six

30.4K 1.1K 14
                                    

Pendidikan Jasmani dan Rohani merupakan mata pelajaran yang paling Stacy benci. Selain tidak memiliki teman untuk berganti pakaian dan membeli minuman bersama, ia tidak pernah sekalipun memiliki pasangan untuk berlatih, melainkan Pak Jordi yang selalu menjadi rekan latihannya.

Stacy berjalan menuju lokernya, hendak mengambil seragam olahraga sebelum ke ruang ganti untuk mengganti seragam putih-abu miliknya. Raut wajahnya berubah kaget saat melihat kondisi loker dan seragam olahraganya yang mengenaskan. Loker itu bau, diisikan sampah basah yang datang entah dari mana. Buku-buku pelajaran dan seragam olahraganya ikut basah. Lebih parahnya lagi, di seragam olahraganya terdapat beberapa bagian yang dengan sengaja digunting sehingga menimbulkan robekan yang cukup banyak, yang membuat seragam tersebut tak layak pakai lagi.

"Bau banget, apaan sih?"

"Loker siapa nih, jorok banget!"

"Dikira tempat sampah kali ya, mau muntah gue."

Beberapa teman sekelas dan orang yang berlalu lalang di sana menatap Stacy jijik seraya menutupi hidung mereka. Gadis itu menghirup napas panjang, berusaha menahan diri untuk tidak menangis. Ia mengambil semua barang di lokernya dan sementara menaruhnya di lantai, kemudian membuang sampah-sampah yang ada di sana.

"Bau banget woi, nggak mandi, ya?"

"Jijik banget lokernya sampah semua!"

"Nggak bisa bedain tempat sampah sama loker, ya?"

"Cewek modal beginian kok bisa, sih?"

Stacy menggigit bibir bawahnya, berusaha mengabaikan semua sindirian jahat dari orang-orang yang berlalu-lalang. Ia hanya perlu membersihkan lokernya dan pergi.

*

"Lo kenapa, sih?" Vio mendorong Stacy hingga gadis itu terhuyung dan menabrak papan tulis, sementara beberapa gadis lainnya hanya menonton sembari berjaga-jaga di kelas tersebut. "Sampe segitunya buat minta diperhatiin sama kak Fino?"

Stacy mendunduk. Alih-alih bangkit dari jatuhnya, ia hanya diam dan menggigit bibir bawahnya. Sudah diduga, kejadian ini akan terjadi. Penggemar Fino tak akan tinggal diam jika lelaki pujaan mereka terlihat dekat dengan gadis lain, apalagi gadis seperti Stacy.

"Kok diem?" Vio mencengkram wajah Stacy. "Lo nggak ada mulut?"

"Gue-" Stacy meringis saat kuku Vio dengan sengaja menusuk kedua pipinya. "-Nggak ada apa-apa sama kak Fino. Dia cuma nolongin gue."

Vio tertawa meremehkan. Dengan tangan kirinya yang bebas, ia membelai kepala Stacy. Gadis itu mendekatkan wajahnya dan berbisik. "Muak banget gue lihat muka sok lugu lo."

Vio kemudian menjambak rambut Stacy dengan kuat, hingga gadis itu berteriak sampai mengeluarkan air mata. Salah satu gadis disana mendekat dan menampar Stacy tanpa ampun. Gadis itu terisak. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain menangis dan berdoa dalam hati agar seseorang dapat menolongnya.

"Jangan harap kak Fino bakal nyelamatin lo sekarang." Vio menyeringai. Ia menyuruh gadis lainnya mendekat. "Lo semua kasih dia pelajaran."

Stacy mengerang saat mereka bergiliran menjambak, menampar, bahkan mencakar tubuhnya. Air matanya tak kunjung berhenti, namun hal itu merupakan kesenangan tersendiri bagi mereka.

I'm Not a NerdWhere stories live. Discover now