Kelas Spesial yang aneh, keren, dan... Aneh. Plus dapat nama panggilan. Hebat!

61 6 3
                                    

"Jadi disinilah kita, kita mendapat beberapa murid lagi di kelas berlian ini..." Pak Vender Seandle. "Sabriel Rosalita,"

Sabriel menunduk hormat pada seisi kelas. Ia memakai tongkat untuk menahan sebelah berat badannya, mengingat kakinya masih di gisp.

"Yourel Tomokami,"

Yourel menunduk singkat.

"Sania Licown,"

"Mohon bantuannya..."

"Kevin Seandle,"

"Hai guys! Senang bertemu dengan kalian..."

"Dan... Zender Whitedork."

"Hn..."

Sabriel, Yourel, Sania, dan Kevin lansung menoleh, dan terkesiap kaget. Zender berdiri bersama mereka, tepat di samping Sabriel.

"Se-sejak kapan kau di sini?" tanya Sabriel.

"Iya, aku bahkan tidak tau kapan kau datang..." sahut Kevin.

Zender hanya melirik mereka malas, lalu kembali menghadap ke depan dengan bosan.

Sabriel mengamati seisi ruangan kelas, terdapat sekitar 9 anak disana. Terdapat satu wajah yang kelihatannya tidak asing. Dia adalah anak yang meminjam buku di Campanilla. Sabriel tersenyum dan melambai kecil padanya. Pemuda umur 14 tahun itu membalas dengan tersenyum dan mengangguk.

"Baiklah. Kalian bisa duduk.."

Banyak sekali bangku kosong, mengingat hanya ada 9 murid di kelas yang cukup luas ini. Di pojok belakang terdapat panggung kecil, dan terdapat sebuah grand piano berwana coklat.

Sabriel duduk di bangku terdepan, Yourel segera menyusul dan duduk disamping Sabriel. Sania dan Kevin duduk di belakang mereka. Sedangkan Zender memilih untuk di bangku paling pojok belakang yang sedikit suram.

"Nah? Jadi, aku sebagai wali kelas kalian. Akan..." Pak Vender menggantungkan kalimatnya, kemudian ia menunjuk pada seorang gadis berambut bubble gum dengan tatto bintang di kedua pipinya. "Regina? Ingin meneruskan?"

Gadis yang terlihat berumur 18 tahun itu berdiri. Dia mengenakan kaos motif zig-zag hitam-putih dibalut jaket merah dan celana levis warna maroon. Gadis itu menyeringai sambil membenarkan topi baret besar miliknya.

"Anda akan pergi. Lalu kami harus berkenalan dengan murid baru. Kemudian PESTA!!" Gadis itu melompat girang.

"Tepat sekali. Dan Regina, sekarang kau punya saingan dalam berpikir kritis,"

"Aku mungkin berpikir kritis, Pak Vender. Tapi ini semua terjadi karena aku beruntung! Terimakasih,"

"Ya, tentu saja! Lucky!" sahut seseorang entah siapa.

"Hmm... Kurasa kalian akan melakukan penyambutan besar-besaran. Karena kini, ada 14 orang di kelas ini..." Pak Vender menaikkan kacamatanya. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Tolong ya, Jeandrea..."

Seorang gadis berambut lurus sedada warna mocha, dari tingkat pearl, berdiri kemudian mengangguk dan menunduk hormat.

Pak Vender mengangguk lalu keluar ruangan. Gadis yang berdiri tadi menoleh pada Sabriel dan yang lain. Ia menatap mereka dingin.

Kevin menelan ludahnya.

"Teman-teman..." kata gadis itu.

"Sania, dia menyeramkan..." bisik Kevin.

"... Waktunya untuk kalian, mati!" sahut gadis bertatto bubble gum tadi.

Sabriel menaikkan alis. "Haruskah aku memanggil rimba?..." bisik Sabriel. Yourel terdiam.

Sabriel and The World of MythTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang