four

48.4K 1.5K 133
                                    

"Mama besok ke Jogja?" tanya Stacy sembari menggigit roti bakarnya. Di hadapannya, Karin tengah sibuk di hadapan laptop dengan secangkir kopi di sebelahnya. "Ketemuan sama Papa, nggak?"

"Kayaknya nggak deh, Papa bilang besok sama lusa ada sidang, jadi nggak bisa nemenin Mama." jawab Karin sembari menolehkan pandangannya pada anak sematawayangnya. "Kalau ketemu nanti Mama kabarin kamu."

Stacy mengangguk sebelum memakan habis sarapannya.

Sudah dua tahun semenjak perceraian kedua orang tuanya, namun hubungan mereka masih tetap berjalan baik. Walaupun kini Andre tinggal di kota yang berbeda karena urusan pekerjaan, mereka masih sering bertukar kabar dan video call setiap minggu. Hubungan kedua orang tuanya sekarang bisa dikatakan seperti sahabat. Stacy bahkan merasa jauh lebih dekat dengan Papanya setelah mereka berpisah. Saking dekatnya, Andre adalah salah satu orang yang mengetahui keadaan Stacy di sekolah.

Pada awalnya, Andre tidak terima dan ingin Stacy pindah ke sekolah lain serta meminta Stacy untuk berhenti berpura-pura menjadi gadis culun. Namun Stacy menolak, ia terus meyakinkan Papanya dengan alasan yang ia punya ; Stacy ingin punya teman yang sesungguhnya. Akhirnya, dengan berat hati Andre mengizinkan anaknya dengan satu syarat, Stacy harus mencereritakan semua kepadanya. Tentu saja Stacy dengan mudah menyanggupi syarat yang diberikan Sang Ayah, walaupun banyak kejadian yang ia tutupi, seperti saat ia dilabrak Vio dan teman-teman minggu lalu, misalnya. la yakin Andre akan murka jika mengetahui hal tersebut.

Setelah beranjak dari meja makan, Stacy memakai kaus kaki dan sepatu kets miliknya. Gadis itu berjalan keluar rumah, menikmati jogging keliling perumahan yang sudah menjadi rutinitas Minggu paginya. Suasana perumahan yang masih sepi ditambah udara segar membuatnya rileks.

Setelah menyusuri jalanan, Stacy berhenti di taman kompleks dengan napas yang terengah. Gadis itu duduk di bangku taman sembari mengusap keringatnya, tanpa sadar jika orang yang duduk di sebelahnya tengah memperhatikannya.

Setelah ritme napasnya kembali normal, Stacy menoleh, seakan baru menyadari kehadiran seseorang di sebelahnya. Bola matanya membesar, terkejut ketika melihat sosok lelaki tampan yang baru-baru ini dikenalinya.

Fino terkekeh. "Nggak sekaget itu juga, kali."

Stacy hendak membuka mulutnya saat Fino menjulurkan botol air mineral kepadanya. "Nih, kebetulan tadi buy one get one."

Dengan canggung Stacy mengambil botol tersebut. "Makasih, kak."

Fino menatap Stacy yang tengah menunduk menatap air mineral yang belum diminumnya. "Lo nggak nanya kenapa gue disini?"

Stacy menoleh, membuat jantung Fino kembali berdetak lebih cepat ketika manik hazel itu menatap matanya. "Bukannya habis jogging juga?"

"Nggak," Fino dengan cepat memalingkan pandangannya, melihat suasana taman yang mulai ramai dengan abang-abang penjual sarapan. "Gue tadi beli sarapan disitu, terus lihat lo dateng, jadi gue samperin."

"Oh, oke." Stacy mengangguk canggung, membuka tutup botol dan menegak isinya hingga tersisa setengah.

"Lo nggak pake' kacamata lagi." refleks Stacy menoleh, menatap Fino yang sedang menatapnya dengan penuh pertanyaan. "Perasaan gue aja, atau emang penampilan lo beda pas di sekolah?"

I'm Not a NerdWhere stories live. Discover now