaf terus!"

"Apakah Nancy dan Teresa jadi kemari?" Debra meminum vitamin. Aku meringis, ia menelan tiga pil sekaligus.

"Sepertinya. Mereka bilang akan kemari sekitar jam enam sore!"

"Aku ke kamar dulu ya? Pinggangku sedikit pegal!"

Aku mengangguk. Selepas Debra keluar dari ruang makan. Aku memandang boneka di tanganku. Mencubit hidungnya. Aku harus mengembalikan dia pada pemiliknya.

Aku melangkah ke luar. Ke samping. Ke rumah tetanggaku. Menekan bel pintu dan Angel sudah menyambutku dengan senyum penuh kasih sayang. "Sayangku, ada apa? Kamu tidak ke kampus? Masuk."

"Aku bolos." Aku tertawa pelan. "Romeo kuliah, Mom?"

"Iya." Angel memandang boneka di tanganku. "Aku seperti kenal dengan boneka ini?"

"Ini milik Romeo. Aku ingin mengembalikannya!"

"Kenapa bisa ada bersamamu?"

Aku lalu menceritakan pada Angel. Tentu dengan beberapa bagian yang aku ubah.

Angel menarik lenganku yang sedang terduduk di sofa. "Ikut aku," ajaknya.

Kami menaiki tangga. Menuju sebuah pintu berwarna perak. "Ini kamar Romeo," ucap Angel setelah pintu terbuka.

Kami memasukinya. Kamar berukuran sama dengan rumahku. Lebih tepatnya, kamar Debra. Karena kamarku berada di menara hahahahaha. Kamar Romeo di dominasi oleh warna hitam dan perak. Interiornya simpel, terlihat sekali khas kamar pria. Wangi parfum maskulinnya cukup terasa di indra penciumanku.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang