Hari disaat semuanya mulai aneh

63 7 0
                                    


Sabriel memakan sundae neopalitanya, campuran es krim vanila dengan saus stroberi dan serutan coklat dan permen coklat warna-warni sambil membaca salah satu buku rekomendasi Bibi Katie. Kini ia ada didalam cafe yang bernama Sun.GO!. Kafe itu berjarak sekitar 20 meter dari toko buku Campanilla, suasana disana cukup ramai, semua orang duduk bersama keluarga atau teman mereka. Jika dilihat-lihat, hanya Sabriel yang duduk sendirian dimejanya. Sabriel sengaja duduk dimeja dekat jendel disamping pintu keluar agar ia bisa melihat suasana laut. Di kafe itu juga ada panggung kecil dilengkapi seperangkat alat musik band.


Saat sundae Sabriel tinggal beberapa suap, tiba-tiba lampu dimatikan dan sebuah lampu sorot menerangi seorang pemuda ditengah panggung. Tak jauh dari tempat Sabriel, beberapa gadis memekik kegirangan ala seorang fangirl pada biasnya. Sabriel yang memutar bola mata lalu melirik kesal pada para gadis itu. Sabriel menghela nafas dan mau tidak mau ikut memperhatikan pemuda berumur sekitar 17 tahun yang berdiri diatas panggung karena ia tidak mungkin melanjutkan membaca dalam keadaan gelap. Pemuda itu mengenakan kaos putih dibalut kemeja kotak-kotak hitam-merah ia membawa lead guitar warna merah-putih-hitam. Rambutnya gelap mungkin kecoklatan matanya berwarna jingga seperti matahari terbenam, dimatanya Sabriel yakin ia merasa berada dibawah matahari saat musim gugur. Pemuda itu tersenyum dan mulai memetik gitarnya. Dan mulai bernyanyi, seketika para gadis mulai berteriak lagi. Sabriel mencoba mengabaikan pertunjukkan itu dan memilih menatap laut dan langit yang mulai senja, warna cahayanya seperti emas, seperti mata pemuda yang tengah bernyanyi itu.


Tak lama kemudian, ada 3 pria besar duduk dikursi kosong meja Sabriel. Sabriel menatap mereka dan sekejap ia melihat para pria yang beberapa waktu yang lalu ia temui diujung jalan. Sekilas, tiga orang ini terlihat aneh, ada sesuatu yang bergerak dipipi pria yang menggunakan kaos hijau norak, yang lain memiliki rambut dan jenggot yang sangat lebat, dan yang satu lagi sekilas Sabriel melihat mata yang cukup besar diatas hidung pria itu.

"Hai Nona manis, aku tidak pernah melihatmu. Siapa namamu?" seringai yang memiliki mata besar.

Sabriel menatap mereka bosan dan mengambil belanjaannya, bersiap untuk pergi.

Pria berjanggut menggebrak meja. Disusul sahutan Si Mata Besar.

"Kau mau kemana, Nona Manis? Tidakkah kau tau aku dan temanku ini lapar?"

Sabriel mengacuhkannya. Ia berdiri lalu menunjukkan kartu kreditnya pada kasir dan segera melangkah pergi, tanpa mengucapkan apapun.

(..)


Sabriel menghela nafas lega saat ia sudah sejauh dua blok dari cafe tersebut. Sabriel menatap matahari yang mulai tenggelam. Lalu kembali menghela nafas dengan lelah. Angin kembali berhembus. Sabriel mencoba merasakan tiupan angin dilehernya, itu membuatnya sedikit lebih tenang. Ia akhirnya kembali melangkah, apartement-nya masih cukup jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Beberapa saat kemudian, Sabriel mendengarkan beberapa langkah keras tidak jauh dari tempatnya. Deg! Jantung Sabriel berdegup kencang. Para pria besar itu mengikuti Sabriel. Sabriel segera memperlebar langkahnya seiring suara kaki yang semakin mendekat. Saat berada dibelokan Sabriel segera saja berlari sekencang mungkin, beberapa detik kemudian terdengar suara raungan khas banteng dibelakang Sabriel. Sabriel melirik kebelakang yang lansung ia sesali, pria berjanggut tadi sekarang terlihat mengerikan, kepalanya berupa kepala banteng dengan tanduk besar yang mengerikan, bahkan ia memiliki ekor, sedangkan pria yang berbicara dengan Sabriel tadi, hanya memiliki satu mata tepat diatas hidungnya, matanya memerah yang membuat Sabriel ngeri, sedangkan pria yang satu lagi sekarang memiliki beberapa mata tambahan dikepala botaknya, lengannya, dan juga kakinya, mata-mata itu memelototi Sabriel.

Sabriel and The World of MythTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang