Mr.Troublemaker - #13

29.4K 3.2K 626
                                    

Kedua tangan Romeo masih memenjarakanku. Dia tidak melontarkan satu kata pun. Hanya napasnya yang terengah-engah dan sepertinya ia menunduk. Aku bisa merasakan napas hangatnya di kepalaku.

Isak tangisku pun mereda. Dengan menahan rasa takut aku sedikit mengangkat kepala. Memandang dada bidang Romeo.

Saat akan menghapus airmata, kedua tangan besar Romeo lebih dulu menangkup wajahku. Aku mendongak. Memandang wajahnya. Wajah yang terlihat sangat merasa bersalah. Kedua ibu jarinya mengusap pipiku yang basah. Menarik wajahku dan mencium bibirku.

Jelas aku memejamkan kedua mata karena kecupan tiba-tiba. Sama seperti di kamar waktu itu. Tapi kali ini sedikit lebih lama.

Romeo melepaskan bibirnya dan memandangku selama beberapa detik. "Maafkan aku. Aku sudah menjadi penyebab tangismu. Aku memang brengsek." Ia melepaskan tangannya dari wajahku. Berbalik dan menendang sesuatu, hingga aku tersentak kaget.

Tubuhku seketika terjatuh ke lantai. Romeo berbalik. Ia terduduk dan menarik tubuhku. Mendekapku erat. "Maafkan aku, Ella."

Aku memberontak. Melepaskan kedua lengannya. "I hate you, beast!" Sisa kekuatan pada diriku, aku gunakan untuk bangkit dan keluar dari dalam sana.

Berlari dan terus berlari. Berhenti saat menabrak Nancy, serta Teresa tepat di depan pintu kelas. "Ella?!" Pekik Teresa yang melihat aku menangis.

"Aku ingin pergi dari sini!" ucapku disela-sela napas.

Nancy segera melangkah sembari memegang tanganku. Diikuti Teresa yang berada di samping Nancy.

Belum begitu jauh dari tempat awal kami berdiri. Debra dan kelompoknya bertemu dengan kami bertiga. Debra beralih ke belakangku. Mendorong kepalaku kencang lalu tertawa puas. Aku hampir terjatuh ke depan kalau saja Nancy tidak menahan lenganku.

Debra dan kelompoknya semakin kencang tertawa. Melihat ke arah kami bertiga. Di ujung lorong, aku bisa melihat Romeo yang baru tiba. Ketika Teresa memekik kaget, aku baru tahu apa penyebab si anak penyihir sialan itu tertawa bahagia. "Ella, rambutmu terkena permen karet!!!"

Awalnya kami menuju toilet. Tapi sekarang, Nancy yang sudah lebih dulu ditahan tubuhnya oleh Teresa agar tidak menyerang Debra, memilih untuk pergi dari kampus. Saat ini juga.

Kami berjalan cepat menuju area parkir. Sesampainya aku di dalam mobil. Pecah tangisku. Aku bahkan setengah menjerit. Biarkan lah. Biarkan aku lega, karena mengeluarkan seluruh emosiku hari ini.

Tidak Romeo. Tidak Debra. Aku membencinya. Aku sungguh membencinya. Aku tidak ingin melihat keduanya lagi. Aku muak. Aku jijik. Mommy, aku ingin ikut ke sana. Bersamamu di surga. Dunia terlalu kejam denganku. Aku benci di sini.

"Ella!" Teresa memelukku. Aku dan dia berada di kursi belakang. "Berhenti menangis. Nanti aku ikut nangis juga."

"Seharusnya kau tidak menahanku untuk menghajar Zebra! Kalau perlu aku patahkan tangannya." Nancy yang emosi, melampiaskan amarahnya dengan memukul kemudi. "Awas dia besok lusa. Kita akan sekelas dengannya di laboratorium. Akan aku hajar nanti."

Aku dukung. Tapi sekarang aku lelah. Belum lagi bagaimana caranya permen karet lengket ini lepas dari rambutku. Rambut yang sangat aku sayangi. Rambut merahku yang mirip dengan ibu.


[Terbit] My Sexy Bra And Mr. TroublemakerWhere stories live. Discover now