Teman-teman baru di Sundae day

76 5 0
                                    

Sabriel berjalan mengikuti Yourel ke arah pantai Sparkline. Mereka kesana menaiki Motor merah Yourel. Selama perjalanan, Sabriel berusaha untuk menjaga jarak dengan Yourel sebisa mungkin.

(..)

Sabriel memasuki daerah pantai, banyak wisatawan yang bersantai diatas pasir putih dan berenang di air laut yang bisa dibilang cukup tenang dengan ombak-ombak ukuran kecil. Tidak jauh darisana terdapat satu kedai.

Yourel mengajak Sabriel. Sabriel yakin inilah kedai milik putri Sallyna. Dikedai itu tertulis "Sunny a Sundae Days." Terlihat seorang gadis tengah melayani 2 orang pembeli yang tampak terlihat seperti wisatawan. Yourel duduk disalah satu bangku tinggi, ia menepuk bangku disampingnya. Memberi isyarat Sabriel untuk duduk.

"Hey, Licown!..." sapa Yourel.

Gadis berambut hitam kecoklatan seleher berbalik menatap Yourel lalu tersenyum cerah.
"Hai! Lihat siapa yang datang! Tunggu sebentar..." Gadis itu kembali memunggungi Yourel dan Sabriel, kemudian memberikan es krim pesanan 2 wisatawan tadi.

"Mana Kevin?" tanya Yourel.
"Dia mengantarkan pesanan ke pantai..." kemudian gadis itu menyadari keberadaan Sabriel. "Hai, aku tidak pernah melihatmu. Kau pacarnya Tomokami?"
"BUKAN!!!..." sergah Sabriel dan Yourel berbarengan. Sabriel memberikan pandangan kesal pada Yourel sedangkan Yourel memalingkan wajah.
"Haha, kalian cocok sekali lho! Oh iya, namaku Sania Licown!" Sania mengulurkan tangannya pada Sabriel. Sabriel menyambutnya.
"Sabriel..."
"Rosalita?..." sahut Sania cepat. Mata hazelnutnya melebar. "Kau majikan baru ibuku..."
Nada suara Sania lebih mirip menyatakan daripada bertanya.

Sabriel tersenyum kecil lalu mengangguk. "Kurasa begitu, Mrs. Licown bilang aku bisa mencoba sundae buatanmu. Aku pecinta es krim..."
"Ah... Kau bisa memilihnya di menu, tertampang jelas di dinding. Tomokami? Chocholate caramel turtle seperti biasa?" terka Sania. Yourel tersenyum lebar.
"Tentu saja, dan miliknya aku yang bayar..." Yourel melirik Sabriel.
Sabriel hanya memutar bola matanya lalu kembali menatap menu-menu yang terpampang di kedai.

Sania tersenyun lalu berbalik dan segera membuat pesanan Yourel. Tak lama setelah itu, pintu kayu bertuliskan hanya untuk staff didekat Sania terbuka. Seorang pemuda mungkin seumuran Sabriel memasuki kedai. Pemuda itu berambut seperti perunggu. Ia memakai kaos tanpa lengan jingga dan celana pendek putih, mirip seperti penjaga pantai. Dan ia membawa nampan kosong.
"Hei Sania, ada pesanan yang harus kuantar lagi?" tanya pemuda itu.
Sania menoleh ke pemuda itu. Lalu tersenyum kikuk. "Sudah tidak ada, terimakasih Kevin..."
Pemuda yang dipanggil Kevin itu menatap Yourel lalu tersenyum lebar.
"Hei! Lihat siapa ini! Kita jadi bermain Skateboard hari Kamis sore besok?" ia mengajak Yourel untuk Hi-5. Yourel menyambutnya.
"Tentu saja!..." balas Yourel senang. Kevin tertawa.
"Bagus! Ini..." Kevin menyodorkan botol berisi white coffe, dari kulkas didekat pintu staff tadi. "Aku traktir..."
"Um... Licown, kurasa..."
"Kumohon panggil Sania saja," Sania memotong perkataan Sabriel. Sabriel tersenyum.
"Baiklah, dan tolong panggil aku Sabriel. Dan, aku ingin Strawberry shortcake cheese sundae..."
"Okay! Segera datang!..."
Kevin melirik Sabriel.
"Hei Yourel! dia kekasihmu?"
Yourel yang kebetulan sedang meminum kopi dari Kevin lansung tersedak. Bahkan sampai tersembur keluar.
Sabriel melirik Yourel yang duduk disampingnya dan berusaha agar tidak tertawa. Sabriel menyodorkan kotak tisu yang ada didekatnya ke Yourel.

Sania membawa pesanan Sabriel dan Yourel. Dan menatap Yourel yang masih terbatuk.
"Tomokami? Kevin? Kau apakan dia?"
"Aku hanya bertanya apakah gadis ini pacarnya..." jawab Kevin. Sania tertawa lalu meletakkan pesanan diatas mwja hadapan Sabriel.
Yourel menatap Kevin kesal. "Kenapa semua orang mengira kalo kutu buku ini pacarku?..." Yourel melirik Sabriel yang pura-pura tidak mendengarnya dengan kesal.
"Ya benar juga, kau tidak selevel dengannya. Dia cantik dan kau buruk rupa, hahaha..." kata Kevin lalu tertawa keras.
Sania menepis lengan Kevin. "Kevin! Itu tidak baik, kau tau? Ini pesanan kalian..."
"Iya, iya maaf..." kata Kevin meski masih tertawa. "Nikmati es krin kalian..."

Sabriel menatap mangkuknya, 1 skup es krim strawbeery, 1 skup es krim vanilla, roti, selai strawberry, lalu Whipped Cream, dan krim soda kemudian ditaburi keju dan sebuah strawberry diatasnya. Punya Yourel, mangkuknya berisi 2 skup es krim karamel, potongan snickers, fudge, ditaburi serutan coklat dan serbuk biskuit oreo.

"Serius, kau siapa?" Tiba-tiba, Kevin berada di depan Sabriel. Matanya sewarna dengan rambutnya menatap lurus ke Sabriel. Sabriel membalas tatapan Kevin tanpa ekspresi.
"Sabriel... Haruskah kusebutkan nama lengkapku?" sahut Sabriel dengan nada bosan. Kevin mengerjap dan mengangguk.
Yourel lansung menyela. "Sabriel Rosalita, sekarang berhenti menatapnya seperti itu jika kau tidak ingin dimasukkan ke penjara oleh kakekknya..."
Kevin lansung menatap Yourel terkejut.
"Apa?!..." Kevin menggebrak meja. "Kau berkencan dengan seoranh putri dari keluarga pemilik pulau ini? Kau harus mengajarkanku bagaimana caranya menggaet para gadis agar menyukaiku!"
"Maafkan aku, siapa pun namamu. Tapi aku tidak mau berkencan dengan pecundang ini..." sahut Sabriel.
"Seharusnya aku yang bilang begitu! Putri Mawar!..."
"Terserah padaku, Wajah Senar!..."
"Wow, wow. Hentikan! Aku seperti melihat listrik dari mata kalian dan mendengar genderang perang ditabuh didalam kepalaku! Namaku Kevin Seandle. Senang mengenalmu Sabriel Rosalita." Kevin mengulurkan tangannya padaku.
"Tolong, panggil aku Sabriel saja. Aku juga senang mengenalmu, Kevin Seandle." Sabriel menyambut tangan Kevin.
"Teman-teman, kemarin aku membuat marcaroon. Cobalah..." Sania datang dengan sepiring marcaroon warna-warni.
Kevin lansung mengambilnya. "Luar biasa! Ini enak sekali Sania, kau memang hebat!" pujian Kevin membuat wajah Sania terlihat seperti kepiting rebus.
"Te-terimakasih, kalian juga cobalah..."
"Tentu,"
Sabriel juga mengambil kue manis itu dengan senang hati.

(..)

Sabriel menatap ke laut luas didepannya, langitnya cerah disapu awan putih tipis. Sabriel merasakan angin kencang yang menerpanya. Mengingat angin yang menyambutnya saat pertama kali menginjakkan kakinya dipulau buatan Kakek buyutnya. Sudah 16 tahun Sabriel hidup dan ia menyadari ia tidak pernah mengenal anak-anak yang seusianya selama hidupnya.
"Itu berarti mereka yang pertama..." gumam Sabriel.
"Kau mengatakan sesuatu?..." tanya Yourel yang tengah berjalan dari kedai milik Sania ke arahnya.
Sabriel menatap Yourel. "Tidak ada, jadi kau sekolah dimana?" Sabriel berusaha berbasa-basi.
Yourel tertawa. "Tidak ada sekolah dipulau ini. Yang ada hanya ada 1 pusat pendidikan. Sistemnya seperti les pagi, siang, sore. Hanya berkaku bagi anak berusia 12 hingga 18 tahun. Untuk anak yang dibawah itu juga terdapat pusat pendidikannya sendiri."
"Lalu yang diatas 18 tahun?"
"Saat kau umur 18 nanti akan ada tes untuk beasiswa. Jika kau ingin kuliah, kau akan dikirim keluar pulau untuk kuliah..."
"Kalau begitu, tidak ada Kampus dipulau ini?"
"Tidak ada, aku sekelas dengan Kevin. Licown itu juga dari kelas sebelahku. Tapi meski berbeda, dia cukup dekat dengan Kevin. Jadi aku mengenalnya...."
"Owh... Itu berarti hanya ada 1 tempat untuk pendidikan dipulau ini?..."
"Ya, dan sudah pasti kita berdia akan 1 sekolah..." Yourel terdiam. "Kapan kau akan mulai belajar?"
Sabriel mengusap lehernya. "Entahlah, beberapa hari lagi mungkin..."
"Oh..."
"Ya oke, bisa kau antarkan aku?"
"Kemana?"
"Entahlah masih ada 2 atau 3 jam lagi sebelum matahari terbenam. Mungkin bisa kau tunjukkan dimana pusat pendidikan itu..."
Yourel tersenyum miring. "Apa imbalannya?"
Sabriel memutar bola mata, tahu sudah pasti akan jadi seperti ini pada akhirnya. Lalu ia teringat pada toko roti yang ia lewati saat akan ke Campanilla.
"Aku akan menraktirmu muffin atau cupcake mungkin..." jawab Sabriel agak ragu.
"Sepakat!"

(..)

Hai-hai! Sudah berapa minggu ya? Haha, maaf-maaf. Author banyak kerjaan. Tunggu saja updatenya, oke? Terimakasih karena sudah membaca dan maaf jika ada salah kata atay apapun. Sampai jumpa di chapter selanjutnya!

Sabriel and The World of MythWhere stories live. Discover now