29. Esther

164K 13.3K 1K
                                    

Kehamilan Esther hanya tinggal menunggu hari, dan selama itu pula Daniel setia menemani nya kemanapun bahkan untuk ke kamar kecil pun ia memaksa ikut, takut terjadi sesuatu pada istri dan anaknya.

Ujung mata Esther melirik Daniel yang sibuk dengan pisau dan bahan-bahan untuk membuat nasi goreng seafood. Hamil tua memang bukan masa nya mengidam, tapi Esther benar-benar ingin melihat Daniel membuat sesuatu untuknya.

Esther menahan senyum nya melihat Daniel menggerutu pelan saat memotong bawang, lelaki itu bahkan menunjukkan ekspresi pasrah kepada Esther yang hanya dibalas tatapan 'apa?'

"abis ini aku masukin udang nya ya?" Daniel bertanya

Esther mengangkat bahu nya, menandakan ketikdatahuannya padahal ia tahu jelas langkah yang harus dilakukan

Daniel mendesah frustasi, kembali berkutat dengan handphone nya. Menatap serius benda persegi panjang itu.

"Niel, cepetan. Laperrr" Esther menekan kata lapar

"bentar ya baby" sahut nya, kemudian mendatangin Esther sekedar mmengelu dan mencium perut besar Esther

Selang beberapa menit kemudian, nasi goreng seafood itu tersaji diatas meja maka tak lupa tomat yang dibentuk bunga sebagai hiasan walapun bentuknya lebih mirip tomat hancur.

Wangi nya yang menguar membuat Esther kesulitan menelan ludah

"silahkan nyonya" ucap Daniel ditemani senyum sumringah dan setetes keringat diujung dahi nya

Esther menyendokkan nasi goreng tersebut dan melahap nya, ekspresi membuat Daniel sulit menebak

Daniel menatapnya penuh harap, sesekali mengedipkan matanya menunggu respon Esther

"gak enak" Esther meletakkan sendok dan sedikit menjauhi makanan tersebut

"masa?" Daniel meraih sendok dan menyuapkan nasi goreng ke mulutnya sendiri "enak kok,"

Esther menggeleng "gak suka"

"apa itu?" sebuah suara membuat mereka menoleh, Jenny

"Nasi goreng, kamu mau coba? Kata Esther gak enak" Daniel menyodorkan sendok

"no no, jangan. Gak enak, beneran. Takut kamu nyesel" sela Esther

Jenny mengangkat bahu tidak peduli, hendak menyendokkan nasi goreng tapi Esther buru-buru mengambil nasi goreng tersebut

"aku bilang jangan, ini gak enak. Nanti kamu sakit perut" Esther memperingatkan

"Ya Tuhan ther, aku juga gak bakal masakin yang buat kamu sakit perut. Lagian gak separah itu kok" ujar Daniel memelas

Esther terkatup "bukan gitu maksud-aku... Niel"

Jenny menghela nafas nya kesal, merebut paksa nasi goreng tersebut dan mencoba nya "enak kok" responnya "enak banget malah"

"oh ya?" wajah Daniel berbinar
"yaudah abisin, buat kamu aja" timpal nya

Jenny mengangguk semangat sedangkan Esther melotot tak percaya nasi goreng tersebut mulai habis.

Padahal awal nya ia hanya ingin mengerjai Daniel, mengatakan bahwa makanan yang dibuat tidak enak. Dan memaksa Daniel membuatkannya lagi, tapi rencana semua hancur ketika Jenny datang.

Tapi kalaupun rencana nya hancur, setidak nya nasi goreng itu tidak dimakan habis oleh Jenny. Karna....nasi goreng buatan Daniel benar-benar enak.

"bahagia ya kalo ada yang ngehargain usaha kita" ujar Daniel tiba tiba sambil menatap Jenny

Jenny hanya mengangguk terserah

"apalagi ditambah pujian." tambah Daniel
Daniel juga gondok yorobun.

Esther yang merasa tersindir hanya memutar bola mata nya kesal, berjalan cepat meninggalkan Daniel dan Jenny

"Ther, mau kemana? Udah malem." Daniel menyusul istrinya yang mulai memakai mantel hangat hendak keluar

"cari kodok" balas nya asal

"dirumah aja, biar aku yang cari kodok. Kasian baby nya diajak keluar malem, anginnya gak bagus sayang"

"baby nya aja?!" protes Esther sewot

"iya iya kamu juga," balas Daniel cepat

"udah ah, sana" Esther menepis pelan tangan Daniel yang menggenggam pergelangan tangannya

"iya iya aku minta maaf kalo ada salah, tapi kamu tetep dirumah, oke?"

"gak" jawabnya singkat

"dengerin aku sekali aja, ini juga demi kamu sama bayi nya" tatapan Daniel berubah serius, wajah nya menegang menahan amarah

Bukannya takut, Esther malah menatap Daniel dengan tatapan menantang "baru khawatir sekarang?"
"kemana aja dulu? Oh iya, sibuk ngurusin yang 'lain' ya?" entah keberanian darimana Esther mampu mengatakan hal terlarang seperti itu

"ESTHER!"

Esther menatap Daniel tak percaya, laki-laki barusan membentak nya dengan keras.
Airmatanya menetes, bahkan ini lebih menyakitlan daripada melihat Daniel tersenyum untuk Dami.

Daniel yang baru menyadari ucapannya langsung melunak, tatapan nanar "Ther.." panggil nya pelan

Sedang Esther menatap Daniel kecewa, kekecewaan yang berulang

"maaf maaf, aku gak bermaksud bentak kamu. Shhh" Daniel merengkuh tubuh wanita hamil itu, dada Daniel benar-benar sakit melihat wanitanya menangis untuk lelaki brengsek seperti dirinya

"maaf. Hm."


*****



"yakin bisa sendiri?" tanya Daniel khawatir melihat istrinya merajuk ingin membeli ice cream disaat mereka sedang berada di sebuah taman
Sebelumnya Esther menolak diantar Daniel, lagipula kedai eskrim itu dekat dari tempatnya sekarang

"aku temenin aja, yuk" Daniel hendak berdiri tapi dicegah oleh Esther yang memelas

"kamu tuh, bisaa aja selalu buat aku khawatir" gerutu Daniel pelan dibalas cengiran

"hati-hati"

Esther mengangguk, berjalan menuju kedai ice cream.
Tatapan kemudian beralih ketika sebuah motor dengan kecepatan tinggi menuju ke arahnya








"ESTHER!!!"













***

Gaiz, kalian Happy Ending Team atau Sad Ending Team?

Hehehe

Marriage ¦ Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang