Mr.Troublemaker - #18

37.3K 3.4K 974
                                    

"Kenapa kamu naik ke atas balkon?" Aku dengan panik melihat ke arah bawah. Tidak ada tangga.

Pacarku itu hanya menyengir lebar. Sedangkan aku, sudah ketakutan kalau sampai di terjatuh. Jarak balkon dan taman pemisah rumah kami, mungkin sekitar lima meter jauhnya. Terbayang kalau sampai dia terjatuh, setidaknya patah tulang.

Kesal aku padanya, aku mendaratkan pukulan pada lengan Romeo. "Aw. Kenapa aku dipukul?" Dia meringis. Pasti hanya berpura-pura. Badan sebesar itu, tato cukup banyak, tindikan, pembuat masalah, bisa sakit karena pukulan wanita sekecilku.

"Kamu sudah bosan hidup, huh? Kalau jatuh bagaimana? Ini tinggi." Aku sampai menghentakan kaki. "Kenapa tidak lewat pintu saja?"

"Biar dramatis. Biar terlihat perjuangan aku menemuimu." Dia. Si menyebalkan itu. Masih berpikir ... Hah ... Pusing aku!

Romeo kembali menyengir lebar. "Ada yang khawatir sama aku sampai cemberut seperti ini?" Dia melangkah mendekat.

Aku hanya bersedekap dan membuang pandangan. Tentu saja aku khawatir. Aku kan sayang padanya. Bagaimana nanti kalau di terluka. Aku tidak ikhlas.

Romeo mencolek ujung hidungku. "Kalau marah sekarang boleh sekali. Aku sedang dekat denganmu." Dia kembali memajukan langkah. Aku tidak mundur. Aku diam saja. Pokoknya aku tunjukkan padanya kalau aku marah.

Sedang asiknya aku dengan pikiranku sendiri. Dia. Pacarku. Iya pacarku itu, mencium pipi kiriku tiba-tiba.

Hell yeah, aku terkejut. Menoleh tiba-tiba. Dan sial. Sial, wajah Romeo belum beranjak dan aku justru mencium bibirnya. Tidak sengaja. Sumpah tidak sengaja.

Si menyebalkan itu tertawa. Aku panik. Sudah menciumnya, tawanya itu cukup kencang. Bagaimana nanti Daddy tahu ada pria masuk ke dalam kamarku. Ralat. Masih di balkon.

Aku menutup mulut Romeo. "Sssttt ... Kamu ingin Daddy tahu kamu di sini? Bisa marah dia nanti kalau ...." Aku menarik tanganku.

"Memangnya kenapa kalau aku di sini? Aku kan pacarmu."

Kedua alisku bertemu. "Pacar ya pacar. Tetap saja, kamu masuk ke dalam rumah seseorang tanpa permisi."

Ketukan pintu, membuatku kembali panik. Aku justru menarik Romeo masuk ke dalam kamar. Tidak mungkin juga aku melemparnya ke bawah. Atau ke balkon kamar Angel.

Panik aku membawanya ke sana kemari. Ketukan pada pintu kamarku juga tidak berhenti. "Ella, ini Daddy."

Matilah aku!

Romeo berbisik. "Sudah tenang." Ia berdiri tepat di sisi pintu. Satu tangannya mengarah pada bibirnya. Aku mengangguk.

Membuka pintu perlahan. Sedikit. Jangan sampai Daddy memasuki kamar dan mendapati pacarku di sana. Di balik daun pintu. "Ya, Daddy?" Tanyaku setenang mungkin.

"Kenapa lama sekali?" Aku hanya berpura-pura membuka mulut. Seakan aku tengah mengantuk. "Daddy ingin pergi ke kantor polisi. Debra ikut. Kamu ingin ikut juga?"

"Aku ... Mengantuk, Daddy. Aku di rumah saja," ucapku yang kembali membuka mulut. Semoga saja acting-ku bagus.

"Ya sudah, Daddy dan Debra pergi dulu." Aku melangkah ke luar kamar. Memeluk dan mencium Daddy. Dia sempat bingung, tapi tetap melangkah pergi.

Fiuuuhhh ....

Aku kembali masuk ke dalam kamar. Menutup pintu dengan debar jantung masih kencang. Dan si pembuat masalah itu, justru asik tertidur di atas tempat tidurku.

"Kamu itu —" Tunggu, dia sedang asik memegang ponsel milikku. "Itu ponselku!"

Tangan Romeo menghindar, dikala aku berusaha merebut ponsel dari tangannya. "Aku pinjam sebentar," katanya.

[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang