3 4

3.9K 445 46
                                    


Semuanya bagaikan air pasang yang bertemu pagi, kehidupan Siyeon yang sulit akhirnya menemukan titik terang dimana kebahagiaan yang hilang akhirnya ia dapatkan lagi.



Tidak susah untuk memenjarakan Ailaa dan pada akhirnya Sohye ikut Sejeong untuk melanjutkan sekolah di Berlin.




"Wah, perkembangannya cukup pesat. Biasanya dalam waktu dua atau tiga bulan baru bisa berjalan, tapi kamu baru satu bulan sudah lancar berjalan bahkan berlari kecil."



Siyeon tersenyum saat dirinya mendapatkan kabar bahwa ini adalah terapi berjalan terakhirnya. Dengan Jihoon disebelahnya yang ikut tersenyum.





"Kalo gitu makasih buat semuanya dok, aku pulang dulu."




Mereka berdua berjalan beriringan di koridor rumah sakit dengan couple coat berwarna krim.





"Sekarang mau kemana dulu, sayang?"



Jihoon meraih seatbelt Siyeon dan memakaikannya. Siyeon sebenarnya masih canggung jika dipanggil 'sayang' karena ratusan kupu kupu masih bersarang diperutnya.




"Pulang aja kak, aku mau makan dirumah aja."





Dengan pelan Jihoon melajukan mobilnya membelah jalanan untuk menuju ke apartmentnya.



"Kamu ujian akhir minggu depan kan, sayang?"



"Iya kak minggu depan."




"Persiapannya gimana?"




"Aku ngerti sebagian besar materinya ko. Oh iya aku mending masuk jurusan pastry and bakery atau ilmu gizi sekalian? Dua duanya sama ko tentang makanan."



Jihoon berhenti saat lampu merah menyala, lalu menatap gadisnya dengan senyum.





"Ilmu gizi aja, biar kamu bisa bantu aku diet. Capek nih disebut gendut mulu sama Woojin."



Siyeon terkekeh saat Jihoon mengucapkan bahwa ia telah lelah disebut gendut oleh sahabatnya yang itu.



"Lampu ijo kak. Siapa suruh makan mulu terus makannya banyak. Kan jadinya kakak juga yang dibilang gendut."




Jihoon melajukan mobilnya lagi.



"Kamu sih masakannya enak, kan jadi lahap makannya."



Keduanya saling tertawa, mengobrolkan hal yang tidak penting sampai mobilnya berhenti tepat di parkiran apartment.




Mereka masih tertawa sambil berjalan menuju unit apartment mereka. Jihoon membelinya beberapa waktu yang lalu. Lebih besar dari apartment yang dulu.





"SELAMAT DATANG!"





Siyeon terkejut saat banyak orang apartmentnya. Ada papa Bogum, mama Irene, kak Taeyong, dan kak Wonwoo. Lalu ada Bunda Boyoung, Ayah Hyunsik, dan kak Rena. Tidak lupa teman seperjuangan Siyeon, Eunbin, Hina, dan Somi. Juga geng Jihoon, Woojin dan kawan kawan.






"Selamat atas kesembuhannya ya nak."




Siyeon merasa terharu, hidupnya tidak pernah sebaik ini. Senyumnya hampir pudar saat ia berharap agar kakek ada disini juga. Tapi semuanya mustahil.





"Kakek ada disana, sayang."





Jihoon menunjuk sebuah figura di meja makan. Foto mendiang kakeknya.




"Kamu udah ngelaluin banyak hal semenjak kakek meninggal, tapi kamu bisa bertahan sampe sejauh ini. Meski aku tau kamu pasti frustasi dan bisa aja bunuh diri. Aku bangga punya istri hebat kaya kamu."




Kalimat yang dilontarkan oleh Jihoon membuat Siyeon tersipu malu, entah kenapa dirinta begitu merasa malu.



Siyeon memandang ke arah Jihoon yang menatap kedua pasang orang tuanya.




"Aku ngumpulin mereka disini bukan semata-mata buat menuh-menuhin apartment kita aja. Aku ngundang mereka kesini buat jadi saksi."




Siyeon bingung saat Jihoon melepaskan cincin yang dipakainya. Lalu dengan perlahan melepaskan cincin yang Siyeon pakai juga.




Senyumnya perlahan hilang dan hanya dapat menatap nanar kw arah Jihoon.




Beberapa saat kemudian Jihoon mengeluarkan kotak hitam dari saku jaketnya. Dan membukanya.





"Ayo kita nikah yang sebenernya. Yang dimana kamu bisa pake gaun pengantin kamu, bukan baju seragam kucel kaya dulu. Dimana semua orang tau kalo Jihoon dan Siyeon udah saling terikat. Ayo nikah yang legal, bukan nikah siri biar gak ketauan siapapun."




Tiba-tiba Jihoon berlutut dihadapannya, dan Siyeon merasa jantungnya akan melompat keluar dari dadanya.



"Falya Siyeon Krakasenja, would you marry me?"




Dengan mantap Siyeon mengangguk, Jihoon menarik tangannya dan memakaikan cincin baru di jari manisnya. Keduanya saling tersenyum dan bertatapam lama.





"WEY MAKAN MAKAN KAPAN ANJIR GUE LAPER."





Semuanya tertawa saat Woojin merasa kelaparan.





Mereka tutup hari ini dengan kebahagiaan yang bertubi-tubi.






The end.
Unplanned









Akhirnyaaaaaaaaaaa, maaf kalo endingnya kurang greget. Jangan di unpub dulu soalnya masih ada bonus chap sekitar 5 sampe 7 chapter♡
Author bertrimakasih buat kalian yang udah baca buku ini, gak nyangka readernya banyak dan lumayan lah buat buku pertama :")

Jangan lupa buat baca works aku yang lain ya
Ada ZUHAUSE yang pairingnya Xiyeon x Bae Jinyoung, sama book baru aku Colegio pairingnya Xiyeon x Jihoon.

Kalo mau nanya atau kepo tentang aku bisa ask di cc aku
http://curiouscat.me/deepdusk

See you♡

Unplanned-park jihoon. [COMPLETED]Where stories live. Discover now