Additional Chapter 1.0

3.8K 423 21
                                    

Siyeon duduk sendirian di balkon apartmentnya. Jihoon sedang sibuk dengan bisnis baru yang ia tekuni, padahal pesta pernikahannya akan dilaksanakan dua hari lagi.




Siyeon telah lulus, seminggu yang lalu dari sekolah tercintanya. Sekolah yang mempertemukan dia dan Jihoon untuk pertama kalinya.



Banyak asumsi yang terbentuk semenjak Jihoon memutuskan untuk memposting gaun pernikahan yang akan Siyeon gunakan.



Banyak yang menilai bahwa pernikahan ini merupakan Shotgun Marrigae dimana Siyeon dituduh sudah berbadan dua. Sampai-sampai Siyeon membuat surat keterangan dari rumah sakit bahwa dia bahkan masih perawan.



Semua skenario publik dirancang dengan baik oleh Jihoon, sehingga publik percaya bahwa pernikahan ini benar adanya.



Dulu Siyeon sempat menyalahkan kakeknya karena dia disuruh untuk menikah dengan orang yang dia tidak kenal. Tapi pada akhirnya dia memutuskan untuk menurutinya. Dan sekarang ternyata pilihan kakeknya tidak salah.



Jihoon♡ is calling...



Siyeon terperanjat saat Jihoon menelfonnya, sedetik kemudian senyum tergambar di wajahnya.



"Halo?"



"Sayang? Masih sendirian?"



"Iya, masih sendirian. Emang mau sama siapa lagi aku disini kak."



"Jangan panggil kak. Udah bukan kakak kelas kamu lagi aku. Panggil sayang aja hahaha."



Jihoon sering menggodanya akhir-akhir ini. Kehidupan rumah tangga mereka lebih terasa sekarang.



"I-iya sayang."



"Hahaha kamu lucu banget deh. Aku pulang sebentar lagi, kamu mau apa?"



"Aku gak tau mau apa, aku mau makanan yang asem aja. Rujak atau Mango slush."



"Serius mau yang asem? Kamu gak hamil kan sayang?"



"Engga lah! Enak aja. Aku gak hamil, lagian hamil anak siapa juga."



"Iya iya sayang. Sabar ya, dua hari lagi aku hamilin kamu hahaha."



"A-apa sih?! Aku tutup telfonnya."



Pipi Siyeon memanas saat Jihoon berkata bahwa dia akan menghamilinya. Siyeon bukannya tidak siap untuk menjadi ibu tapi umurnya masih 18 dan Jihoon masih 19. Akan menjadi sebuah kontroversi jika mereka memiliki anak di usia sebelum 20 tahun kan?



Siyeon adalah gadis mandiri yang sudah siap berkeluarga, dari kecil dia sekolah di asrama dan menyiapkan kebutuhannya sendiri. Jauh dari orang tua dan keluarga.



Membayangkannya menjadi seorang ibu di usia muda membuat dia takut. Takut akan pandangan orang luar, takut dengan kehidupannya, banyak hal yang membuat ia takut karena ia merasa belum begitu siap.



"Si cantik ngelamun aja, ngelamunin apa?"



Siyeon menolehkan kepala saat merasa ada yang memeluknya dari belakang. Jihoon sudah pulang, dengan kemeja dan dasi yang masih terpasang rapi di tubuhnya.



"Aku engga ngelamun kok, aku cuma lagi nikmatin angin aja."



Siyeon berbalik untuk melepaskan dasi dari leher Jihoon, membuat Jihoon agak lega setelah seharian merasa sesak. Sesak akan rindunya terhadap Siyeon.



"Nih mango slush buat yang lagi ngidam." Jihoon menarik satu cup minuman dari paper bag yang disimpan di meja di sebelahnya.



"Kak, sebenernya aku belum siap."



Jihoon memandang Siyeon yang masih menggenggam dasinya.



"Aku ngerti, kamu masih terlalu kecil buat punya anak. Bahkam aku juga masih terlalu kecil. Aku nunggu kamu siap aja."



Siyeon paham, sebenarnya Jihoon merasa agak kecewa dengan ucapannya. Jihoon adalah laki-laki dewasa yang sudah mapan dan bertanggung jawab, dia akan siap kapan saja menafkahi keluarga kecilnya.



"Maaf kak."



"Engga apa-apa sayang, kamu gak usah minta maaf. Kamu nikmatin aja dulu masa masa kuliah kamu, aku bisa nunggu ko."



Senyum Jihoon menjadi jawaban kegundahannya sore ini.



Terimakasih Tuhan, telah mengirimkan orang sesabar Kak Jihoon untuk gadis bernama Siyeon.

Unplanned-park jihoon. [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang