3 3

3.5K 494 36
                                    


Siyeon masih belum sadarkan diri, dokter bilang dia hanya shock. Bukan sesuatu yang besar tapi tetap saja Jihoon mengkhawatirkannya.

Jihoon pandai mengatur emosi, sejujurnya dia sudah ingin menanyakan hal yang sebenarnya sejak Sohye membawa-bawa perkara penculikan.

Tapi Jihoon tidak enak, ada orang tua Siyeon yang lebih pantas menuntutnya daripada dia.



"Jangan ditahan nak Jihoon, kamu lebih berhak untuk menanyakannya daripada kami. Kamu itu suaminya, dan Siyeon sudah menjadi tanggung jawab kamu."


Sohye menggeleng sambil tertawa.


"Ini ngapain pada akting sih? Sejak kapan juga Jihoon sama Siyeon jadi pasangan suami istri? Yah, ayah jangan mengada-ngada deh."


"Stop panggil om Bogum ayah. Dia bukan ayah kamu Sohye, ayah kamu udah meninggal pas bunda lagi hamil kamu."


Itu suara Sejeong, Sohye merasa pusing dengan kebenaran yang terjadi saat ini.


"Tapi ada foto ayah di rumah, mama pajang foto ayah di rumah lagi meluk aku. Yah jelasin semuanya, jelasin kalo aku anak ayah."

Semua yang ada diruangan ini menghela nafas, hanya Jihoon yang terbawa suasana menjadi kebingungan juga.


"Kalo mama yang kamu maksud itu namanya Ailaa. Artinya selama ini kamu ditipu. Dia bukan mama kamu Sohye."

Semuanya menjadi lebih rumit, bagi Sohye ataupun Jihoon yang tidak mengerti situasi macam apa ini.

"Om, boleh aku yang jelasin ke Sohye?"


Bogum hanya mengangguk, lebih baik Sejeong yang menceritakan kisah ini.


"Orang yang selama ini kamu anggap mama itu punya sodara kembar, namanya Ailee dan dia mama kandung kamu. Kita tinggal di Berlin sekarang, keadaan mama baik-baik aja. Dan dua orang disini namanya om Bogum dan Tante Irene, mereka orang tua kandung Siyeon."

Sejeong berbicara dengan perlahan-lahan. Agar Sohye mengerti apa yang menjadi permasalahan kali ini.

"Kamu lahir tanpa ayah, ayah meninggal pas umur kandungan bunda enam bulan. Dan Om Bogum dengan baik hatinya nemenin bunda lahiran kamu, dia yang gantiin bunda ambil rapot TK kamu. Pas liburan sebelum kamu masuk SD kita berinisiatif untuk pindah ke Berlin ke tanah lahir ayah, bertepatan sama keluarga Siyeon liburan ke Berlin. Waktu itu yang ikut ke Berlin ada bunda, kakak, kamu, sama tante Ailaa. Dan pas tahu keluarga Siyeon pulang ke tanah air lagi, tante Ailaa pergi dari rumah gitu aja sambil bawa kamu. Kakak nyari kamu kemana-mana, kalo bukan berkat Jihoon. Kakak gak akan pernah bisa nemuin kamu dimanapun."



Sebenarnya kisah itu tidak begitu rumit. Bogum bukanlah ayah Sohye, dia hanya laki-laki baik yang rela dipanggil ayah oleh Sohye. Dan Ailaa —mamanya bukanlah mama kandungnya, dia hanya kembaran dari Ailee —mama kandungnya.


"Hye, gue mau nanya. Tentang penculikan yang lo omongin tadi."


Sohye menatap wajah Jihoon seram, aura yang Jihoon keluarkan bukan Aura Jihoon yang biasanya. Aura ini lebih gelap dan pekat.


"Mama yang culik Siyeon. Mama bilang aku bakal tau jawaban kenapa Siyeon diculik kalo ayah pulang."


Dengan bergetar Sohye menceritakannya, dari awal kenapa Lucas mendekati Siyeon hingga malam saat Siyeon diculik. Semuanya sudah terancang dengan rapi oleh Ailaa, dan Sohye hanya sama-sama menjadi korban penipuan itu.




Ailaa adalah dalang dari semua ini.




Sohye belum selesai menceritakan kisah keseluruhan dari penculikan itu, tapi Jihoon sudah beranjak tak ingin mendengarkannya.


Dia bahkan tak bisa membayangkan bagaimana gadis yang ia sayang itu diperlakukan dengan keji.


Dengan penuh emosi Jihoon berjalan ke samping tempat Siyeon berbaring dan duduk di kursi yang disediakan.



Ia memandang gadisnya lekat, ia masih ingat tentang lebam yang menghiasi tubuh gadisnya ini. Ia ingat dimana saja lebam itu berada. Ia ingin marah, tapi ia tidak bisa. Akhirnya ia hanya menelugkupkan wajahnya disamping Siyeon dan menangis pelan.





tbc



Udah beneran besok besok end ini mah hehe tenang aku bakal post bonus chapter. Enaknya berapa bonus chapter ya?

Unplanned-park jihoon. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang